Mak Yati, Permata Diantara Gundukan Sampah

"Allah, aku ingin berkurban untukMu. Mudahkanlah jalanku." Ucap Mak Yati tiga tahun lalu. Sebagai pemulung, mungkin sebuah kemustahilan ketika ia berkeinginan untuk berkurban.
Tapi mimpi tak pernah ada yang mustahil. Dengan kegigihan dan keteguhan hati, selepas petang hingga dini hari, ia mengais keping demi keping sampah yang bisa dijual. Mengepul bungkus air kemasan, kardus, plastik, besi untuk ditukar menjadi rupiah. Sendirian. Tanpa anak, tanpa cucu. Sebagian hasil untuk keperluan makan, sebagian yang lain ditabung. Demikian setiap hari. Peluh demi peluh, letih demi letih. Untuk satu hentakan keyakinan, 'Aku harus berkurban.' 



Sungguh benarlah bahwa Tuhan tak akan sekalipun menyia-nyiakan hambaNya. Dalam setiap mimpi, semesta akan bahu membahu mewujudkannya. Mimpi Mak Yati sederhana saja, berkurban di hari raya Idul Adha, selepas tunai semua hutang-hutangnya. Tapi duhai kawan, tahukah kalian? Langit jadi saksi, semesta bertasbih, desau angin seketika hening. Senyap. Malaikat menuliskan mimpi Mak Yati. 'Aku harus berkurban.' 

Kini, tiga tahun kemudian. Selepas tunai semua hutang-hutang. Mak Yati menuntaskan mimpinya. Mak Yati berkurban untuk Tuhan. Maha suci Allah. Langit berderai menurunkan hujan. Menangis sesenggukan. Haru menangisi kegigihan dan kemuliaan hati. Betapa kemuliaan tak pernah tertukar. 

Saat dunia begitu congkak, menganggap hina semua sampah. Tapi duhai para pemilik jiwa, Mak Yati membuktikan segalanya. Permata lebih kemilau akan tercipta dari kerendahan hati dan niat yang mulia. Saat dunia begitu angkuh, menganggap rendah semua sampah. Tapi duhai para pemilik hati, Mak Yati membuktikan segalanya. Mentari yang lebih benderang hadir dari ketulusan dan ketaatan. Sungguh, kemuliaan tak akan pernah tertukar. 

"Allah, aku berada pada titik terendah. 
Sementara Engkau pada kekuasaan tak berbatas. Cungkillah kesombongan dalam hati. Gantikan dengan ketaatan dan ketundukan. KepadaMu aku menuju. Lapangkan jalanku..." 

Parung, 29 Oktober 2012

10 komentar:

  1. huaaaaaaa sedihnyaaa...harus jadi teladan yg kek gini >,<

    lama gak mampir ni mas aih aih aih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, semoga menjadi inspirasi agar kita bisa lebih baik lagi :')

      Hapus
  2. Balasan
    1. Semoga setiap langkahnya bernilai kebaikan. Aamiin

      Hapus
  3. Keren banget...meskipun uangnya ga banyak, tapi mau berbagi...*terharu*

    BalasHapus
  4. kontras banget memang, kemarin gue sempat nonton, ada ibu2 pakaiannya bagus, berkalung emas, ngantri qurban tapi marah2 gara2 dia dapatnya paru, bukannya daging. ironisnya, sehabis itu berita stasiun tv yang sama mengulas mbak yati ini :') jadi gimanaaaa gitu. hikshiks.

    BalasHapus
  5. sangat mulia :') patut dijadikan inspirasi...

    BalasHapus
  6. oh ini orangnya, saya belum tahu persis siapa orangnya, saya tahunya pas buka detik.com dulu.
    kita bisa ambil hikmahnya dari sini ya kawan hehehe
    pasti kita bisa lebih baik lagi

    BalasHapus
  7. semoga menjadi tamparan, untuk mereka yang begitu kikir melakukan kebaikan.

    BalasHapus

Kategori Utama