Hai, selamat siang, Key.
Apa kabar kamu?
Apa aku masih terlalu kaku dalam memulai pembicaraan, Key? Kepadamu, aku selalu kehabisan cara untuk memulai pembicaraan dengan kalimat basa-basi. Jadi maafkan aku yang masih menggunakan kalimat tanya 'apa kabar kamu?' saat memulai berbincang di surat ini. Mungkin di surat selanjutnya, aku bisa memulainya dengan kalimat kejutan seperti, 'Hai, Key. Lihat, ada orang menari hulahop di atas genteng rumahmu dengan satu kaki.' atau kalimat puitis seperti, 'Siang ini, kulihat bintang berkilau. Di toko aksesoris tentara dan polisi. Oh, itu bintang untuk lencana deh, Key.'
...........
Hahaha. Apa aku terlalu garing dan tak lucu, Key? Maafkan aku yang menjadi gugup seperti ini. Aku belum terbiasa bisa berbincang dan bercerita kepadamu. Mungkin alismu bertautan, keningmu berkerut akibat kebingungan mencari maksud dari kalimat-kalimatku di atas. Santai saja, Key. Aku hanya gugup.
1...
2.....
3........
Huf.
Baiklah, Key. Mari sudahi tulisan tak penting dan membingungkan di atas. Anyway, aku serius bertanya tentang kabarmu. Aku selalu merasa perlu untuk menanyakan keadaanmu. Entahlah, Key, aku selalu berharap kau baik-baik saja. Baikmu, kebaikanku. Apa kabar, kamu?
Key, sungguh benarlah bila dikatakan bahwa hidup hanya berkisar antara sabar dan syukur. Bersabar dalam setiap menerima ujian, cobaan, dan setiap dera kehidupan. Lalu bersyukur dan merasa cukup untuk setiap anugerah kebaikan yang Tuhan berikan. Tapi terkadang, Tuhan meninginkan hal tersebut menjadi kebalikannya. Suatu saat, kau harus benar mampu bersyukur saat menerima ujian, cobaan, dan setiap dera kehidupan. Dan kau benar-benar perlu belajar untuk bersabar saat menerima anugerah kebaikan yang Tuhan berikan. Sebab boleh jadi, setiap kebahagiaan yang kau terima, adalah cobaan yang melenakan. Membuatmu lupa untuk bersiap siaga saat kebahagiaan itu sewaktu-waktu menghilang.
Seperti halnya, cinta.
Suatu kali cinta melenakan. Memesona dengan segala kebahagiaan yang ditawarkan. Menyuntikkan semangat ke aliran darah hingga kau merasa antusias atas setiap hal yang kau lakukan. Membuat harimu menjadi berwarna, seperti berdiri pada sebuah taman hijau maha luas di mana setiap sudutnya dihiasi bunga-bunga, kupu-kupu, da pelangi. Tapi cinta —suatu kali — menjadi sedemikian menjengkelkan. Membuat wajahmu memasang seringai murung. Mengubah harimu menjadi panjang dengan sunyi dan kesepian. Seperti masuk ke lubang pengap bernama keputusasaan, saat cinta yang kau jaga begitu saja meninggalkan dan hilang.
Aku tak mengerti mengapa cinta bisa merupa buah simalakama. Saat dimakan membuat ibu mati, bila dibiarkan membuat ayah mati. Apa yang akan kau pilih, Key? Buatku, cinta adalah sekumpulan paradoks yang membingungkan. Maka meskipun menyakitkan, cinta tetaplah membahagiakan. Biarkan saja cinta memaknai dirinya sendiri. Seorang ksatria yang tangguh pantang mundur saat panji-panji sudah dikibarkan. Tak mungkin kembali ke belakang, sebab jembatan-jembatan sudah terbakar. Pilihan terbaik adalah terus berjalan.
Maka, jika pada akhirnya cinta membuatmu merasa ditinggalkan dan kehilangan, tetaplah berdiri dengan gagah bersama ketulusan dan kerelaan. Sebab, saat kau memutuskan untuk jatuh cinta, sejatinya kau telah membuat kesepakatan kepada hati dan pikiran bahwa cinta suatu saat akan ditinggalkan atau meninggalkan. Tapi, kau tak perlu cemas, kan? Jika hanya berfokus pada cinta yang menyakitkan, bagaimana kau bisa bahagia? Fokus saja pada hal yang membahagiakan, hingga pada apapun yang kau lakukan untuk memaknai cinta, kau akan tetap merasa bahagia. Jangan lupa persiapkan sabar dan syukur saat menjaga cinta yang kau punya, agar kau memiliki kerelaan dan ketulusan untuk memaknai cinta tanpa rengekan.
Begitulah, Key. Lalu, bagaimana cara kau memaknai cinta?
Apa cinta benar-benar harus memiliki?
Jika iya, bagaimana caraku memilikimu? Sementara pada saat yang sama, kau telah dimiliki orang lain.
Salam,
Al.
"jika pada akhirnya cinta membuatmu merasa ditinggalkan dan kehilangan, tetaplah berdiri dengan gagah bersama ketulusan dan kerelaan. Sebab, saat kau memutuskan untuk jatuh cinta, sejatinya kau telah membuat kesepakatan kepada hati dan pikiran bahwa cinta suatu saat akan ditinggalkan atau meninggalkan"
BalasHapusNice...