Bahasa Nusantara, Bahasa Kita Semua

Halo, Kumaha damang? (sunda asli)
Halo, Piye kabare? (jawa tulen)
Halo, Baa kaba? (minang pasti nih)
Hai, Onyi bite? (kayu agung)



Semoga semua baik. Dalam keadaan yang membahagiakan meski sendu sesekali datang. Aamiin



Kali ini Mas Aih, mau bahas sedikit tentang negeri kita, Indonesia tercintah. Kita semua udah pada tahu, bahwa Indonesia itu negara yang sangat kaya. Budaya, suku, bahasa, adat istiadat menjadi pondasi pertama yang membentuk kesatuan bangsa. Maka gak heran kalau Indonesia dapet julukan "Negeri Sejuta Warna". (ini bisa-bisaan mas aih aja sih :p)

Dari semua keanekaragaman, bahasa daerah di Indonesia terbilang yang paling banyak jumlahnya dibanding negara-negara lain. Pusat Bahasa Depdiknas, pada tahun 2008 menyebutkan bahwa bahasa daerah di Indonesia berjumlah kurang lebih 746 bahasa dari 17.508 pulau yang tersebar di seluruh pelosok nusantara. Whoaaaaa banyak banga.


Gue sendiri, udah sering banget nemuin orang ngomong dengan bahasa daerahnya masing-masing. Jawa, sunda, minang, batak karo, bugis, aceh, papua. Semua berbeda, antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Sekalipun ada kosa kata yang sama, tapi artinya beda. Dahsyat!!
Belom lagi logat atau dialek daerah. Keanekaragaman dialek, membuat bahasa daerah menjadi terlihat semakin semarak dan beragam. Menurut gue, yang paling keren itu Nganjuk, bahasa jawanya agak mendayu-dayu gitu. Misalnya, kata enak kalo dilafalkan oleh orang Nganjuk menjadi uwenak, kesel jadi kuesel. Sambel menjadi suwambel, galau menjadi guwalau. (Eh gak deng, yang 2 kata terakhir becanda :p)



Kalo menurut teorinya sih, bahasa nusantara itu terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu kelompok Austronesia dan Non-Austronesia. Kelompok Austronesia inilah yang melahirkan bahasa-bahasa besar dari bahasa-bahasa Nusantara seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Sunda, Bahasa Batak, Bahasa Jawa, dan lain-lain.

Sementara Kelompok Non-Austronesia (Kadang disebut juga Kelompok Papua/Timur) melahirkan bahasa besar yang lain, seperti bahasa Maluku, Papua, Halmahera dan bahasa lainnya yang berada di wilayah Indonesia Timur.

Nah, dari keberagaman ini. Tahukah kalian bahwa semakin lama bahasa daerah kita semakin punah???


Menurut Kepala Pusat Penelitiaan dan Kebudayaan (PMB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bapak Drs. Abdul Rachman Patji, MA. bahwa hanya tinggal 10% bahasa yang akan bertahan. Penyebabnya karena bahasa daerah semakin jarang dipergunakan.

Hayolo..



Menurut Mas Aih, ada beberapa alasan lain yang mungkin bisa menjadi penyebab kenapa bahasa daerah bisa punah.

1. Pernikahan Beda Rumpun
Hal ini sering banget kita temuin. Orang jawa nikah sama orang sunda, orang sunda nikah sama orang jawa. Orang minang nikah sama orang bugis, orang bugis nikah sama orang minang.(sama aja -__-") #Plak
Nah, karena perbedaan rumpun budaya, bagi pasangan yang gak mau ribet belajar bahasa masing-masing, mereka lebih memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai media komunikasi. Akhirnya, bahasa daerah diabaikan dan terlupakan. 


2. Urbanisasi
Dulu, mungkin sampai saat ini. Banyak banget orang yang merantau dari daerah satu ke daerah yang lain demi mencari kitab suci. Hingga akhirnya, mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkungan etnis tempat mereka berpindah. Karena bahasa Indonesia adalah bahasa nasional, maka mereka memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia, dan relatif meninggalkan bahasa daerahnya. Akhirnya, bahasa daerah diabaikan dan terlupakan. 

3. Tidak Ada Pendidikan Bahasa Daerah Di Rumah
Nah, ini sering juga kita temuin, atau bahkan diri kita sendiri yang merasakan. Orang tua tidak mengajarkan bahasa daerah kepada anak-anaknya. Akibatnya, banyak anak yang tidak mengerti bahasa daerah asalnya. Hingga pada akhirnya, bahasa daerah terabaikan dan terlupakan.

4. Malu
Bener gak? Sebenernya masih banyak orang yang setia dengan bahasa asalnya. Tapi, karena banyaknya ejekan yang mereka dapet ketika berbicara bahasa daerah, mereka menjadi merasa malu untuk menggunakan bahasa daerahnya dan memutuskan untuk tidak menggunakannya lagi. Akhirnya, bahasa daerah semakin terabaikan dan terlupakan.



Terus, apa yang harus kita lakukan Mas Aih????


Setuju atau pun tidak. Bahasa daerah merupakan akar kebudayaan bangsa. Darinya bermula asa dan cita-cita untuk bersatunya bangsa Indonesia. Dengannya pula Indonesia menjadi luar biasa karena kekayaan ragam budayanya. Maka, cara terbaik untuk menghargai dan menghormati adalah dengan melestarikannya.

Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk melestarikannya. Kita punya waktu  dan kesempatan untuk bertanya dan belajar. Kita memiliki kebaikan hati untuk tidak menghina dan mengejek bahasa daerah orang lain. Kita punya kebesaran jiwa untuk tidak melupakan jati diri. Kebanggaan atas pengakuan diri dari mana kita lahir dan tumbuh berkembang. Karena t
ak ada tempat yang lebih baik, selain rumah kita sendiri.


Lupakan tentang segala permasalahan. Yang terpenting adalah mencari solusi penyelesaiannya. Percuma kita merutuk, menyalahkan, tapi gak ada usaha untuk memperbaiki. Percuma juga kita cuma duduk diam menutup mata, sementara kita punya kemampuan untuk berupaya.


Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi?
Kalau bukan dari sekarang, mau kapan lagi?
Kalau mereka saja bisa, kenapa saya tidak?




Yuk, Kita teriakan dengan lantang.

Aku bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia!!!



Yang mau teriaknya pake bahasa daerahnya masing-masing boleh kok :D

25 komentar:

  1. Remaja jaman sekarang lebih bangga berbahasa asing dibanding berbahasa daerahnya sendiri. Tapi mungkin karena urbanisasi (paling sering gua lihat) alasan utama kenapa generasi muda seakan "menyepelekan" bahasa daerah mereka.

    Kenapa gua bilang begitu ?

    Karena mereka lebih senang bergaul dengan "anak kota yang (dianggap) gaul" yang notabene jarang (bahkan mungkin tak ada) yang bisa bahasa daerah mereka dam (mungkin) dipandang bahwa dialek daerah itu (semacam) norak atau aneh. Hingga jadi bahan candaan (atau malah jadi bahan bully) yang membuat generasi baru semakin malas memahami pentingnya bahasa daerah masing-masing.

    CMIIW
    #justsaying

    BalasHapus
  2. nah, kan saya anak perantauan nih yang bisa bahasa daerahnya cuma seuprit . Kalo misal di sekolah kita pake bahasa daerah kan ga bisa, anak sekolah berasal dari banyak daerah kalo make bahasa daerah sendiri jadi susah komunikasinya ga pada ngerti , ya akhirnya make bahasa persatuan bahasa Indonesia .

    Terakir ada gambar bangga menjadi anak Indonesia, nah karena menjunjung tinggi bahasa persatuan ya pakai bahasa Indonesia .

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. yeaah, AKU BANGGA JADI ANAK INDONESIA :) maka dari itu saya mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia #maksadikit

    BalasHapus
  5. Kalo gitu, demi menjaga kelestarian bahasa daerah, mari kita menggunakan bahasa daerah masing-masing. Orang Sunda ngomong sama orang Minang pakai bahasa Sunda, orang Minang ngomong sama orang Sunda pakai bahasa Minang (*Roaming). gmn mas aih? :D

    BalasHapus
  6. mas..

    aduuhhhhh!!

    tadi aku juga udah komentar gini dipostingan mas galih di KK

    ini yah aku jelasin,

    aku asli orang pasaman,
    ayah pasaman, ibu pasaman,

    emang sih ngga tau kenapa, semua masyarakat sumbar, nge-judge kayak gitu

    yang dimaksud vony tadi, yang bahasanya ngga dimengerti itu,
    bahasanya orang perbatasan sumbar-sumut,

    dan perlu diketahui, itu bukanlah orang minang, makanya sudah tentu beda cara ngomongnya sama bahasa minang, yang tinggal disitu namanya suku mandailing, masih saudaraan sama batak, karena bahasanya mirip bahasa batak!

    dan orang PASAMAN asli, ialah orang minang, dan bahasanya juga bahasa minang, mudah dimengerti, sama dengan bahasa yang lain
    dan tentang masalah logat dan cara pengucapan, bahasa minang antara kabupaten dengan kabupaten yang satu memang ada yang berbeda, namun, masih mudah dimengerti, dan masalah siapa yang ngomongnya paling cepet ialah, solok selatan,

    contoh :
    indonesia : jam berapa sekarang?
    minang biasa : jam bara kini?
    minag solok selatan : jam bapoi?

    dengan ucapan yang sangat cepat!

    maaf mas galih,
    saya hanya ingin meluruskan pandangan masyarakat selama ini tentang pasaman!
    pasaman itu juga daerah trans, jadi banyak sekali suku-suku dan agama yang berbeda disitu, disumatera barat, dipasaman lah yang paling banyak suku dan agama yang beda, tapi pasaman itu tempat yang aman dan nyaman, tak ada yang pernah berantem mengatas namakan suku dan agama.

    maaf mas galih yah,
    kayaknya nih komen bisa jadi postingan di blog saya
    piss
    sekali lagi saya mohon maaf, saya hanya ingin meluruskan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hanafi, ada juga saya yang minta maaf.
      Ini murni karena ketidaktahuan saya.
      Nanti akan saya perbaharui lagi.
      Terimakasih telah mengoreksi :)

      Hapus
    2. sama sama mas,

      saya jadi ngga enak, inih....

      Hapus
  7. Setuju sama Mas Aih, haha

    Sekarang juga, banyak orang yang lebih senang menggunakan bahasa lain- bahasa Inggris, yang notabenenya adalah bahasa internasional dan kayaknya terdengar lebih keren kali yaa..

    Apalagi sekarang di Indonesia sendiri, terutama di Ibukota Jakarta, hampir semua sekolah berlomba-lomba untuk menjadi sekolah RSBI, menggunakan sistem bilingual, menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, dan lain sebagainya. Itukan sama saja menghapus regenerasi penggunaan bahasa nusantara. Peserta didik yang sesungguhnya sangat berperan sebagai pilar ekonomi, budaya (bahasa, adat, dll), dan lainnya secara tidak langsung telah dididik untuk lebih membiasakan diri dan menyukai bahasa lain dibanding bahasa ibu-nya sendiri.. ya kaan?

    Maaf kalo ada salah-salah kata, :D

    BalasHapus
  8. ngene-ngene aku yo jek seneng kok, ngomong ngawe bahasa jowo :D

    BalasHapus
  9. di jawa barat udah ada Rabu Sunda (kalau gak salah) hehehee, itu program pemerintah untuk seluruh orang jawa barat (sunda) untuk memakai bahasa daerah... hehehe

    bagus blognya..

    BalasHapus
  10. eemm... aku 'kayanya' masuk dalam suku Dayak Ngaju deh, jadi bahasanya bahasa Dayak Ngaju juga. kayanya yaah--"
    masih diragukan nih, abis di kotaku itu rata2 make bahasa banjar campuran. sedangkan bahasa dayaknya gatau banyak--" malah lebih tau bahasa inggris daripada bahasa dayak. parah ya? emang sih. tapi gimana lagi, gaada yang ngajarin banyak bahasa dayakngaju-.- pfftt

    BalasHapus
  11. Supaya bahasa daerah tidak musnah, paling tidak sesama pengguna bahasa daerah yang sama berkomunikasi menggunakan bahasa daerah saja. Soalnya di lingkungan kos dan lingkungan kampus saya ini banyak yang sesama orang Padang asli tapi kalau ketemu ngomongnya pake bahasa sok gaul (pengennya sih bahasa gaul, tapi gagal). Agak risih juga ngedengernya. -_-

    Btw, Saya bisa ngomong banyak bahasa daerah dong.. #Sombong #GapapaDehBiarDicontoh #eh

    BalasHapus
  12. wah..indonesia memang kaya budaya yah...
    amazing..
    drumah ada org jawa , tp kami tetap pake bahasa makassar...
    Insya Allah takkan terlupa smpe generasi kesekian

    BalasHapus
  13. belum lagi ditambah bahasa baru yang sedang menjajah kita : BAHASA KOREA!

    BalasHapus
  14. saya sendiri memnadang bahwa pernikahan beda rumpun tak ada masalah yang terlalu besar,dan penggunaan bahsa indonesia dalam pernikahan beda rumpun itu sah2 saja. dan mengenai bahsa daerah yang akan d ajarkan untuk anaknya itu tergantung keputusan orang tua..

    saya sendiri lebih condong ke arah alsan MALU dan Tidak adanya pembelajaran bahsa daerah..ambilah seperti contoh d pulau jawa sendiri yang pembelajaran mengnai bahsa daerah hanya terhenti sampai tingkat SD atau SMP. dan tidak dilanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi,munkin dalam penggunaan bahsa jawa sendiri anak2 jaman sekarang hanya mengerti mengenai jawa ngoko, dan kromo.sedangkan kita di jawa ada,
    ngoko kasar
    ngoko alus
    kromo alus
    kromo inggil
    kromo madya
    madya ( paling haluss)

    dan mengenai MALU dalm penggunaan bahsa daerah,,itu sangat memalukan dan sangat mengkhawatirkan ketika anak daerah malu untuk menggunakan bahsa daerahnya sendiri...karena lebih suka menggnakan bahasa GAUL..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang gak ada masalah nikah sama orang pulau mana juga.
      Kan Bahasa Indonesia bahasa persatuan.
      Yang ditilik adalah agar budaya akar tak dilupakan, itu aja :D

      Hapus
    2. karena itulah lih,,tlong lah ni pemerintah adakan lagi pembelajaran bahsa daerahh

      Hapus
    3. Iya juga sih. Waktu aku sekolah dari SD sampai sekarang Kuliah, gak pernah namanya belajar bahasa daerah...

      Hapus
  15. Aku Bangga jadi INDONESIA!! *teriak vol. 10*

    BalasHapus
  16. AKU BANGGA JADI BAGIAN DARI BANGSA INDONESIA!! <-semangat teuing
    ane jg pernah belajar bahasa gorontalo,makassar,sunda (mulai dr yg paling kasar ampe yg paling alus)

    dan emang ye logatnya beda2 heu..

    BalasHapus
  17. Setuju dengan pernyataan "bahasa daerah merupakan akar kebudayaan bangsa". Anak-anak zaman sekarang, jangankan bahasa daerah, bahasa Indonesia pun belum tentu bisa mereka ucapkan dengan baik. Betapa memprihatinkan ketika melihat anak-anak kecil di Indonesia lebih fasih menggunakan bahasa Inggris (bahkan Malaysia?) dibanding bahasa Indonesia.
    Oh ya, menurut sependengaran saya, yang bahasa Jawanya didayu-dayukan tidak hanya versi Nganjuk, karena saya dulu sering berinteraksi dengan orang-orang berbahasa Jawa dari daerah manapun, tergantung gaya mereka berbicara saja, sekalipun orang Surabaya, bahasa Jawanya pun turut di ayunkan.
    Salam kenal :)

    BalasHapus
  18. tidak untuk saya sob.. saya pecinta seni dan budaya.. jadi saya lebih mencintai budaya saya dari pada budaya luar.. seperti berbahasa saya tidak malu memakai bahasa daerah.. justru saya bangga dengan bahasa daerah.. artikelnya bermanfaat sob.. mudah2an mereka yang kurang mencintai budayanya.. bisa tergugah dengan artikel ini.. salam blogger indonesia.. happy blogging.. sukses yo..

    BalasHapus
  19. Iya nih, gue sebagai abege cirebon rada malu ngomong pake bahasa cirebon, selain ngga fasih, juga karna takut dicap kamseupay -_-"
    nice post, bro.

    BalasHapus
  20. :'( jadi galo.. dulu gue udah mati-matian belajar bahasa aceh dan batak tapi ga bisa-bisa juga.. huhuhu

    BalasHapus

Kategori Utama