Putri Keyla dan Lelaki Bertudung Hitam #6

Selamat malam, nona.

Pendongeng kembali. Izinkan saya meneruskan lagi cerita yang sempat tertunda. Kau duduklah diam-diam dan tenang. Saya akan menceritakannya lagi pelan-pelan.

---------


Hari-hari berikutnya terasa sangat menyenangkan. Pagi hari Putri Keyla membantu ibu Galuh, sore harinya ia melangkah menuju taman Tanjung Harapan. Untuk mendengarkan lagu atau sekadar berbincang-bincang dengan Al, pemuda bertudung hitam. Tak ada lagi irama sendu. Keceriaan mengalun merdu dalam setiap temu.


Putri Keyla seperti menemukan dirinya kembali. Dan Al, selalu setia menemani. Perbincangan mereka selalu sederhana. Seperti cerita lucu atau kisah-kisah pengalaman masing-masing. Lebih banyak cerita seputar kehidupan Al. Keyla betah berlama-lama dengan Al. Begitupun Al.

Maka begitulah mereka sekarang. Menjalani setiap kisah sore bersama. Berteman lagu dan cerita-cerita. Pernah dalam sebuah kesempatan Al bertanya, 

"Nona, apa yang membuatmu ke sini?"

"Kesedihan."
"Maksudmu?"
"Kesedihan yang membuatku berlari."
"Berlari untuk apa?"

"Untuk tak menemui kesedihan lagi."
"Bagaimana mungkin?"
"Sebisa mungkin."
"Ah, kau ini lucu. Kau berlari oleh kesedihan. Lalu berharap tak menemui kesedihan."
"Apa yang salah?"
"Tak ada yang salah. Hem.. Atau mungkin keliru, menurutku."
"Apa yang keliru?"
"Sejauh apapun kau berlari. Sedalam apapun kau bersembunyi. Kau akan tetap menemui kesedihan."
"Maksudmu?"
"Kesedihan bukan untuk dihindari, tapi dihadapi."
"Bagaimana caranya?"
"Berdamai dengan kenangan."
"Apa yang dimaksud berdamai dengan kenangan?"
"Berkompromi dengan masa lalu."
"Maksudmu?"
"Sekuat apapun kau berusaha melupakan, pada akhirnya kau hanya akan semakin kuat mengingatnya. Bahkan untuk lupa, kau harus ingat dulu kan apa yang harus kau lupakan?"

"Hem?"
"Begini maksudku. Tak perlulah kau menghindari kesedihan. Berlari sejauh apapun, kau akan tetap menemuinya. Sebab ia berada di dalam hatimu sendiri. Layaknya keindahan, kesedihan terkadang tak perlu kau genggam terlalu erat. Biarkan ia terbang bebas."

Keyla terdiam sejenak, sepertinya pernah mendengar kalimat yang hampir mirip diucapkan Al.

"Ah, iya, seperti ucapan ibu!" sontaknya di dalam hati.
"Lalu semestinya bagaimana?" Keyla melanjutkan tanya.
"Berdamai dengan kenangan."
"Ah, kenapa kau selalu mengulang kalimat itu?"
"Karena memang itu yang seharusnya dilakukan."
"Hem?"
"Cukuplah kau simpan kenangan masa lalumu di dalam sebuah ruang hati yang kau ciptakan sendiri. Masukkan ia ke dalam sana. Kunci rapat-rapat." ucap Al sambil menatap mata Key.


"Berdamailah dengan hatimu sendiri. Kesedihan akan tetap kau rasakan bila kau terus memendam dendam. Maafkanlah dirimu sendiri. Lalu maafkanlah setiap luka yang membuatmu bersedih. Hilangkan dendam dalam hatimu. Anggap saja itu cara Tuhan memberimu kesadaran, bahwa luka yang kau rasa bukan sesuatu yang pantas kau harapkan." ucap Al melanjutkan.


"Berdamailah dengan hatimu sendiri. Bahwa seberapa banyak pun luka yang mendera, pada akhirnya akan menunjukkan jalan untuk berbahagia. Berdamailah dengan hatimu sendiri. Lalu siapkan lagi sesaku harapan. Untuk menjemput kebahagiaan." Al menutup penjelasannya.


"Terima kasih, tuan. Untuk wejanganmu."
"Ah, kau pikir aku orang tua?"
"Loh, bukannya memang tua? Bicaramu laiknya kakek-kakek yang sudah berpengalaman hidup seratus tahun."
"Sialan kamu."
"Hahahaha"

Lalu lagu bernada ceria kembali mengalun dari biola hitam milik pemuda bertudung hitam.
Ia masih menutup wajahnya. 
Putri Keyla belum tahu wajah dibalik tudung hitamnya itu.

"Kenapa kau selalu menutup wajahmu dengan tudung itu?" tanya Keyla.
"Tak apa."
"Kalau tak apa, seharusnya kau buka itu."
"Aku belum mau."
"Kenapa?"
"Belum saatnya."
"Siapa yang tahu wajahmu?"
"Tak ada yang tahu."
"Heu?"
"Kecuali lelaki tua yang sudah kuanggap sebagai bapak."
"Ah, aku sudah mendengar cerita itu."
"Cerita mana?"
"Tentang kamu dan lelaki tua itu."
"Ah, siapa yang bercerita?"
"Seorang ibu yang aku tinggali kediamannya."
"Oh begitu."
"Iya. Ah, ngomong-ngomong, sudah larut malam. Aku pamit pulang."
"Jangan lupa, esok datang lagi. Ada yang ingin aku bicarakan."
"Tentang apa?"
"Datang saja besok."
"Hmm. Baiklah."


---------------------

Bagaimana nona? Adakah dadamu berdebar? Bersabarlah. Ada hal menarik setelah ini. Saya akan melanjutkannya lagi,

2 komentar:

  1. oke Aku tak sengaja mampir di blog ini dan mengikuti kisah putri keyla yang ternyata bkin penasaran sangat ! parahnya aku adl org yg sangat mudah penasaran tingkat tinggi. Dengan kerendahan hatimu, mohon kisah putri keyla nya diselesaikan hari ini juga dan kalau bisa secepatnya. terimakasih mas aih atas tulisannya yg begitu menghibur ♥

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, terima kasih sekali sudah baca sampai tuntas :)

      Hapus

Kategori Utama