Mata Kanan

Seperti embun yang menggantung di ujung daun, titik merintik meneduhkan hari. Atau seperti nuri yang berkicau bersahutan tak henti, menjelma simfoni paling puisi. Atau seperti embusan angin yang memasuki kisi-kisi jendela, bersemilir membawa aroma bahagia. Aku memaknai kamu sebagai keindahan pagi. Lugu senyummu yang merona begitu memesona. Teduh, menyegarkan, dan tentu saja menghadirkan...
Selengkapnya

Cerita Dalam Cerita

Selamat siang, Key.Aku hampir berpikir bahwa kau tak mau membalas suratku lagi. Resah paling menjemukan adalah ketika engkau tak tahu apa sebabnya, tiba-tiba menikam hati hingga terasa perih. Membuatmu kelimpungan oleh hal-hal yang tak kau tahu apa yang ingin dilakukan. Maka pada akhirnya, kau hanya akan mondar-mandir dengan kepala yang disesaki kecemasan, —yang tentu saja—, engkau...
Selengkapnya

Move On

Suatu hari yang hujan, seseorang pernah mendatangi saya dengan matanya yang sembab. Saya bertanya apa sebab dia menangis. Dia hanya diam. Tak menceritakan apapun. Dengan alis yang bertautan dalam perasaan bingung, saya membiarkan saja dirinya larut dalam tangis untuk beberapa saat. Hingga akhirnya ia buka suara. "Apa cinta memang diciptakan dengan kesedihan? Mengapa Tuhan tak...
Selengkapnya

Jangan Menangis, Key!

Key,Ketika cinta memilihkan orang yang tak tepat untukmu, membuatmu luka oleh cinta maha nestapa akibat ditinggalkan dengan repih perasaan sia-sia, jangan menangis, sebab itu hanyalah cara Tuhan untuk memuliakanmu. Ia —Tuhan— menunjukkan kepadamu, bahwa lelakimu bukan seseorang yang pantas kau percaya. Maka Tuhan tampilkan ia dalam wujud aslinya sehingga engkau tahu seberapa pantas...
Selengkapnya

Bicaralah

O, Key.Betapa nestapa cinta yang kau punya. Perasaan yang kau beri mahkota dihadiahi luka. Betapa samsara hatimu yang merona, kemuliaan kasih yang kau beri hanya dibalas perih. Jika aku diizinkan untuk berada di sisimu, ingin kupeluk sedihmu erat-erat. Lalu kita tersenyum dalam bahagia bersama-sama. Agar enyah setiap debar peresah. Biar reda luka mendera. Supaya musnah duka-duka...
Selengkapnya

Kenapa Tak Bahagia Saja?

Key.Pernahkah kau bertanya, mengapa Tuhan menciptakan cinta dengan keragaman rasa? Mungkin kau pernah merasakan, betapa cinta yang kau miliki begitu membahagiakanmu. Membuat kau mengulas senyum kala melewati hari-hari. Tapi suatu kali, hatimu yang merah muda menjadi biru lebam didera keharuan perasaan. Entah kehilangan, dendam, rindu terabaikan, dan sebagainya. Seperti yang kau...
Selengkapnya

Perubahan

Berujar tentang rindu, kesepian, damba, dan harapan hanya berkisar antara mau atau tidak untuk saling bertahan dan memperjuangkan. Sebab cinta adalah sepasang, milik berdua, bukan hanya seorang. Maka, jika pada akhirnya kau merasa memeluk cinta sendirian, tanyakan lagi pada hatimu, pantaskah engkau menerima itu?Aku berbicara bukan sebagai orang yang pernah memujamu. Hanya seorang...
Selengkapnya

Tentang Kesepian

Key, pernahkah kamu merasa asing di dalam kepala sendiri? Bertanya-tanya tentang siapa, apa, dan bagaimana kau sebenarnya? Seperti memeluk kesendirian dalam hidup yang dilingkupi keterasingan. Jantungmu yang hanya segenggam disesaki oleh kesunyian yang tak kau tahu bernama apa. Setiap langkah yang kau tapak terasa hampa, meninggalkan jejak-jejak kekosongan yang menurutmu tak berarti...
Selengkapnya

Cinta, Suatu Kali

Hai, selamat siang, Key.Apa kabar kamu?Apa aku masih terlalu kaku dalam memulai pembicaraan, Key? Kepadamu, aku selalu kehabisan cara untuk memulai pembicaraan dengan kalimat basa-basi. Jadi maafkan aku yang masih menggunakan kalimat tanya 'apa kabar kamu?' saat memulai berbincang di surat ini. Mungkin di surat selanjutnya, aku bisa memulainya dengan kalimat kejutan seperti, 'Hai,...
Selengkapnya

Tak Apa, Namanya Juga Perjalanan Hidup

Selamat pagi, Key. Mentari mati sepagi ini. Sebab ketika aku membuka mata, tak kutemukan siapa-siapa. Dan aku hanya sendiri. Di kekosongan yang abadi.Bagaimana langitmu? Masihkah biru melingkupi semestamu? Meniadakan sendu yang tega membuatnya kelabu. Masihkah mentari bersinar dengan gagah? Mengenyahkan mendung dengan sinarnya yang menggugah.Maafkan aku yang agak melankolis pagi...
Selengkapnya

Gunung, Awan, dan Rindu Terabaikan

Selamat pagi, Key.Saat menulis surat ini, aku sedang duduk di depan jendela, sambil menyeruput kopi hitam yang kuseduh dengan setengah sendok gula. Aku suka minum kopi pahit, teguk demi teguk kopi yang menelusup ke dalam kerongkongan sejenak mengingatkan bahwa masih banyak hal manis di dunia. Termasuk kamu.Kejutan selalu menyenangkan, Key. Itu yang aku tahu sejak membaca cerita...
Selengkapnya

Aku, Kau, dan Si Pungguk yang Merindukan Bulan

Aku menuliskan surat ini saat debar begitu bergemuruh di dalam dadaku. Apa kau pernah merasakan? Jantungmu yang hanya segenggaman tangan bergerak begitu cepat. Berdegup satu-satu dengan irama yang saling kejar mengejar. Seperti dibawa berlari tak henti menuju sebuah tempat yang teramat jauh. Atau seperti saat terkejut karena diberi kejutan yang menyenangkan. Atau seperti merasakan...
Selengkapnya

Bagaimana Kabarmu?

Selamat sore, nona. Mungkin alismu bertautan saat membaca tulisanku ini. Seorang yang tak pernah bertegur sapa tiba-tiba mengirimkan surat kepadamu. Entah ada angin apa, aku begitu saja ingin bercerita kepadamu. Ah, tak butuh angin kan untuk sekadar merasakan ingin? Sebenarnya aku malu menuliskan ini, tapi hati begitu kuat memaksa akal, tangan, dan pikiran untuk menyampaikan segala...
Selengkapnya

Kategori Utama