Berujar Tentang Proses

Suatu hari, ibu pernah memarahi saya karena tak sabar saat belajar sepeda. Jatuh sekali, menangis. Jatuh dua kali, mengeluh. Jatuh tiga kali, tak ingin belajar lagi. Sampai akhirnya ibu saya gemas, lantas mencubit pelan pipi saya sambil berkata,“Ala bisa karena biasa. Ayo belajar lagi. Kalau sebelumnya kamu mengayuh sepeda cuma sampai tiga meter, setelahnya kamu bisa mencapai lima meter, nak. Jangan nyerah. Kalau nyerah, kamu bisa diledekin teman-teman karena nggak bisa naik sepeda. Emangnya mau?”

Setelah itu saya belajar lagi. Lalu jatuh lagi, kali ini lebih parah, sampai terjerembab. Tapi saya tak menangis, saya berpikir bahwa saya pasti bisa. Saya betulkan lagi letak sepeda yang jatuh, lantas menaikinya. Kemudian mengayuh pedal sepeda dengan lebih semangat, hingga akhirnya sepeda mulai berjalan lebih seimbang. Dan saya berhasil naik sepeda dengan lancar tanpa terjatuh lagi. Akan selalu ada harga yang dibayar untuk sebuah keberhasilan. Tak ada yang sia-sia, besar kecil semua berarti. Hari ini kau terjatuh, terluka, terperosok hingga sulit untuk bangkit. Tapi esok-lusa-atau hari nanti, kau akan berbahagia, memasang simpul senyum atas keberhasilan yang kau upayakan.

Berujar tentang proses, maka membicarakan tentang nikmatnya sebuah perjalanan. Dari sana bermula pembelajaran makna. Tentang jatuh bangun dalam melangkah, tentang keindahan di kanan kiri jalan, tentang kenangan-kenangan, tentang terjal batu yang mampu kau terjang, tentang peluh dan air mata yang menitik. Tentang senyum seringai yang tercipta saat pelan-pelan kau menjemput keberhasilan dan meninggalkan luka tepat di belakang. Lantas dengan bangga menepuk dada seraya berkata, “Ya, sudah saya bilang, saya pasti bisa!”

Menjalani hidup bukan perkara mudah, tapi bukan berarti kita tak mampu untuk menjadikannya indah. Nikmati saja setiap pijak jejak langkahmu. Fokusmu pada tujuan, jangan sampai membuatmu lupa pada indahnya perjalanan. Sebab pembelajaran makna dari sanalah asalnya. Jadilah mutu manikam memukau yang terasah sempurna. Hingga suatu saat kelak, —ketika kau mampu membuktikan kepada dirimu sendiri— kau dapat berteriak bangga, kepada siapa saja, “Perkenalkan, inilah saya!”

2 komentar:

Kategori Utama