Surat Untuk Raja Siang


Matahari. 
Kuharap kau baik baik saja. Masih setia menerangi alam raya. Memberi pesona benderang bagi dunia.  Saat aku menulis surat ini, kau sedang merona terang dengan cahaya kuning keemasan. 


Kau tahu? Terkadang pesonamu yang terlampau sombong kau tunjukkan itu membuat bola mataku perih karena silau (Hehehe). Tapi, setelah kupikir mungkin kesombongan itu memang pantas kau tunjukkan. Karena memang hanya engkaulah satu-satunya ciptaan Tuhan yang paling terang benderang. Hanya satu. Tak ada dua. 
Dalam lamunan terkadang aku berpikir, bagaimana rupa dunia bila kau tak ada. 
Gelap. Pekat. Lembap. Berlumut. Murung. Sunyi. Dingin. 
Baru sekedar memikirkannya saja aku sampai merinding. 

Mentari. 
Akhir-akhir ini banyak dari kaumku yang mencemoohmu. Menganggapmu tak berperasaan. Karena memberi panas yang begitu menyengat dan membakar badan. Bahkan, ada yang sampai gila mengumpatmu, melaknat dengan kalimat-kalimat kasar. Melampiaskan emosi yang selama ini membuat mereka gusar. 

Ah. 
Sebenarnya siapakah yang tak berperasaan? 
Ketika banyak dari mereka yang seenaknya membakar hutan, memberangus habis pepohonan hanya sekedar untuk dijadikan berkubik-kubik bahan bangunan. 

Siapakah yang tak berperasaan?
Ketika banyak dari mereka yang dengan gampang mengepulkan asap kendaraan, melempar dan membuang limbah sembarangan, menggusur lahan hijau untuk dijadikan pemukiman. 


Matahari. 
Aku muak. 
Aku kesal dengan sikap mereka dalam menghormati alam. Menganggap diri paling hebat dan kuat. Sehingga dengan jahat mereka memperkosa alam agar bermanfaat. Apa tak sedikitpun mereka sadar akan hal yang mereka perbuat? Bahwa dengan kekejian yang mereka lakukan membuat alam semakin berkarat. 

Mentari. 
Aku tahu, mungkin kau merasakan kesumat yang sama sepertiku. Sehingga kau ingin mengingatkan mereka dengan memberi panas yang menyengat. Aku tak mau menyalahkan sikapmu. Karena bagiku, memang seperti itulah seharusnya kau bersikap. Karena sejatinya, kawan yang baik adalah mereka yang mau mengoreksi bukan mereka yang sering memuji. Begitu 'kan? 

Matahari. 
Kuharap kau tak terlampau marah sehingga sampai ingin membuat dunia semakin merah. 

Aku sangat mengharapkan kesabaranmu. Cukuplah engkau memberikan panas hanya sampai sebatas saat ini. 

Kau tahu kenapa? Karena kini aku mulai gembira. Ada sebagian lagi dari mereka yang mulai menyadari kesalahannya. Mereka mulai mengkampanyekan pentingnya menjaga kelestarian alam raya. Menanam kembali bibit pepohonan, menciptakan industri ramah lingkungan, menjaga kebersihan dan keindahan. 

Aku sangat mengharapkan kesabaranmu, mentari. Biarkan mereka memperbaiki alam kembali. Beri mereka waktu untuk mengembalikan senyummu lagi. Agar kau bisa menahan panasmu agar tak terlalu berapi. 

Raja siang. 
Maafkan sikap mereka yang garang. 
Kuharap kau mau kembali riang. 

Jaga pesonamu baik-baik. 
Tetaplah bersinar dengan cantik. 




Aku yang menanti senyummu kembali. 
Mas Aih



save our earth, guys :)

18 komentar:

  1. Global warming :-) ketika manusia hanya bisa menyalahkan :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe Iya, padahal gak bagus loh ya kayak gitu.

      Hapus
  2. padahal kalo qt keluar negeri sana.. org2 barat pada sibuk nyari mentari buat berjemur loh.. tapi kalo diindo..wuihh pada ngotot ngk bersyukur .

    BalasHapus
  3. bagus lih, rada sedih bacanya :')
    manusia sering dibutakan oleh kenikmatan dunia, sampai lupa daratan.
    semua di embat :'(

    tadi sempet salah baca, kirain raja singa -______-

    BalasHapus
  4. Ini masuknya ekologis, ya. Interaksi antara manusia dengan lingkungannya :D

    BalasHapus
  5. gue suka heran, sigalih gue liat wujud aslinya bisa sangat bertolak belakang sama tulisannya yang melo mendayu dayu gini :D
    hihihih,...
    mantab postingannya lih (y)

    BalasHapus
  6. mas Aih :')
    aku pun muak dengean mereka yang bermobil mewah tapi tak punya tempat sampah di dalam mobilnya sehingga mereka membuang sampah ke jalanan dengan polosnya tanpa memikirkan apa yang akan terjadi. uang mereka bisa untuk membeli mobil mewah tapi kenapa tidak bisa untuk membeli tempat sampah?

    BalasHapus
  7. seperti biasa. tulisan ka galih itu tak pernah tak indah :D
    selalu menyentuh hati. keren ka! (y)

    BalasHapus
  8. mas Aih :)
    Lembap atau Lembab yang benar?

    pemanasan global,jadi sadar kalo saya juga salah satu penyebabnya :(

    BalasHapus
  9. disaat para remaja masih asik dengan nongkrong2nya, bumi masih terus dirusak..

    BalasHapus
  10. salam gan ...
    menghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
    di tunggu kunjungan balik.nya gan !

    BalasHapus
  11. wah saya menemukan lagi calon penulis besar :)

    BalasHapus

Kategori Utama