Keping Tiga Hati

"Rio.. Aku mau cerita!"
"Apa lagi, Deb? Masih tentang pacar kamu? Kan aku udah bilang, kalau kamu terus-terusan berbesar sabar kamu hanya akan dapat pelukaan.", ucap Rio dengan dengus bosan di gagang handphone miliknya.

"Tapi Rio, aku udah sayang banget sama dia. Dan aku juga gak mau dia bersikap dingin terus seperti ini. Dia berubah Rio, gak seperti awal-awal aku kenal.", lanjut Debi dengan nafas sesak tertahan.

"Sekarang kamu maunya gimana? Perubahan itu hukum alam, Deb. Sekuat apapun kamu berusaha menahan dia untuk sama seperti dulu, kamu gak akan mampu. Sekarang hanya tinggal kamu mau menerima dengan terus bertahan, atau menyerah dengan segera berpaling dan melupakan."

"Aku kangen dia yang dulu, Rio. Dia yang selalu bisa bikin aku tersenyum. Nemenin aku ngelewatin masa-masa sulit. Menjadi penenang ketika aku gelisah dan sedih. Orang pertama yang menyeka air mata ketika aku menangis. Aku kangen dia, Rio. Aku butuh dia." Terdengar isak tertahan di ujung telepon. Debi tak kuat menahan tangis yang selama ini sudah membuncah di dadanya.

"Jangan nangis, Deb. Bahkan sebelum kamu kenal dia, kamu bisa tersenyum dan tertawa. Berbahagia dengan kehidupanmu sendiri. Kenapa sekarang kamu takut? Kamu sudah bicara dengan dia? Perihal keinginanmu atas keberadaan dia?", tanya Rio.

"Sudah, Yo. Aku sudah ajak dia untuk ngomongin hal ini. Dan dia juga udah janji untuk kembali bersikap seperti dulu. Tapi semua cuma janji, Yo. Sementara aku masih terpuruk dalam pilunya pengabaian dia."
"Sabar ya, Deb. Nanti kalau aku ketemu dia lagi, aku sampaikan keluh kesah kamu. Yaudah, sekarang kamu istirahat sana. Tidur, sudah larut malam.", ucap Rio mengakhiri pembicaraan.

"Iya, Yo. Makasih ya udah mau dengerin curhatan gak jelas dari aku. Kamu cari cewek sana, biar bisa ngerasain gimana pahitnya diabaikan. Hehehe.... Makasih ya, Yo."
"Dasar kamu, udah curhat tengah malam, masih aja ledekin aku. Awas ya, ketemu aku jitak kamu, Deb."
"Hehehe, iya maaf. Thank's ya, Yo. Selamat malam. Bye."
"Oke, bye."

Desau angin berhembus menembus kisi-kisi jendela. Dingin menyeruak masuk ke dalam kamar Rio. "Siapa Yo? Debi lagi?" suara berat seorang lelaki memecah keheningan.

"Iya. Siapa lagi kalau bukan dia? Sampai bosan aku mendengar keluh kesahnya. Yaudahlah. Biar saja. Salah dia sendiri. Sudah aku kasih nasihat, tapi masih tetap ngeyel buat bertahan sama kamu. Hei, Ngomong-ngomong, dingin banget malam ini. Sudah masuk musim penghujan yah?" Kemudian Rio kembali memeluk dan mencium lelaki di hadapannya.

13 komentar:

  1. mhuahahahaha :D
    suka maaas, akhirannya apa banget :p

    BalasHapus
  2. aku penasaran baca karena link di twitter mas, dan ternyata......

    hebat. endingnya keren-,-b ahaaak!

    BalasHapus
  3. hahaha.. endingnya sih parah banget XD

    BalasHapus
  4. Ada yang bisa jelasin endingnya? Kok gue ga ngerti ya? :|

    BalasHapus
  5. Kupikir, kupikir, kupkir akan bgaimana, trnyata..
    -___-"

    BalasHapus
  6. aku penasaran dari link yang di retweet barusan.. aaaahhhhh kraataaaakkkk mas!! :p

    BalasHapus
  7. bangke endingnya! wahahakkk saraaappp

    BalasHapus
  8. Anjirrrr, jadi mas galih selama ini.... ho****mo? Wah.

    BalasHapus
  9. AKWKAKWKAKWKAW aku ngakak sendiri dikantor-_-

    BalasHapus
  10. Jancukkkk endingnya homo ternyata!!!!!

    BalasHapus
  11. hahahahahaha gak nyangka endingnya kayak gitu

    BalasHapus

Kategori Utama