Kaleidoskop 2012 Mas Aih


2012 sudah akan berakhir. Banyak kisah, suka cita, haru, sedih, amarah dendam, rasa kesal, kekecewaan, harapan, kebahagiaan. Semua membaur menjadi satu kesatuan utuh. Tercipta dalam satu kotak penuh warna bernamakan kenangan.

Kenangan adalah anugerah Tuhan yang paling paradoks. Dengannya kita bisa tersenyum dan tertawa, tak jarang menciptakan tangis haru setelah mengingatnya. Hanya tinggal bagaimana kita mau menyikapi, dengan merah amarah, atau biru keteduhan dan rasa syukur?

Ah, saya tak akan berbicara banyak mengenai kenangan. Saya percaya kalian punya makna tersendiri ketika dihadapkan kepadanya. Biarkan itu menjadi hal terbaik dalam diri, yang membuat kita semakin bijak, dewasa, sabar, syukur dan tegar.
Banyak hal yang telah saya lewati di 2012 ini. Saat kalian membaca tulisan ini saya ingin menunjukkan, apa saja hal yang telah saya lewati selama hidup satu tahun ke belakang.

Pendaftaran Relawan BUMN Peduli

Pelatihan Community Development di Bandung

Bersama Bapak Dahlan Iskan (Koordinasi Relawan BUMN Peduli)
BUMN Peduli

Penutupan BUMN Peduli
BUMN Peduli
BUMN Peduli
Talkshow Social Media Festival
SMF
Upgrading Skill SMA N 5 Depok
Pantai Sontolo Garut
Pameungpeuk Garut
Naik Gunung Salak

Pengenalan Hutan Kota Siswa Jakarta Timur di Cibodas
Gunung Bunder

Keluarga Besar Bukune Publishing


Keluarga Besar Bukune Publishing
Buku Pertama, Pena Hati


Buku Kedua, Rumah 1.000.000 Cerita
Beliin Ummi Mesin Cuci


Satu hal yang pasti.
Impian adalah harapan.
Tempat bersemayam doa-doa.
Untuk kebaikan di masa mendatang.
Selengkapnya

Mas Soundcloudnya Mas!

Tadinya mau bikin prolog dulu biar panjang. Supaya postingannya gak terlalu terburu-buru. Tapi gimana yah? Bikin prolog kan gak gampang. Perlu pemikiran tertentu agar suatu pengantar tulisan tak memusingkan dan menyebalkan. But, yah sekarang saya lagi males untuk itu. Males memutar otak untuk membuat pengantar yang memikat. Tapi gak apa-apa, toh tak jarang juga prolog itu tak begitu dibutuhkan kan? Hanya sebagai pemanis sebuah tulisan. Terkadang perlu, seringkali tidak. Karena isi tulisan lebih penting. Jadi rasanya gak perlu yah saya bikin prolog dulu?


(LAH TERUS INI NAMANYA APA MAS??)



Okesip.



Saya cuma mau ngasih soundcloud saya yang terbaru.

Apa yang saya baca disini, adalah yang tertulis dalam salah satu buku saya berjudul Pena Hati.


Selamat mendengarkan :D





Selengkapnya

Lekaslah Sembuh

Masih jelas dalam ingatan. Tentang bagaimana digdaya kau melangkah. Menapaktilasi setiap sudut kehidupan. Juga tentang seberapa cerah wajahmu ketika ceria. Bersimpul senyum penuh pesona. Merupa tarian seribu malaikat yang memikat. Atau tentang semangat juangmu menerjang terjal jalananan. 
Kesabaran. 
Keteguhan. 
Ketegaran. 
Kekokohan jiwa tuk bertahan dan berdiri tegak. 

Segalamu. Tergambar jelas dalam benak. Tak mungkin terlupa. Karena mengenalmu adalah yang teristimewa. 

Sampai suatu ketika, kuasa langit menginginkanmu untuk jatuh. Sesaat setelah penyakit menggerogoti sehat dan kuatmu secara perlahan. Punggung yang dulu tegap, kini meruntuh pasrah. Memaksamu untuk lemah. Derap kaki yang dulu tegak, perlahan goyah. Hampir patah. Daya tak lagi seperti biasanya. Luntur, memudar, tak bersisa. 

Tapi, itu hanya katamu. 

Bagiku, asamu masih terang menyala. Menjelma pelita malam yang sinari kelam. Berwarna jingga keemasan yang pukau menenteramkan. 

Kaulah cahaya. 
Tak ada apapun yang dapat padamkan hanya jika kau mau terus menyala. 

Kaulah cahaya. 
Persoalan lemah atau tidak hanya berkisar pada seberapa mampu kau menjaga. 

Tubuhmu bisa meringkih. 
Tapi tidak untuk jiwa dan benakmu. 
Ia tetap tegak, kokoh, suci, putih. 

Langkah kakimu bisa goyah dan patah. 
Tapi tidak untuk asa dan semangatmu 
Ia tetap tegak, kuat, tegar tak terbantah. 

Lekaslah sembuh. 
Sinari lagi hidupmu. 
Sebab engkau. 
Adalah cahaya.



Jangan mati dulu yan :">
Selengkapnya

Sahabat Menuju Surga


1. Suatu hari, dalam kesempatan 
berkunjung ke sebuah sma di depok. Ada sosok yang menarik perhatian. Pemuda multitalent. Mahir berkomunikasi.
2. Pembawa acara, personel nasyid, 
pembicara training. Saat itu hanya sekedar mengenal wajah. Belum sempat berkenalan. 
3. Banyak hal yang saya pelajari. Diam-diam tentunya. Gesture tubuh, cara penyampaian dalam berbicara, semua saya pelajari. 
4. Selepas SMA, saya tak pernah bertemu dia lagi. Belum mengenal siapa namanya. Hanya terkenang apa yang dilakukan. Mengesankan. 
5. Ketika Kuliah Tuhan mempertemukan. Saat itu dia mengenali saya. Kita berkenalan. Namanya @wahyunisme. Ternyata dia setingkat adik kelas. 
6. Nyatanya banyak kesamaan diantara kita. Visi hidup, prinsip. Dan kegemaran. Kita sama-sama suka berkomunikasi di hadapan umum hehe 
7. Suatu ketika, @wahyunisme mengajak berbincang serius. Kita berdua merencanakan untuk membuat rumah motivasi. It's awesome. Impian saya. 
8. Tak lama, saya dan @wahyunisme membangun rumah motivasi. Kala itu bernama Al Munawar Institute. Berarti 'Yang bercahaya'. 
9. Tak lama berselang, ada event pertama. Latihan dasar kepemimpinan untuk sma negeri 5 depok. Di Megamendung, Puncak. Cahaya mulai nampak. 
10. Pada awal masa membangun rumah motivasi ini, saya meragu. 
11. Tentu saja, saya dan @wahyunisme belum lama mengenal. Belum tahu bagaimana kepribadian masing2. Tapi keyakinan berhasil menang saat itu. 
12. Dari @wahyunisme saya belajar satu hal. Kebaikan adalah tentang apa yang dilakukan, bukan dikatakan. Bersegera menebar kebermanfaatan. 
13. Jaringan meluas. Kami pikir, Al Munawar bukan nama cocok untuk khalayak umum. Maka @wahyunisme mengusulkan nama baru. Gaul Edutrainment. 
14. Mengapa Gaul? Ada 2 filosofi yang membangun nama itu. 1. Gaul adalah refleksi 'hebat' dari remaja. 2. Great activities Unique Learning. 
15. Objek yg saya dan @wahyunisme tuju adalah remaja dan pemuda. Maka kita sepakat untuk berganti nama. Gaul Edutrainment resmi kita jalani. 
16. Kemudian kita membuat training pertama, bertema : "Hypno Publicspeaking.." Bicara hebat dan 
mempengaruhi. @wahyunisme sebagai pembicara. 
17. Butuh persiapan yang tak mudah saat itu. Tentang bagaimana membangun kepercayaan dan menarik perhatian. Namun Tuhan 
kembali menunjukkan jalan. 
18. Tuhan tak akan mempersulit hambanya yang ingin berbuat kebaikan. Tuhan membuka hati kawan-kawan, sehingga banyak yang ingin menjadi peserta. 
19. Event pertama saya dan @wahyunisme ini bertempat di sekolah sahabat alam. Sebuah sekolah dengan nuansa alam mengesankan. Damai, tenang. 
20. Alhamdulillah, event pertama berjalan lancar. Testimoni positif berdatangan. Saya dan @wahyunisme menjadi yakin atas pilihan ini. 
21. Setelah event itu, kita mulai mendapat banyak undangan. Tak hanya jabodetabek, tapi juga di luar pulau, sumatera. Dan akan 
datang makassar. 
22. Event di bulan ramadhan kali ini adalah Roadshow Pesantren Ramadhan Jakarta - Bandung. Siapakah sosok @wahyunisme ? 
23. @wahyunisme mendapat predikat Trainer Termuda Versi WBT 2011. Amazing EASY Coach in Indonesia. Bergelar Wahyu Saputra CTMSP, CTFL, MEL. 
24. Dia kembali mengingatkan saya. Bahwa berkarya bukanlah tentang usia, melainkan usaha, ketekunan, kesungguhan dalam berupaya. 
25. Kalimatnya yang paling membuat saya takjub adalah : 'lebih baik saya kehilangan masa muda, daripada harus kehilangan masa depan..' 
26. Dalam kehidupan, apa saja mampu menjadi bahan pembelajaran. Tinggal 
bagaimana kita, mau mengambil hikmah atau tidak? 
27. Maka dari persahabatan saya dengan @wahyunisme ini saya dapat mengambil beberapa pelajaran dan pemahaman dalam menjalani kehidupan. 
28. 1) Sahabat yang baik adalah mereka yang mengantarkanmu menuju surga. Teman yang mengajarkan diri pada 
kebaikan dan kebermanfaatan. 
29. 2) Temanmu adalah penentu 
keberhasilan hidupmu, selain dirimu 
sendiri. 
30. 3) Nilai kebaikan sejati adalah tentang apa yang dilakukan. Satu perbuatan baik jauh lebih bernilai dibanding seribu kata mutiara yang terkatakan. 
31. 4) Hanya orang bodoh, dungu dan tak tahu diri. Yang begitu lena terlelap dalam impian namun tak melakukan upaya untuk mewujudkan. 
32. 5) Jangan terlalu lama berpikir, menimbang dalam berbuat kebaikan. Segera lakukan, maka Tuhan 'kan menunjukkan jalan. 
33. Terakhir saya berdoa. Semoga persahabatan saya dengan @wahyunisme senantiasa dalam naungan Tuhan. Tetap berjalan dalam koridor yang benar. 
34. Maafkan bila saya agak melankolis malam ini. Yang paling menyedihkan adalah ketika kita tak mampu berterimakasih atas anugerah persabatan. 
35. Kultweet saya ini adalah salah satu upaya saya untuk mengenang dan menyampaikan terimakasih atas pemahaman yang saya dapatkan. 
36. Terimakasih @wahyunisme. Seorang sahabat selalu memiliki tempat tersendiri di dalam hati. 
37. Sekian dan terimakasih :))
Selengkapnya

Ketololan Kita

Ketolololanmu yang pertama: Kau masih saja setia menanak tangis karenanya. Sementara ia mempedulikanmu saja tidak. 

Ketololanmu yang kedua: Kau begitu kukuh mempertahankan cinta yang usang. Padahal ia telah lama berpaling dan meninggalkan. 

Ketololanmu yang ketiga: Engkau membiarkan saja dirimu terpuruk diantara kenangan. Begitu larut dalam getirnya luka lama. 

Ketololanmu yang keempat: Kau begitu semangat mempertahankan kekecewaan. Tak pedulikan lagi akan cinta baru yang kadang berdatangan. 

Ketololanmu yang kelima: Engkau membiarkan saja dirimu menerima pelukaan. Padahal engkau semestinya mendapat pemuliaan. 

Ketololanmu yang keenam: Engkau begitu kuat mempertahankan jiwamu tersakiti. Untuk suatu keyakinan yang kauanggap sebagai kesetiaan. 

Ketololanmu yang ketujuh: Engkau diam saja dalam menerima perlakuan buruk. Untuk sebuah hal yang kau anggap sebagai kesabaran. 

Ketololanmu yang kedelapan: Engkau tetap setia menyimpan sedih di dalam hati. Membiarkan jiwa meringkih menangisi ketidakpekaannya. 

Ketololanmu yang kesembilan: Engkau 
berpura-pura tidak terjadi apa-apa. 
Sementara hatimu merintih inginkan 
bahagia. 

Ketololanmu yang kesepuluh: Engkau 
masih mencoba meyakinkan dirimu sendiri, bahwa segala sakit, luka, dan perih yang kaurasa. Adalah cinta.
Selengkapnya

Sinopsis Buku Favorit Mas Aih


Setiap orang punya kenangan tersendiri terhadap setiap buku yang ia baca. Begitupun saya. Kali ini saya akan memberikan sinopsis untuk 5 Buku yang saya sukai.

1. Rembulan Tenggelam di Wajahmu, Tere Liye

Pejamkan mata. Tutup telinga. Tutup pikiran dari rumitnya kehidupan. Ada kesempatan untuk  mengetahui jawaban atas rahasia hidup. Tak semua dapat memiliki kesempatan untuk itu. Tetapi tidak untuk Ray. Tuhan berbaik hati mengirimkan malaikat bersayapnya untuk memberikan jawaban atas lima pertanyaan besar dalam hidup Ray. Apakah cinta? Apa hidup ini adil? Apakah kaya adalah segalanya? Apakah kita memiliki pilihan dalam hidup? Apakah makna kehilangan?
Dengan alur cerita yang tak terduga, novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu akan membawa kita untuk sampai pada sebuah pemahaman: “Hidup adalah sederhana.”
Segala urusan dalam hidup tak pernah serumit yang dibayangkan. Hidup hanyalah sistem keteraturan antara sebab dan akibat. Maka siapapun yang memberi sejatinya ia akan menerima.

----------
Saya menyukai buku ini karena begitu banyak pemahaman yang diajarkan oleh Tere Liye. Tentang bagaimana semestinya memaknai keadilan Tuhan, kehilangan, cinta, dan kesederhanaan. Plot yang maju-mundur membuat saya tak sabar untuk menamatkannya dengan segera.

2. Kepada Cinta: True Love Keeps No Secret , Pemenang Sayembara Gagasmedia 2008

Setiap orang memiliki caranya sendiri untuk mengungkapkan perasaan cinta. Lucu, haru, puitis, romantis, bahkan tak terduga.  Ada yang bahagia namun tak sedikit pula yang terluka.
Buku ini adalah sekumpulan cerita dari 25 surat cinta. Bersiaplah untuk tersenyum, tertawa, tergugu, dan menangis haru ketika membaca setiap kata yang tertulis di dalamnya.
Sssst…. Buka kotak posmu, jangan-jangan ada yang diam-diam mengirimkan surat cinta untukmu.

-----------
Setiap buku memiliki kenangan tersendiri bagi saya. Termasuk buku ini. Buku Kepada Cinta: True Love Keeps No Secret inilah yang mengajari saya, bahwa cinta harus diungkapkan. Tanpa perlu masalahkan berbalas ataupun tidak nantinya.

3. Cinta itu, Kamu.  Moammar Emka

Kepada kamu yang bisu ditikam rindu. Kepada kamu yang haru merasakan cinta yang biru. Kepada kamu yang luka dan kecewa. “Cinta bisa jadi apa saja. Cinta bisa berbalas, kadang juga tak terjawab. Cinta menyebabkan luka, cinta pula yang meredakannya.”
Cinta itu, Kamu akan membuatmu hanyut dan berterimakasih. Karena diajari cara mencinta yang dewasa.
“Kepada kamu, cinta itu.
Ingin kuawalkan dan kuakhirkan.”

------------
Saya sangat menyukai puisi-puisi yang ada di dalam buku ini. Romantis tapi tak gombal. Membuat saya hanyut dalam haru birunya perasaan. Tak pernah bosan meski berulang kali dibaca. Moammar Emka selalu punya cara untuk memainkan perasaan pembacanya.


4. Kisah Sang Penandai, Tere Liye

“Apakah kau juga akan mati untukku?” Nayla bertanya lirih.

Adalah Jim, seorang anak manusia yang melarung kenangan pahit cinta dengan menyusuri ribuan mil samudera. Jim, pemain biola yatim piatu yang dipilih penjaga dongeng, Sang Penandai untuk mengukir kisah melupakan sang pujaan hati. Menyudahi sesal mendalam karena kehilangan Nayla, sang pujaan. Menamatkan cerita panjang tentang berdamai dengan kenangan.

“Pecinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya.”
--------
Saya menyukai fantasi Tere Liye yang tertuang di dalam buku ini. Dongeng yang membawa kita hanyut dalam keganasan samudera dan cinta sekaligus. Membuat saya berdebar tak henti setiap membaca paragraf demi paragraf di dalam buku ini.

5. Manusia Setengah Salmon, Raditya Dika

“Putus cinta sejatinya adalah sebuah kepindahan. Bagaimana kita pindah dari satu hati, ke hati yang lain. Kadang kita rela untuk pindah, kadang kita dipaksa pindah oleh orang yang kita sayang, kadang bahkan kita yang memaksa orang tersebut untuk pindah. Ujung-ujungnya sama : kita harus bisa maju, meninggalkan apa yang sudah menjadi ruang kosong.”

Raditya Dika kembali menghadirkan hari-hari serunya dalam buku Manusia Setengah Salmon. Masih dengan ciri khasnya yaitu komedi, buku ini sukses menceritakan hal-hal yang biasa menjadi sesuatu yang lucu dan penuh perenungan.

Mulailah membaca dengan nafas yang lega. Karena kau tak pernah tahu, kapan akan merasakan ledakan paling merdu.
_____
Saya pecinta tulisan Raditya Dika. Gayanya yang humoris dan apa adanya selalu membuat saya tertawa sekaligus merenung. Seketika tertawa, seketika juga mendapat pemahaman baru ‘Oh iya, benar juga yah.’ Membaca tulisan Raditya Dika itu pelepas belenggu. Semacam penghilang kepenatan akan hidup yang kerapkali menawarkan kejemuan.

Selengkapnya

Kicau Kacau Memukau

Selamat gini hari broh! Buset, udah lama banget ini blog dianggurin. Maapkan blogger murtad ini sodarah-sodarah. Begitu banyak kesibukan yang bikin meriang otak. Ngupil, nyuci ketek badak, ngelurusin mie rebus, dan sebagainya dan sebagainya.
Kali ini Mas Aih mau share sedikit tentang siapa saja yang selama ini menjadi tokoh favorit dalam hal kepenulisan. Baik dalam dunia blog maupun twitter. cekibrot.

1.      benablog.com
Rasanya tak salah bila gue mengatakan bahwa setiap blogger muda pasti mengenal Benazio Rizki Putra atau benakribo. Gue suka blognya karena kreativitas bena yang seakan tak pernah ada habisnya. Selalu ada hal baru acapkali saya membuka blognya. Gaya penulisannya yang sederhana membuat setiap topik yang diangkat lebih mudah untuk dipahami.

2.      pandji.com
Lelaki yang satu ini begitu cerdas menuangkan pemikirannya dalam bentuk tulisan. Kritiknya yang menyentil sangat mampu membuka pikiran pembaca.  Solusi penyelesaian masalah dalam beberapa tulisannya membuat setiap artikel yang ditulis tak berasa seperti pepesan kosong, maka dengan alasan itulah gue menyukai blog Pandji Pragiwaksono.

3.      shitlicious.com
Gue banyak belajar tentang cara pandang hidup, menghargai diri sendiri, dan mensyukuri setiap kekurangan diri dari blog Alit Susanto. Perenungan yang tak jarang dituliskan membuat blognya memiliki makna. Tak hanya tertawa lalu terlupa, tapi tersenyum lalu merenung, itulah ekspresi gue setiap kali membuka blog shitlicious.com.

4.      namarapuccino.com
Tulisannya menyentuh. Air mata mudah saja jatuh setiap membaca tulisan Erick Namara tentang cinta dan luka. Tulisannya kuat. Semangat akan mengembang bila membaca tulisannya tentang inspirasi hidup. Itulah alasan mengapa gue gak pernah bosan membaca setiap tulisannya.

Funy Alfiani. Dia adalah teman blog gue. Tulisannya begitu jujur dan mengalir. Opininya cerdas bila menanggapi suatu permasalahan. Ia juga telah beberapa kali memenangkan lomba penulisan blog di beberapa event nasional. Itulah mengapa saya menyukai blog yang dia miliki, yaitu diarykhansa.blogspot.com




Nah, itu 5 blog favorit gue. Sebenernya masih banyak blog lain yang sering banget gue tongkrongin. Tapi kalau gue sebut semua, namanya bukan favorit lagi, tapi buku absen.

Sekarang, gue bakal nyebutin siapa aja akun twitter yang gue favoritin. Ini die orangnye....


1.      @shitlicious
Sebagai penulis Blog, anak twitter, dan pecinta tulisan komedi, siapa yang tak kenal dengan Alit Susanto a.k.a @shitlicious? Seorang yang membranding dirinya sendiri dengan gelar Mahasiswa Abadi. Gue menyukai setiap tulisan yang dia kicaukan di dunia twitter. Bukan hanya tentang seberapa jenaka dia menanggapi sesuatu, melainkan juga cara pandang dirinya terhadap hal di sekitarnya. Tentang kritik sosial, dinamika hidup, bahkan seringkali tentang cinta dan perasaan. Banyak hal dikicaukan sebagai bentuk representasi kecerdasan pemikiran sederhana yang terkadang tak sempat terpikirkan oleh banyak orang.

2.      @muhadkly
Sebagai comic standup comedy, Muhadkly a.k.a Acho memang yang paling pintar menggelitik para followersnya. Dan gue adalah salah satu followers yang tak pernah bosan ‘mantengin’ timelinenya. Gayanya yang ceplas-ceplos dan nyeleneh menjadi ciri khas yang tak dimiliki oleh akun twitter lain. Tak jarang pula muhadkly menuliskan sajak-sajak cinta, hal itu juga menjadi catatan alasan tersendiri bagi gue.

3.      @zarryhendrik
Meskipun akun ini memiliki narsisme yang begitu tinggi terhadap dirinya sendiri, gue banyak belajar tentang menulis melalui setiap kicauannya. Ia juga konsisten dalam berkicau, hal itu yang membuat gue gak pernah bosen ngintipin timeline-nya.

4.      @hurufkecil
Sebagai penyuka sastra gue menyukai setiap sajak yang dikicaukan @hurufkecil dalam akun twitternya.  Selalu ada sajak yang berbeda setiap harinya. Membuat gue berdecak kagum, merenungi, lalu mengambil pelajaran agar dapat menulis yang baik seperti dirinya.



5.      @tammizious
Dia bukan selebtweet seperti 4 nama akun di atas. Jumlah followers sampai tulisan ini dibuat pun masih di angka 179 orang. Tapi setiap kali buka twitter, kicauan Tami ini selalu mampu membuat gue geleng-geleng kepala. Teman blog saya yang satu ini begitu frontal dalam berkicau, apalagi bila menyangkut tentang cinta dan perasaan. Menggelitik, dan menarik.

Ah, segitu dulu tulisan gue hari ini. Mungkin kalian juga punya blogger dan kun twitter favorit? Silakan sampaikan lewat kolom komentar.
Sampai jumpa di tulisan selanjutnya. Bye.

"Bagi dunia, mungkin engkau hanya seseorang.
Tapi bisa saja, bagi seseorang engkau adalah dunianya..."
Selengkapnya

Dalam Diammu, Kamu Sayang Aku


Aku mengenalnya sebagai lelaki pendiam. Dalam seminggu, ia habiskan waktunya untuk bekerja. Mencari nafkah untuk keluarga. Lima hari dalam 
seminggu, tak pernah alpha. Sejenak hilang dalam hingar bingar ibukota. Kemudian kembali ke rumah dengan wajah lusuh, penuh coreng moreng debu di muka. Tak banyak pembicaraan diantara kita, sebab setiap pulang ia telah lebih dulu tenggelam dalam tidur yang lelap. Begitu seterusnya. Hingga aku beranjak dewasa. 

Aku mengenalnya sebagai lelaki yang tak banyak bicara. Sesaat aku berbuat salah, ia tatap lekat mataku. Tak membentak. Dengan senyum penuh ketulusan ia berkata, "Jangan kau ulangi, nak. Kasihan ibumu." Seketika aku sesak. Tangis pecah menyusul setelahnya. 

Ia bernama ayahku.
Ibu mencintainya lebih dari kecintaannya terhadap dunia. Sebab apa artinya dunia bila tanpa teman untuk menikmatinya? 
Pernah, suatu kali kudapati mereka berbincang berdua. Saat itu malam hari, ketika hening menyesaki setiap sudut rumah. Waktu yang tepat untuk tidur yang lelap. Ibu menangis mengadu, "Yah, siang tadi Bu Haji datang ke rumah. Ia marah-marah karena hutang kita belum juga dilunasi. Sementara  persediaan untuk makan besok saja kita sudah kehabisan. Hanya menyisa uang dua ribu untuk ongkos si bungsu sekolah." Kau tahu, apa yang ayahku lakukan? Dia tatap mata ibu, membelai lembut kepalanya. Dengan lirih menjawab, "Maafin ayah, bu. Ibu tak perlu khawatir. Saya akan berusaha lebih keras lagi besok. Harapan ada untuk mereka yang mau berusaha. Mohon doamu. Jangan bersedih. Tuhan bersama keluarga kita." Aku belajar tentang tanggungjawab saat itu. 

Dan benar saja. Hari itu ayah pulang dengan wajah ceria. Membawa berlimpah makanan. Sementara kita semua seketika sibuk dengan lahapnya menyantap makanan. Ada rezeki hari ini, -katanya. Entah darimana uang untuk membeli semua itu. Baru belakangan aku tahu, ia habiskan waktu liburnya untuk menjadi kuli panggul beras di pasar selama seharian penuh. 

Aku tak pernah tahu perihal apa yang membuatnya begitu kuat menghadapi terjal dunia. Kokoh punggungnya di masa muda, tak berubah banyak. Meski kutahu begitu banyak beban yang telah ia pikul disana. Rambut telah memutih banyak - sebenarnya. Tapi tak membuat ia lupa akan tanggungjawabnya terhadap keluarga. 

Satu hal yang kutahu sejak dulu. 
Dalam diammu, kamu sayang aku dan keluargaku. 

Aku mencintaimu, Ayah.





Parung, 27 Oktober 2012 
Selengkapnya

Mak Yati, Permata Diantara Gundukan Sampah

"Allah, aku ingin berkurban untukMu. Mudahkanlah jalanku." Ucap Mak Yati tiga tahun lalu. Sebagai pemulung, mungkin sebuah kemustahilan ketika ia berkeinginan untuk berkurban.
Tapi mimpi tak pernah ada yang mustahil. Dengan kegigihan dan keteguhan hati, selepas petang hingga dini hari, ia mengais keping demi keping sampah yang bisa dijual. Mengepul bungkus air kemasan, kardus, plastik, besi untuk ditukar menjadi rupiah. Sendirian. Tanpa anak, tanpa cucu. Sebagian hasil untuk keperluan makan, sebagian yang lain ditabung. Demikian setiap hari. Peluh demi peluh, letih demi letih. Untuk satu hentakan keyakinan, 'Aku harus berkurban.' 



Sungguh benarlah bahwa Tuhan tak akan sekalipun menyia-nyiakan hambaNya. Dalam setiap mimpi, semesta akan bahu membahu mewujudkannya. Mimpi Mak Yati sederhana saja, berkurban di hari raya Idul Adha, selepas tunai semua hutang-hutangnya. Tapi duhai kawan, tahukah kalian? Langit jadi saksi, semesta bertasbih, desau angin seketika hening. Senyap. Malaikat menuliskan mimpi Mak Yati. 'Aku harus berkurban.' 

Kini, tiga tahun kemudian. Selepas tunai semua hutang-hutang. Mak Yati menuntaskan mimpinya. Mak Yati berkurban untuk Tuhan. Maha suci Allah. Langit berderai menurunkan hujan. Menangis sesenggukan. Haru menangisi kegigihan dan kemuliaan hati. Betapa kemuliaan tak pernah tertukar. 

Saat dunia begitu congkak, menganggap hina semua sampah. Tapi duhai para pemilik jiwa, Mak Yati membuktikan segalanya. Permata lebih kemilau akan tercipta dari kerendahan hati dan niat yang mulia. Saat dunia begitu angkuh, menganggap rendah semua sampah. Tapi duhai para pemilik hati, Mak Yati membuktikan segalanya. Mentari yang lebih benderang hadir dari ketulusan dan ketaatan. Sungguh, kemuliaan tak akan pernah tertukar. 

"Allah, aku berada pada titik terendah. 
Sementara Engkau pada kekuasaan tak berbatas. Cungkillah kesombongan dalam hati. Gantikan dengan ketaatan dan ketundukan. KepadaMu aku menuju. Lapangkan jalanku..." 

Parung, 29 Oktober 2012
Selengkapnya

Tak Ada Ketaatan, Tanpa Pengorbanan

Di suatu pagi, seorang ayah datang merundukan kepalanya menemui anak lelaki tercinta. Buah hati terkasih yang amat disayangi. "Anakku, ada hal yang ingin kusampaikan kepadamu. Malam tadi, aku bermimpi melihat aku menyembelih lehermu. Bagaimana pendapatmu, nak?" Sang anak, dengan ketegaran hati sekeras baja kemudian menjawab, "Lakukanlah ayah. Itu adalah perintah Tuhan. Aku ikhlas. Sembelihlah aku sebagaimana engkau bermimpi malam tadi." Langit jadi saksi. Bagaimana dua orang yang memiliki ikatan begitu kuat, dengan penuh kerelaan melakukan hal yang sebelumnya tak sempat atau mungkin tak pernah terbayangkan. Mengorbankan sesuatu yang begitu dicintai harus disembelih dengan tangan sendiri. Mengorbankan diri, sebagai bentuk ketundukkan kepada ilahi.

Boleh jadi kita tahu bagaimana akhir dari kisah ini. Cerita kenabian yang kerapkali kita dengar setiap tahun. Kisah epic yang siapapun bergidik ngeri ketika membayangkan bagaimana itu terjadi.

"Dengan menyebut nama Allah, kukorbankan harta yang kucintai ini untukMu, Allah. Lapangkan ikhlasku, tuluskan ibadahku." Seketika semesta bertasbih. Mengagungkan asma Allah. Pisau yang digunakan menyembelih seketika tumpul. Tak mempan untuk memutus urat leher Ismail. Segera Allah memerintahkan kepada Jibril untuk menggantikan Ismail dengan seekor domba dari surga. "Sembelihlah domba ini, Ibrahim. Aku ridho atas pengorbananMu.."

Begitulah akhir kisah dari nabiyullah Ibrahim dengan putra kesayangannya Ismail. Buah cinta ketaatan kepada Allah akan selalu berakhir dengan manis. Boleh jadi Ibrahim pada awalnya gentar, bagaimana mungkin ia mampu menyembelih buah hati kesayangannya dengan tangan sendiri. Bagaimana mungkin ia rela, melihat darah mengucur dari anak yang begitu ia cintainya. Tapi siapa sangka? Ismail yang masih lugu dengan tegar menguatkan hati sang Ayah. "Lakukanlah ayah, aku ikhlas."


Kini, masa telah terlewat begitu lama. Tapi pelajaran akan ketaatan dan kecintaan masih begitu kuat melekat di dalam pikiran. "Bahwa tak ada ketaatan tanpa adanya pengorbanan."
Semestinya kita malu. Menikmati setiap detik hidup dengan kepongahan. Keangkuhan hati untuk menyenangkan diri sendiri. Tak ada pengorbanan. Yang ada hanya kesombongan diri, melangkah dengan kepala mendongakan ke atas. "Cih, peduli apa dengan apa pengorbanan? Aku hidup dengan caraku sendiri. Hasil jerih atas kepayahan usahaku selama ini. Maka biarkan aku menikmati sendiri." Melupakan, bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah pemberian Tuhan.

Cerita telah usai di waktu silam. Dan kini kita semakin melupakan. Bukan ingatan tentang cerita. Melainkan pembelajaran yang terkandung di dalamnya. Semakin jauh melangkah, semakin giat berpura-pura lupa. Kesetiaan untuk berbagi, tergantikan dengan ketidakpedulian diri.

Bahwa tak ada cinta tanpa pengorbanan. Tak ada ketaatan tanpa adanya kerelaan untuk menuntaskan ibadah kepada Tuhan.

Tuhanku.
Terimalah hatiku yang bersyukur.
Jika sepenuhnya hidupku hanya untukmu, maka apalagi matiku?
Ingin kusempurnakah ibadahku.
Terimalah taubatku.

"Selamat Hari Raya Idul Adha.
Selamat merayakan hidup dengan kepedulian terhadap sesama..." 
 
Source



Depok, 10 Dzulhijjah 1433 H.
Selengkapnya

Cinta Membuatmu Menunggu, Cinta Membuatmu Bertahan


Saat luka, waktu terasa lebih lambat berjalan. Seolah dunia berkonspirasi untuk membuat perih semakin pedih. Keheningan yang digadang-gadang mampu membuat ketenangan nyatanya malah mengusik segala lamunan. Kenangan adalah skenario menjemukan. 

Pun ketika kucoba tersenyum, jiwa menertawai hati yang berpura-pura. Mencoba menyepi, sukma berpesta menyanyikan kidung-kidung duka. Simfoni kesedihan menyayat hati yang ringkih. Tak ada tangisan. Karena air mata hanya akan menjelma cuka yang menetesi torehan luka yang menganga. 

Bertahan itu apa? 
Kesetiaan untuk menghadapi pengabaian?
Atau ketulusan menelan kekecewaan bulat-bulat?
Mengikhlaskan diri terpuruk dalam lubang pengap bernama keputusasaan. 

Bicara tentang cinta diantara luka, bahagia, kecewa, asa, harapan dan cita-cita memang begitu sulit dilogika. Semua menjadi satu kesatuan utuh yang tak bisa dibuat runtuh. Berani mencinta, maka menjalani kesepakatan antara pikiran, hati dan jiwa untuk menerima dua pilihan, bahagia dan terluka. 

Maka jika pada akhirnya aku terlihat bodoh dalam mempertahankan luka dan pengabaian. Anggap saja aku tengah sibuk belajar bagaimana cara mengeja cinta. Kepada satu namamu. Itu saja. 

Dekap hangat. 
Dari aku yang menunggu.
Selengkapnya

Terimakasih Tuhan, Telah Menunda Kematian

"Setiap tarikan nafas adalah perjalanan menuju kematian..."

Suatu senin di 5 Oktober, 20 tahun silam, seorang ibu berjibaku diantara dua pilihan. Hidup atau mati. Berjuang melahirkan anak kedua yang dirindukan. Ketika itu malam hari, saat orang-orang begitu lena dalam tidur yang lelap. Dingin dan hening. Mereka barangkali tak mengetahui, bahwa ada seribu malaikat yang turun ke bumi, tersenyum menyambut bayi lelaki yang dititipkan Tuhan kepada sepasang suami istri.

Kini, bayi itu telah mendewasa. Menjalani alur kehidupan yang telah dipersiapkan Tuhan untuknya. Pahit, manis, getir juga ada. Bayi lelaki itu saya.


(source)
20 tahun sebenarnya bukan waktu yang singkat dalam membentuk karakter manusia. Tapi sayangnya, saya masih belum mengerti sepenuhnya akan hakikat terciptanya kehidupan. Seiring bertambahnya usia, tak berarti seseorang mengerti segalanya. Banyak hal dalam hidup yang masih terasa entah. Serba tak mengerti, dan tak terpahami. Tapi saya menyadari satu hal. Bahwa Tuhan sebenarnya menciptakan manusia adalah dengan tujuan yang ingin dicapainya. Mereka bilang, Tuhan menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepadaNya. Saya memahami itu, meski sebenarnya Tuhan ada dengan segala kemuliaanNya. Tanpa perlu dimuliakan sekalipun. Maka sebenarnya, ibadah adalah refleksi syukur tertinggi atas ungkapan terimakasih seorang hamba karena telah diberi jatah kehidupan oleh Tuhan. Tapi saya tak akan bicara banyak tentang hal itu. Biarkan saja itu menjadi jamuan saya ketika ingin berdua saja dengan Tuhan. Berkhalwat dalam rindu yang tak terungkapkan. Bercumbu dalam rukuk dan sujud yang khusyuk.

Setiap tarikan nafas adalah perjalanan menuju kematian. Jika sepenuhnya hidupku memang hanya untuk, Tuhan. Apalagi matiku? Saya tak ingin menjadi semacam jiwa yang hidup dalam kegamangan. Robot hidup yang tak tahu arah jalan pulang. Sedang dimana, dan entah mau kemana. Jiwa-jiwa yang mati bahkan sebelum malaikat sempat mencabut nyawanya. Saya ingin menjadi hamba spesial. Yang hidupnya begitu diperhatikan Tuhan. Entah dengan deritanya cobaan, atau dengan manisnya anugerah kehidupan.

Kematian seringkali menjadi topik yang begitu sensitif bagi kita. Kita selalu menafikan keberadaannya. Meyakinkan diri sendiri bahwa hidup seolah untuk selamanya. Tak ada kematian, yang ada hanya keabadian. Sehingga begitu banyak kelalaian yang kita lakukan. Entah disadari ataupun tidak. Begitupun saya.

Saya selalu meyakinkan diri sendiri, bahwa kematian hanya milik mereka. Saya masih muda, masih jauh bila harus merasakan mati. Tak menyadari, bahwa setiap jejak langkah kaki adalah perjalanan menuju mati.

Maka dalam hidup, saya tak ingin menjadi jiwa yang hanya mengisi kekosongan dan kehampaan. Kemudian mati lantas terlupakan. Saya tak ingin berkabung menatap masa depan. Buat apa? Untuk meratap dan menyesali? Tidak. Ada yang lebih tua dari mati, yaitu kenangan manis tentang diri. Sebuah karya atau kebermanfaatan yang tak lekang oleh obituari.

Tuhanku,
Terimalah hatiku yang bersyukur.
Jika sepenuhnya hidupku adalah untukMu, maka muliakan aku dengan kasihMu.
Jaga aku dengan segala kuasaMu.
Kasihi aku sepenuh sayangMu.
Terimakasih atas kesempatan hidup.
Terimakasih telah menunda kematian.
Sehingga aku masih berkesempatan untuk mencipta kebaikan.

"Selamat ulangtahun. Selamat merayakan kehidupan penuh kebaikan..."



Depok, 5 Oktober 2012
Selengkapnya

Kepadamu, Kebencian Itu

1. Aku benci ketika harus menelan rindu yang telah naik ke kerongkonganku. Sementara kamu masih setia untuk diam, terpekur bisu.

2. Aku benci saat harus mengendapkan cemas sendiri. Saat kau masih saja diam tak memberi kabar pasti.

3. Aku benci ketika harus selalu menerka. Apakah engkau masih berbahagia. Tanpaku, disana.

4. Aku benci ketika harus menikmati bisumu. Membiarkan aku terpuruk dalam pilunya cemburu.

5. Aku benci saat rindu mulai menggerogoti hati. Sementara kau terlalu sibuk menyembunyikan diri.

6. Aku benci saat harus berdamai dengan sendiri. Bahwa engkau telah jauh pergi mengemas hati.

7. Aku benci saat aku harus mengira-ngira. Perhatianmu adalah perasaan nyata atau hanya sekedar basa-basi belaka.

8. Aku benci saat aku harus memperumit perasaan. Padahal dengan dekatmu saja sudah merupakan kebahagiaan.

9. Aku benci. Saat aku menyadari. Bahwa dibalik semua rasa resah, cemas, gelisah dan kebencian yang mengukung ini, aku sayang kamu.
Selengkapnya

Lelaki Cerewet, Katamu

"Maaf ya, kalau nanti aku gak bisa ngobrol banyak sama kamu. Semalam suaraku pergi. Dan pagi ini, dia belum juga kembali. Semoga hanya sebentar pergi. Agar lusa aku bisa cerewet lagi..."

Kepada kamu, sebuah pesan pendek kukirimkan. Sebenarnya, aku tak mempermasalahkan penilaianmu yang satu itu. Justru menjadi lucu, ketika suatu saat dalam perbincangan kita, kau tiba-tiba diam, lantas tersenyum simpul sesambil menutup mulutku dengan jari telunjuk. "Pelan-pelan ngomongnya tuan, nanti keseleo lidahnya.." Kita saling diam, bertatapan, lantas kita berdua, aku dan kamu luruh dalam tawa menggema.

Aku menyukai caramu memperlakukanku. Menjadi seseorang yang begitu setia mendengar setiap kisah. Tersenyum dan tertawa ketika terselip hal lucu, alis bertautan ketika sampai pada ucapanku yang membingungkan. Tak jarang engkau ikut menangis ketika aku mulai menceritakan kegetiran-kegetiran aroma kehidupan. Pendengar yang baik ketika hidup terlalu sering menawarkan pengabaian dan kesepian.

Aku menyukai caramu setelah itu. Tanpa banyak kata, kau tatap mataku lekat-lekat. Aku melihat bulir air mata yang kau tahan disitu. Kemudian kau raih tubuh tegapku. Menyeka air mataku yang tumpah. Dengan suara lirih kau berkata, "Jangan cemas, tuan. Kita hadapi ini berdua. Kamu tak pernah sendirian."
Aku menyukaimu sejak itu.

Aku tak pernah berlebihan memaknai hadirmu. Yang kutahu, aku selalu mencintaimu dalam setiap kesederhanaanmu.
Selengkapnya

Selembar Doa Dari Hamba Yang Tak Berdaya


"Pada gelisah langit dan bumi. 

Getar angin memburu airmata. 
Sambil tengadah kupanjatkan sebaris doa. 
Lantaran ronta di dada semakin membuncah..." 

Tuhanku, izinkan aku mengaduh malam ini. Aku yang seringkali lalai bahkan mengabaikanMu. Terbiasa lupa untuk bersujud menghamba. Terbiasa menafikanMu dari setiap adaku. Malam ini dengan tangis pecah tersungkur di hadapMu. Bersimpuh dengan segala ketundukan dan kerendahan untuk meminta dalam setiap lembar doa. 

Mungkin Kau menggapku begitu hina, tiba-tiba datang ketika telah lama larut dalam lubang hitam bernama ke-alphaan. Kemudian Kau mengacuhkanku lalu berpaling kepada hamba-hambaMu yang selama ini lebih sering mengingatMu. Tapi dengan segala keyakinan hati, aku percaya bahwa Kau tak mungkin seegois itu. Dengan keluasan Rahman dan Rahim-Mu aku meyakini sepenuh hati bahwa Kau akan tetap tersenyum menyambut hambaMu yang dekil dan lusuh akan dosa dan kesalahan ini. 

Tuhanku. 
Kapan aku bisa mengerti semua? 
Kapan aku bisa ikhlas? 
Ingin tegar dan sabar. 

Andai aku tahu. 
Apa yang Kau suka. 
Apa yang baik menurutMu? 

Aku tak ingin salah. 
Tapi mengapa hati ini lelah? 
Sering kucari namun belum juga kutemui. 

Dimana? 
Ingin bertanya. 
Pada siapa? 
Hati? 
Kenapa hati peragu? 
Bahkan untuk mendengar, telinga pun tak mampu. 
Benarkah aku sanggup, Tuhan? 
Kalau begitu jangan tinggalkan aku. 
Temani aku. 
Setulus kasihMu. 

Tuhanku, kasihilah aku dengan tidak mengasihani aku. Setarakan aku sebagai manusia. Jangan kembali Kau hinakan aku dari segala lemah dan ketidakberdayaan ini. Aku yang papa, kotor, kumal dan tak berdaya akan semakin terpuruk bila kau menyelamatkan kesedihanku hanya karena rasa kasihan. Kasihi aku dengan belai lembut kasih sayangMu. Muliakan aku sebagai manusia yang selayaknya. 

Tuhanku, mungkin kau bisa saja berkata bahwa aku ini angkuh. Tapi tidak Tuhanku, sungguh. Apa yang dapat aku sombongkan dari segala lemah dan ketidakberdayaan? Sementara ke-mahabesar-an dan kekuasaanMu jauh melampaui segala batasan. 

"Tuhanku, 
Sebelum malam mengutukku menjadi debu. 
Ingin kukutuk malam-malam bersamaMu. 
Mengetuk pintu rahmatMu. 
Yang telah lama kutinggalkan. 
Di lorong-lorong waktu..." 

Aamiin
Selengkapnya

Kategori Utama