Pagi Itu, Kau Terbang Setinggi-tingginya

Untuk anakku, Alfiani

Semalam hujan sedang lebat-lebatnya. Ibu jadi ingat, dulu biasanya kamu selalu senang bermain hujan-hujanan di belakang pekarangan rumah. Kau berlarian sambil tertawa-tawa sementara sekujur tubuhmu sudah basah kuyup hingga menggigil kedinginan. Lalu seperti biasa, ibu akan memarahimu dan memintamu untuk segera mandi dan mengeringkan badan. Sebab ibu tidak ingin melihatmu sakit semalaman.

Pernah suatu hari kau malah marah sejadi-jadinya pada ibu karena dilarang bermain hujan-hujanan. Saat itu dengan muka cemberut, kau lempar mainan barbie berbaju pink kesukaanmu ke luar. Membuat rambut pirangnya menjadi cokelat dengan wajah yang penuh lumpur. Jangan kau tanya bagaimana bentuk bajunya setelah itu, kau tak akan tega sebab bentuknya lebih mirip seperti bungkus permen karet Yosan yang sudah berminggu-minggu terkubur di dalam tanah. Malam itu, bonekamu ibu bersihkan hingga tak ada lagi kotoran yang menempel agar besoknya bisa kamu peluk lagi erat-erat seperti tak ingin kehilangan. Boneka itu seterusnya kamu simpan hingga akhirnya usia membuatmu dewasa dan meninggalkannya.

Semalam, —pada saat hujan sedang lebat-lebatnya,— kamu mengabari bahwa esok adalah jadwalmu untuk bertugas ke pangkal pinang. Menjadi awak kabin yang memandu dan menjaga penumpang pesawat terbang. Lama tak melihatmu, kini kau sudah lebih dewasa dari yang terakhir ibu ingat. Kau tumbuh dengan rasa bangga dan penuh tanggungjawab.

Pernah suatu kali ibu memintamu untuk berhenti bekerja dan menemani ibu saja di masa tua. Namun kau bilang bahwa perempuan harus bisa mandiri karena untuk bisa dimenangkan, hidup mesti diperjuangkan dan dipertaruhkan. Sebab dari setiap gelap yang kelak akan tiba, kau ingin menyelamatkan cahaya. Menjadi muara tenang bagi siapa saja yang membutuhkan, katamu melanjutkan.

Dulu, ibu tak pernah paham setiap kata yang kau ucapkan. Terlalu rumit bahasa yang kau gunakan sampai-sampai ibu pusing memikirkannya. Hingga akhirnya hari ini datang. Seperti tersambar petir di siang bolong, ibu mendapat kabar bahwa pesawat yang menjadi rumah dan tempatmu bekerja hilang kontak dari radar. Para otoritas kemudian menginformasikan bahwa pesawatmu jatuh di perairan Karawang.

Nak, cepatlah pulang. Sungguh, kau sudah menjadi cahaya penyelamat yang menenangkan. Ibu bawakan barbie berbaju pink kesukaanmu untuk kau peluk lagi erat-erat. Sebab ibu tak ingin merasakan kehilangan.

Nak, siang ini matahari sedang terik-teriknya, tapi mata ibu sedang hujan selebat-lebatnya.


* Alfiani Hidayatul Solikah adalah salah satu pramugari yang bertugas di pesawat Lion Air JT610. Tulisan ini adalah pengejawantahan dari caption Instagramnya yang mengutip lirik Demons — Imagine Dragon, “It’s dark inside, I want save that light,” sebagai bentuk simpati saya dalam tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT610. Semoga semua korban segera ditemukan. Semoga setiap keluarga diberikan ketabahan dan kekuatan. Semoga kejadian yang sama tidak lagi terulang di waktu mendatang.

8 komentar:

  1. Berurai airmata bacanya. Tenanglah di surga alfiani, dan untuk ibu "jangan menangis lagi bu, dia sudah tenang disana".

    BalasHapus
  2. Sebagai seorang ibu bunda sangat pedih baca nya..semoga semua kebaikan nya digantikan dengan surga nya allah dan di ampuni segala salah dan khilaf nya

    BalasHapus

Kategori Utama