Kepada : Pemilik Mata Seindah Permata I

Sungai waktu yang selama ini kuarungi tak mampu buatku tuk benarbenar melupakanmu. Entah sudah detik keberapa aku merenung, menyadari semua salah dan kesalahan. Namun hanya resah yang malah membuat pertanyaan baru. Aku sesak dalam terka. Namun jawab tetap tak ada.

Bayang diri yang kulihat di kaca semakin kabur saja, melihat aku yang semakin kacau dan tambah tak menarik saja. Aku yang kini tak lagi sayang pada diri, terlalu sibuk mengurus masalah hati.

Aku tak pernah lupa pada wajah itu. Yang selalu membuatku terpaku, seolah dunia membeku. Aku tak tahu kamu itu siapa, namun sepasang mata yang dianugerahkan padamu itu indah penuh pendar damai nan cerah. Kali ini untuk yang kesekian kalinya aku terjatuh. -lagi-. Rasanya kakiku patah, hanya mampu terseok, tertatih, tak normal lagi. Setidaknya untuk saat ini.


Aku selalu memikirkan mimpiku yang tak sampai. Aku diamdiam mengagumimu. Diamdiam suka. Padamu. Pada mata indahmu. Jua pada semua bias yang terpancar indah di segurat wajah milikmu itu. Entah. Mungkin kau tak tahu jikalau diamdiam kukagumi dari palung terdalamku. Aku tahu, bayangbayang lain pun ada di sekitarku. Tapi buram. Tak jelas dan tak seindah kamu. Kala kucuri pandangi wajahmu dan mata itu, ada getar aneh dalam diri. Aku memang ada di hadapmu, hanya saja kau tak pernah tahu. Pun aku tak mampu memaksamu agar merasa seperti aku padamu.

Aku tahu.
Adalah semua memang tak pada tempatnya.
Tapi biarkan rasa ini berenang sekali ini saja.
Menemui kamu.
Jangan salahkan aku.
Tapi salahkan sepasang matamu yang membuatku terpaku.
Tersedak dan beku sesaat.
Jangan menoleh !!


Parung, 22 September 2011
06:41:05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kategori Utama