Rembulan sepotong masih setia menggantung di serambi langit, meski malam
begitu kelam menutup tirai awan. Pendar gemintang seolah menghilang,
tergulung langit yang pekat berkarat. Mati rasanya dunia. Tak ada suara.
Hilang kata. Hanya gemuruh teriakan dalam diri yang rasanya tak mau
henti. Kadang getar jantung serasa ingin melompat keluar. Ada iba yang
terlalu. Menghasilkan senyap yang merasuk kalbu.
Jua tak ubahnya hatiku. Sepi. Sunyi. Serupa malam ini yang mencoba
keluar mencari sinar yang hilang. Nyatanya aku tetap tak mampu keluar.
Justru sinar itu kian menjauh saja. Kala kucoba berjalan, deru derap
langkah kakikaki bisu terasa ada di belakangku. Namun, sesaat kumenoleh,
tak ada apapun. Tak ada siapapun. Hening kelu. Tiada jejak baru. Selain
aku.
"Aku senang sekali menatap langit malam. Meskipun gelap dan hitamnya
pekat. Ada gemintang dan rembulan yang indah berkerlap-kerlip. Keduanya
mengobati aku. Jua pekat rinduku...."
Parung, 2 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar