Mungkin kau pernah mengalami. Merasa begitu sepi di dalam kepala sendiri. Membuatmu lupa bagaimana cara tersenyum. Membiarkan wajahmu memasang seringai-seringai murung. Meluruhkan tangis hingga menganaksungai membasahi pipi. Membuat luka menganga begitu lama. Begitu hampa memeluk kesedihan sendirian. Terpekur mendekap lutut dengan kepala yang disesaki haru dan kesunyian.
Lalu di saat genting —yang mungkin saja membuat seseorang menjadi begitu rapuh dan lusuh— seperti itu, hadir sosok yang mengenyahkan semua kesedihan. Membuatmu lupa bagaimana cara menangis. Memberi warna-warna pada hari-hari kelabu. Menopang sendi, saat langkahmu tak lagi berpijak dengan benar. Menggenggam tanganmu, memberikan ketenangan saat keraguan menelusup dada pelan-pelan. Menegakkan lagi kepalamu, setelah sendu memaksamu untuk merunduk dan memasang wajah-wajah murung. Malaikat tanpa sayap yang bertugas untuk menciptakan tawa dan kebahagiaan. Harapan-harapan yang menyalakan asa untuk kebaikan dan kebahagiaan di masa depan. Kedamaian yang menyembuhkan luka duka masa silam.
Aku pernah merasa sepi.Lalu kau datang saat aku sedang merasa teramat kesepian.
Kau datang menghapus sepi, hingga akhirnya pergi meninggalkan perih.
BalasHapus