Kepada : Pemilik Mata Seindah Permata III

Aku sesungguhnya. . .
Tak pernah mengerti sepenggal rasa yang ada itu apa. Dan sepasang bola mataku ini tak hentinya mencari.
Entah....

Aku rasa malam ini aku membeku lagi. Dingin yang memenuhi udara, mengalir ke luar rongga mulutku berwujud uap. Putih. Serupa asap. Pun aku kemudian mulai gigil seiring naiknya udara dingin itu. Aku mati rasa. Aku kaku. Beku. Hilang asaku.
Entah...

Apa yang aku cari, aku serba tak mengerti. Dan aku memang tidak mengerti. Tak bisa mengerti.

Aku...
Selalu merasa ada ruang kosong di jiwa. Ada senoktah biru haru perasaan yang bernamakan rindu.

Aku memang merindu.
Rindu dia.
Aku merindu bening mendamaikan itu.
Aku rindu si pemilik mata seindah permata.
Aku rindu. . . . .



Parung, 13 Oktober 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kategori Utama