Terimakasih Tuhan, Telah Menunda Kematian

"Setiap tarikan nafas adalah perjalanan menuju kematian..."

Suatu senin di 5 Oktober, 20 tahun silam, seorang ibu berjibaku diantara dua pilihan. Hidup atau mati. Berjuang melahirkan anak kedua yang dirindukan. Ketika itu malam hari, saat orang-orang begitu lena dalam tidur yang lelap. Dingin dan hening. Mereka barangkali tak mengetahui, bahwa ada seribu malaikat yang turun ke bumi, tersenyum menyambut bayi lelaki yang dititipkan Tuhan kepada sepasang suami istri.

Kini, bayi itu telah mendewasa. Menjalani alur kehidupan yang telah dipersiapkan Tuhan untuknya. Pahit, manis, getir juga ada. Bayi lelaki itu saya.


(source)
20 tahun sebenarnya bukan waktu yang singkat dalam membentuk karakter manusia. Tapi sayangnya, saya masih belum mengerti sepenuhnya akan hakikat terciptanya kehidupan. Seiring bertambahnya usia, tak berarti seseorang mengerti segalanya. Banyak hal dalam hidup yang masih terasa entah. Serba tak mengerti, dan tak terpahami. Tapi saya menyadari satu hal. Bahwa Tuhan sebenarnya menciptakan manusia adalah dengan tujuan yang ingin dicapainya. Mereka bilang, Tuhan menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepadaNya. Saya memahami itu, meski sebenarnya Tuhan ada dengan segala kemuliaanNya. Tanpa perlu dimuliakan sekalipun. Maka sebenarnya, ibadah adalah refleksi syukur tertinggi atas ungkapan terimakasih seorang hamba karena telah diberi jatah kehidupan oleh Tuhan. Tapi saya tak akan bicara banyak tentang hal itu. Biarkan saja itu menjadi jamuan saya ketika ingin berdua saja dengan Tuhan. Berkhalwat dalam rindu yang tak terungkapkan. Bercumbu dalam rukuk dan sujud yang khusyuk.

Setiap tarikan nafas adalah perjalanan menuju kematian. Jika sepenuhnya hidupku memang hanya untuk, Tuhan. Apalagi matiku? Saya tak ingin menjadi semacam jiwa yang hidup dalam kegamangan. Robot hidup yang tak tahu arah jalan pulang. Sedang dimana, dan entah mau kemana. Jiwa-jiwa yang mati bahkan sebelum malaikat sempat mencabut nyawanya. Saya ingin menjadi hamba spesial. Yang hidupnya begitu diperhatikan Tuhan. Entah dengan deritanya cobaan, atau dengan manisnya anugerah kehidupan.

Kematian seringkali menjadi topik yang begitu sensitif bagi kita. Kita selalu menafikan keberadaannya. Meyakinkan diri sendiri bahwa hidup seolah untuk selamanya. Tak ada kematian, yang ada hanya keabadian. Sehingga begitu banyak kelalaian yang kita lakukan. Entah disadari ataupun tidak. Begitupun saya.

Saya selalu meyakinkan diri sendiri, bahwa kematian hanya milik mereka. Saya masih muda, masih jauh bila harus merasakan mati. Tak menyadari, bahwa setiap jejak langkah kaki adalah perjalanan menuju mati.

Maka dalam hidup, saya tak ingin menjadi jiwa yang hanya mengisi kekosongan dan kehampaan. Kemudian mati lantas terlupakan. Saya tak ingin berkabung menatap masa depan. Buat apa? Untuk meratap dan menyesali? Tidak. Ada yang lebih tua dari mati, yaitu kenangan manis tentang diri. Sebuah karya atau kebermanfaatan yang tak lekang oleh obituari.

Tuhanku,
Terimalah hatiku yang bersyukur.
Jika sepenuhnya hidupku adalah untukMu, maka muliakan aku dengan kasihMu.
Jaga aku dengan segala kuasaMu.
Kasihi aku sepenuh sayangMu.
Terimakasih atas kesempatan hidup.
Terimakasih telah menunda kematian.
Sehingga aku masih berkesempatan untuk mencipta kebaikan.

"Selamat ulangtahun. Selamat merayakan kehidupan penuh kebaikan..."



Depok, 5 Oktober 2012

7 komentar:

  1. Alhamdulillah yah, kita diberi umur panjang.. semoga barokah :))

    Traktiraannya belum oyyyy :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih Tami :D
      2012 itu, yang ulangtahun tinggal uncang-uncang kaki nikmatin makanan dan hadiah yang dikasih orang-orang. Gitu.

      Hapus
  2. :D Happy Birthday 20thn 5hari, Bang :b

    BalasHapus
  3. selamat ualng tahun yak, mg cepet gede

    BalasHapus
  4. selamat ulang taun bang galih, semoga makin sukses :D

    BalasHapus
  5. selamat ulang tahun pasangannya putri keyla :D

    BalasHapus

Kategori Utama