Aku yakin senyummu mengembang sesaat membaca suratku. Dada berdebar tak sabar ingin segera tahu perihal apa yang akan kutuliskan sekarang. Kau baca kata per kata dengan irama mengalun indah di jiwa. Memicingkan mata agar tak ada satu kalimat pun yang terlewat. Ah, maafkan aku yang terlalu lama membuatmu menunggu. Sebenarnya, tanpa perlu kau baca paragraf pertama dalam surat ini, kau tak akan kehilangan pesan yang ingin kusampaikan. Hehe, aku suka sekali menggoda kesabaranmu. Aku yakin senyummu kini berubah cemberut karena sebal oleh sebab betapa bertele-telenya aku menyampaikan isi surat. Tak apa sayang, nikmati saja setiap kata dalam tulisan ini. Sebab dalam setiap aksaranya, aku menitipkan doa-doa dan rindu-rindu agar dapat kau nikmati debar getarannya.
Baiklah sayang. Maafkan aku atas pengawal surat yang membuatmu kesal. Jangan diambil hati. Seperti tak tahu saja bagaimana tabiat kekasihmu ini.
Aku ingin mengabarkan bahwa kabarku baik-baik saja. Pun kini ibu berangsur pulih. Bahkan ia sudah mampu memasak lagi. Masih ada letih di segurat wajahnya, -memang. Tapi tak sedikit pun membuat ia jerih. Justru terlihat semakin semangat melakukan aktivitas yang di waktu lalu tak dapat ia lakukan. Jika bukan karena cinta terhadap kehidupannya, aku tak yakin apakah masih ada rona senyum di segurat wajahnya.
Membicarakan cinta, maka akan banyak sekali tafsiran yang akan muncul dalam memaknainya. Melihat ibu yang kini kembali ceria aku memaknainya sebagai cinta. Dengan aku yang selalu nyaman berada di dekatnya. Mencuri makna kehidupan yang dia ajarkan melalui lelaku dan perbuatannya kepadaku. Maka dari ibu pula aku belajar satu hal, bahwa cinta adalah perbuatan.
Cinta adalah kata kerja. Maka diam bukanlah pilihan. Merasakannya adalah hasil dari sekumpulan tindakan-tindakan. Cinta membuatmu rindu, cinta pula yang meredakan segala resah dan gelisahmu. Cinta membuatmu bertahan dalam perasaan luka, cinta pula yang menyembuhkan pada akhirnya. Cinta yang membuatmu memiliki, cinta pula yang pada saatnya membuatmu tulus untuk merelakan orang yang kau sayang untuk pergi. Memaknai cinta adalah kesabaran untuk tulus menerima setiap apa yang ditimbulkan. Maka cinta, pada akhirnya memaknai perasaan cinta itu sendiri.
Ampuni aku yang membuat alismu bertautan untuk memahami makna cinta yang kutuliskan. Engkau dapat membaca ulang agar kau lebih paham apa yang kumaksudkan. Sebenarnya, aku lebih suka memaknai cinta dengan sederhana. Dengan menikahimu, itu saja. Hidup bersama dalam ikatan suci di bawah naungan Tuhan. Meningkahi hari dengan senyum, tawa, air mata dan kebahagiaan yang penuh keberkahan. Maka biar nanti aku tunjukkan, cinta itu apa.
Peluk hangat dariku.
Lelaki yang mencintaimu utuh.
Hehehe :p
BalasHapusKonfliknya adain lagi dong :O *request*
BalasHapusuuuuwwwwhhh, so swiiiit :')
BalasHapus