Terkadang, saat bening matamu itu memandang (walau bukan kepadaku,
-tentu saja-) dunia kurasakan terbalik. Bukan turun ke bumi, melainkan
bumi ada di atas kepala sedang langitlangit itu terasa ada di bawah
telapak kakiku. Seolah terasa semua pendar keindahan itu milikku. Hanya
untukku.
Namun kenyataan bahwa aku adalah usang membuat kutersedak. Tercekat
tanpa ada lagi harap. Ingin rasanya kumenangis saja. Agar terbasuh
segala sesak rindu di dada. Ingin rasanya aku pergi menjauh, agar
terlupa aku dari segala tentangmu, tapi kemana kedua kakiku? Rasanya
ingin kutepis semua damba, tapi dimana tangantanganku? Untuk kesekian
kali aku merasa lumpuh, tak bergerak, bak beku mematung tak mampu
mengelak. Tak ada suarasuara melebur, hanya terdengar degup jantungku
saja yang kian tak teratur.
Dalam segala sakit yang kurasa, ingin hatiku suarakan padamu bahwa
mata itu indah. Tapi tenggorokanku pedih, terasa tercekat. Tak mampu
berkatakata.
Pun pada akhirnya, kuhanya mampu pandangimu dari jauh saja.
"Semoga pendar keindahan tetap memelukmu.
Perbolehkan aku untuk dapat mencuri pandangi indah matamu selalu..."
Bojongsari, 28 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar