Kesetiaan Sempurna (Sebuah Cerita Di Balik Beasiswa)

"Bersabarlah dalam diam. Percayalah tulang rusuk tak akan pernah tertukar..."

Aku masih terdiam, dari rindu yang perlahan menggerogoti  asaku. Bukan aku tak lagi percaya akan teguhnya kesetiaan. Hanya bagiku kau seperti angin, Shafa. Bersemilir, hilir mudik kearahku, memberikan aku kesejukan. Tapi kau tidak benar-benar mampu kugapai. Entah kapan dan dengan cara apa aku sanggup menggapainya. Engau memang  angin, menampar dengan lembut, datang dengan rasa tak sama diwaktu yang berlainan. Namun kau setia seperti angin yang menemani iringan hujan. Dikala aku sedih, dikala aku kesepian.

Hari ini engkau tampak berbeda Shafa, ada sosok keibuan dari balik bening bola matamu. Lembut dibalik perhatianmu yang berbeda. Ya, sudah tiga hari aku terbaring sakit, kau datang membuatkanku semangkuk bubur agar selera makan ku kembali. 

“Ayo dimakan dulu buburnya, biar cepat sehat dasar manja, baru sakit gini saja udah payah” ledek mu diselingi tawa kecil melihat betapa tak berdayanya diriku.

Aku hanya bisa tersenyum, cukup hati ini saja yang tahu, betapa dalam aku mengagumimu dan bersyukur saat ini kau ada dihadapanku.

“Aaaaaa....aaam” satu sendok bubur pindah ke mulutku. Aku biarkan lebih lama sendok itu di mulutku, Aduh rasanya aku seperti anak kecil, tapi sungguh aku menyukainya.

“Wafiii, jangan becanda deeeh” gerutu lucumu, lagi-lagi itu membuatku tersenyum.

“Shafa, Sebenarnya status hubungan kita apa?? ” seketika kau tertunduk.

“Masih saja ngebahas ini hmm... memang status itu penting yah??” ia meletakan sendok di mangkuk bubur dan mulai mengaduk-ngaduknya.

“Aku hanya takut suatu saat ada batu sandungan di hubungan ini, dan salah satu diantara kita beralih dengan alasan tak ada status. Itu yang aku khawatirkan Shafa” lidah ku terasa semakin pahit setelah berucap itu. Ya aku hanya takut kehilanganmu Shafa. Hanya itu.

“Sebelumnya kita sudah bahas ini bukan?? Memang diantara kita tak ada status, tapi kita punya komitmen yang sampai saat ini masih aku jaga.  Sudahlah yang terpenting selesaikan dulu beasiswa ini untuk tiga tahun kedepan” katamu sudah terlihat bete.

Ya aku masih pegang teguh tentang kesetiaanmu yang sempurna itu. Nyatanya kamu memang selalu ada saat aku tertatih. Dan saat itu lah aku sudah  merasa benar-benar memilikimu.
******


“Wafi, ngga bosen lo ngejomblo terus??”

“Eh Waf, ada yang titip salam tadi sama gw, cieeee Wafiiii ada yang naksir juga ding!”

Ya itu hanya sekelumit bisik-bisik kicauan yang masuk ke telingaku. Hmph.. aku hanya tanggapi dengan peluhan hampa. Dilema, mungkin itu yang lebih tepat. Seakan aku ingin berlari, memetik bunga-bunga yang bermekaran di taman tapi disisi lain aku takut kehilangan bunga yang ada di pekarangan rumahku yang sudah lama aku jaga.

Lagi pula sejauh apapun aku berlari, bayanganmu seolah mengikuti. Kesetiaanmu seperti kendali untukku. Saat aku lepas aku akan kehilangan arah. Kadang aku iri melihat keteguhanmu Shafa, meski tak dipungkiri begitu banyak yang mengagumimu, bukan hanya aku. Dan keteguhan hatimu itu yang membuat aku selalu kembali.

Sudah genap satu tahun, aku dengannya saling memotivasi untuk satu tujuan. Rasa decak kagum semakin bertambah, sampai ada benih-benih rindu saat berjauhan. Aku tahu ini belum saatnya untuk saling tunjukan, karena perjuanganku dengannya masih panjang. Pernah aku memberi isyarat dalam bentuk puisi atas kegundahanku ini di sebuah jejaring sosial. Tak lama sebuah peringatan keras dari mereka langsung ditujukan kepada ku. Sebegitu ada jarak kah hubungan ini?

Dan lagi-lagi kamu yang menyadarkan aku Shafa,

“Waf, kamu lihat orang yang sedang menunggu hujan itu??” katanya di perjalanan pulang.

“Iyaaaah, ia terlihat begitu resah menunggu” jawabku seadanya, tapi sejujurnya itulah yang sedang aku rasakan.

“Ngga hanya itu, coba kamu perhatikan yang lain. Orang itu mengaku suka hujan, aku suka hujan- aku suka hujan, tapi lihat saat hujannya datang ia sendiri membentangkan payungnya agar tidak kehujanan. Lucu yah??”

“Iya siapa sih yang mau kehujanan. Terus??” tanya ku sedikit tak mengerti.

Shafa tersenyum kearahku “Mereka seperti seseorang yang mengaku mencintai, tapi mereka tidak mau berkorban”

Nyatanya kamu memang jauh lebih dewasa Shafa menghadapi situasi ini.  

******
Setahun yang lalu 

“Hei Waf, kamu jadi nerusin kuliah??”

“Belum tau nih, uangnya masih belum cukup hehe...”

“Udaaah, ikut ke kampus yang kemarin aku bilang saja, lumayan kan dapet beasiswa, meskipun syaratnya bisa dibilang aneh haha...”

“Emang apa syaratnya?? Kok aneh??” Wafi penasaran.

“Baca saja sendiri, nih!” Shafa menyodorkan brosur sebuah Universitas.

“Selama masa perkuliahan, dilarang untuk pacaran. WOW!” Wafi selesai membaca, sambil garuk-garuk kepala. “Kamu sendiri siap Shafa??”

“Siaaaap, untuk masa depan hehe....” jawabnya yakin.

“Oke deh aku ikut kamu...”


Ps : 
Ini adalah cerita pendek yang ditulis oleh Fauzi a.k.a Uzay, sesaat setelah ia mengetahui kisah cintaku.
Semoga komitmen dan kesetiaan ini tetap terjaga. Hingga semua kan indah pada waktunya.

(Bedewei, makasih bang ujay buat ceritanya. Indah sekali)

24 komentar:

  1. barusan kepo2 soal tuh cewe di pesbuk. buahahaha :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah...
      Parah, ampun pinaaaa.
      Jangan diapa-apain :3

      Hapus
  2. #emaaaaaaak si galih emaaaaak
    buruan bikin syukuran emaaaaak

    BalasHapus
  3. cieelah galiihh :)
    semoga terbebas dari status random deh ya..
    eh tapi yg bagian beasiswa tapi syaratnya gak boleh pacaran itu serius?

    BalasHapus
  4. ciieee ka galih, sepertinya dia istimewa sekali ya
    *uhuk, buruan deh ka tanggalin status jomblonya

    BalasHapus
  5. Cuhiyeeee Galihh... Sukses yaaa :)
    jadi lu beneran naksir itu patung cewek yg berjilbab??? #SalahFokus

    BalasHapus
  6. Hush hush!
    Jangan ngomongin anak orang, kasian :p
    #kabuuurr

    BalasHapus
  7. Bang galih janganlah kau melepas status jomblomu, pertahankankan terus. Ntar gak ada yg dibully lagi :(

    BalasHapus
  8. Jika ia bergetar dalam diam, itulah cinta.
    eniwei dikomen sama orangnya tuh :p

    BalasHapus
  9. Hahaha, kalau dalam diam tercium bau, disebutnya apa ya?

    BalasHapus
  10. subhanallah....
    cerita cinta nya mas Galih kayak eptipi...

    BalasHapus

Kategori Utama