Itulah kesepian, Key.
Rasa yang kau ciptakan sendiri saat kebahagiaan yang kau harapkan tak kunjung datang dan kau tak berdaya untuk menciptakannya sendiri. Sesuatu yang dibuat-buat sebagai alasan pembenaran agar dapat terus lelap dalam keterpurukan. Apa-apa yang membuatmu menjadi makhluk paling nestapa sedunia, seolah tak ada yang bisa memahami dan mengerti engkau. Kesedihan yang menguar di udara pada semestamu yang berkabung. Kelemahan, ketidakberdayaan, kesunyian, kebimbangan, putus asa, kegundahan, itu semua adalah bagian dari rasa kesepian.
Tapi hidup tak semengerikan itu, Key.
Tak ada yang benar-benar sendirian, bahkan kesepian mengakrabi dirinya sendiri dengan kenangan. Tak perlu cemas jika suatu kali dalam hidupmu nanti kau merasakan kesepian. Sebab boleh jadi, keberadaanmu adalah semesta bagi yang lain. Kau hanya perlu membuka mata dan hatimu agar orang lain di sekitarmu punya kesempatan untuk menemanimu. Mengenyahkan sendu yang tega membuat hari-harimu menjadi kelabu. Melukisi hari dengan warna-warna bahagia serupa pelangi. Mengindahkan lagi setiap lekuk hidupmu yang dihinggapi jenuh. Menciptakan satu lengkung senyuman yang dapat meluruskan banyak hal dalam kehidupanmu. Menghidupi lagi jiwamu yang kerontang saat musim-musim menua oleh kesepian yang kau cipta.
Tak ada yang benar-benar asli ciptaan sendiri, bahkan kesepian hanyalah pengulangan. Jika kau tak bisa tertawa berulang pada lelucon yang sama, mengapa kau masih menangis berulang pada permasalahan yang sama? Bila pada masa lalu kau pernah merasa kesepian dan kau mampu melewatinya, maka kau akan mampu untuk melewatinya lagi di masa kini. Begitu, kan?
Maafkan aku yang terlalu banyak bicara pada surat ini, Key. Apa yang membuatmu bertanya tentang kesepian, Key? Apa kau sedang merasa sepi? Bukankah ada lelakimu yang menemanimu setiap hari? Kau ada masalah dengan dia? Atau ada hal lain yang membuatmu bersedih? Bicara dan berceritalah bila kau mau. Jika tidak, aku tak akan memaksa. Aku selalu berdoa untuk kebaikanmu.
Selamat sore, Key.
Jaga kesehatanmu. Kemarin aku melihatmu memegang perut saat berjalan menuju kelasmu. Biasakan untuk tidak makan mie instan, ya.
Salam,
Al.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar