Kepada : Pemilik Mata Seindah Permata II

Terkadang, saat bening matamu itu memandang (walau bukan kepadaku, -tentu saja-) dunia kurasakan terbalik. Bukan turun ke bumi, melainkan bumi ada di atas kepala sedang langitlangit itu terasa ada di bawah telapak kakiku. Seolah terasa semua pendar keindahan itu milikku. Hanya untukku.
Namun kenyataan bahwa aku adalah usang membuat kutersedak. Tercekat tanpa ada lagi harap. Ingin rasanya kumenangis saja. Agar terbasuh segala sesak rindu di dada. Ingin rasanya aku pergi menjauh, agar terlupa aku dari segala tentangmu, tapi kemana kedua kakiku? Rasanya ingin kutepis semua damba, tapi dimana tangantanganku? Untuk kesekian kali aku merasa lumpuh, tak bergerak, bak beku mematung tak mampu mengelak. Tak ada suarasuara melebur, hanya terdengar degup jantungku saja yang kian tak teratur.

Dalam segala sakit yang kurasa, ingin hatiku suarakan padamu bahwa mata itu indah. Tapi tenggorokanku pedih, terasa tercekat. Tak mampu berkatakata.

Pun pada akhirnya, kuhanya mampu pandangimu dari jauh saja.

"Semoga pendar keindahan tetap memelukmu.
Perbolehkan aku untuk dapat mencuri pandangi indah matamu selalu..."



Bojongsari, 28 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kategori Utama