Lelaki, Perempuan, dan Perbincangan Tentang Memperjuangkan

"Seberapa besar usaha seseorang dalam memperjuangkan cinta yang dimilikinya?"

Tanya sebuah suara perempuan di dalam kamar lengang berukuran 4x3 meter. Tidak ada apa-apa di sana, kecuali kasur seukuran queen sized beds dan lemari kecil untuk sekadar menaruh pakaian 3 sampai 4 stel. Di sudut kamar ada meja rias lengkap dengan cermin. Perempuan itu sedang mematut diri di depan cermin sambil memainkan anak rambutnya yang tergerai menutupi buah dada. Pakaiannya sudah tanggal, tubuhnya yang tinggi dan sintal hanya ditutupi dengan kain tipis bermotif bunga.

"Sebesar cinta yang dia miliki," jawab suara seorang lelaki yang sedang duduk bersandar di atas kasur sambil memerhatikan setiap lekuk tubuh perempuan yang ada di hadapannya.

"Apakah kau mencintaiku?" perempuan itu berkata lagi, kali ini suaranya terdengar lebih getir.

"Aku mencintaimu," jawab si lelaki dengan tegas. Ada keseriusan dalam nada suaranya.

"Aku lelah melakukan permainan ini. Sembunyi-sembunyi dalam mereguk nikmat. Mencuri-curi kesempatan pergi sendirian agar dapat menemuimu. Lalu menghabiskan waktu berdua dengan tergesa untuk bercinta, hingga aku dapat mencapai puncak orgasme. Setelah itu pulang dengan perasaan cemas karena takut ketahuan. Selalu seperti itu." 

"Lalu kau ingin aku bagaimana?" tanya si lelaki.

"Aku ingin kau memperjuangkan aku. Membuatku bebas bercinta denganmu. Jika benar kau mencintaiku."

"Aku ingin, Re. Sungguh."

"Lantas mengapa kau tak segera memperjuangkan aku, agar dapat kau miliki secara penuh?"

"Bagaimana caranya?"

"Ayo kita rencakan pembunuhan suamiku. Buat ia mati seolah-olah karena kecelakaan. Aku tak kuat lagi merasakan tekanan yang selalu dia berikan. Hatiku hancur menerima perlakuan buruknya. Seolah aku hanya sekadar boneka mainan. Ketika butuh ia dekati, lantas membuangnya saat merasakan bosan. Aku ingin dimuliakan, sebagaimana kau memperlakukanku sebagai perempuan. Ayo, Bob, kita bunuh saja dia," perempuan itu melanjutkan pembicaraannya sambil terisak. Dadanya sesak oleh perasaan amarah yang bergemuruh.

"Tak mungkin, Re. Aku tak mungkin membunuh kakakku sendiri."

"........."

Tik tok jarum jam terdengar dengan lantang. Seisi kamar dipenuhi sunyi dan lengang.

8 komentar:

Kategori Utama