Perjumpaan dan Perbincangan Tentang Kenangan

"Seperti apa kau memaknai kenangan?"
"Seperti aku memaknai kamu."
"Maksudmu?"
"Tak ada yang benar-benar sendirian. Bahkan kesepian mengakrabi dirinya sendiri dengan kenangan."
Namira mengernyitkan kening. Tak mengerti apa yang kusampaikan. Sore ini, kami melakukan pertemuan, di sebuah cafe di bilangan Kemang. Aku mengunjungi kotanya, setelah sekian lama menanti waktu perjumpaan saat jarak memaksa kami untuk berjauhan.

"Aku tak mengerti. Bahasamu terlalu tinggi," kata Namira menyelak ucapanku.
"Begini Namira, kenangan itu mungkin seperti lembar foto yang kau simpan rapi dalam album-album galeri. Selama kau menjaga dengan baik, ia akan tetap berada di sana, bersama dengan cerita yang ada di baliknya. Semisal kau sedang sendirian, pikiranmu akan mengawang jauh, menuju cerita-cerita di balik kelebat gambar yang kau lihat. Seperti itulah."

"Lalu bagaimana caramu dalam menjaga kenangan itu?" tanya Namira melanjutkan.
"Kalau aku, ya menyimpan kenangan itu dengan rapi. Merawatnya dengan sangat baik. Mengantongi kuncinya agar sewaktu-waktu dapat membuka. Sebab karena kenangan itulah aku bisa berada di sini."
"Hmm.."
"Begini.. Contoh sederhananya, di ponsel kita masing-masing ada berbagai momen yang kita abadikan dalam galeri-galeri foto. Karena itu adalah bagian dari kenangan, maka sebisa mungkin aku akan menjaganya dengan baik. Melihatnya sesekali untuk sekadar tertawa dan tersenyum dalam menikmati cerita-cerita yang ada di sana."

"Hahaha, kau bawel sekali sore ini, Za."
"Kau banyak bertanya."
"Tapi pertanyaanku sederhana."
"Jawabannya tak sederhana, Namira."
"Iya, Reza. Jangan marah. Aku menikmatinya kok. Aku suka melihat wajah seriusmu. Memikati setiap inci dahimu yang berkerut saat berbicara. Aku suka kamu."
"Hm.."
"Duh, gitu aja ngambek."
"Ah, kau ini menyebalkan sekali, ya. Suka sekali membuat aku senyam-senyum sendiri." Aku menghela napas. Tersenyum. Mengalah.
"Eh, anyway, Ra, aku baru beli gadget terbaru. Sepertinya cocok untuk memaknai setiap momen dan kenangan." Aku mengambil ponsel yang ada di dalam tas.
"Ponsel apa, Za?"
"Nih, Samsung GALAXY Ace 3. Pas untuk dipakai orang-orang yang antusias dalam mengabadikan momen-momen terbaik yang terlewati."
"Iya, kah?"
"Iya, aku suka fitur yang ditawarinnya."
"Emang apa aja?" tanya Namira, mulai antusias. Aku melihat binar di matanya.
"Di ponsel ini, ada fitur Sound and Shot, kemampuan menambahkan suara pada foto, sehingga momen yang ditangkap bisa semakin kaya. Kamu bisa menceritakan ceritam menjadi lebih seru. Ada juga fitur Best Shot, kemampuan kamera untuk melakukan burst shot, lalu memilih foto yang terbaik secara otomatis," jawabku pelan-pelan, sambil menyodorkan ponselnya ke tangan Namira.

"Jadi kalau aku foto, bisa sekalian nyimpen suara di fotonya dong, ya?"
"Hahaha iya, semisal kau foto aku sekarang. Kau bisa menambahkan pesan suara di foto itu. Agar ketika kelak kamu kangen aku, bisa mengingat momen ini dengan melihat foto dan mendengar cerita yang ada di fotonya," kataku menanggapi pertanyaannya.
"Asik, ya?"
"Nah, makanya aku bilang cocok buat kamu. Termasuk buat kita yang berjauhan kayak gini. Jadi, rindu kita bisa menjadi semakin semarak dengan adanya foto-foto bersuara. Hahaha," lanjutku sambil tertawa.
"Ah, kamu. Kangen yang biasa aja udah bikin aku kelimpungan, apa lagi kalau semakin semarak." Namira menghela napas, lalu memasang wajah cemberut. Wajahnya yang merona, terlihat semakin lucu.
"Kalau kangen, ya tinggal chat, atau kepoin aku di socmed. Kan di ponsel itu social media-nya bisa diinstall secara lengkap, mulai dari twitter, path, instagram, sampai vine, semua jalan lancar karena prosesor dual core yang bikin aplikasi jadi berjalan mulus."
"Kamu kayaknya cocok jadi sales deh, Za. Paham banget kayaknya," kata Namira usil.
"Hahaha, ya kan aku ngasih tahu kamu, Ra. Biar kamu paham bagaimana cara memilih ponsel sesuai kebutuhan kamu."
"Iya, Reza. Aku juga emang lagi pengin beli ponsel baru. Tapi ya gitu, uangnya belum cukup. Pasti mahal kan ini ponselnya, Za?"
"Nggak kok. Harganya terjangkau. Buktinya tabunganku masih cukup untuk biaya ke kota kamu," kataku sambil memasang wajah seringai.
"Emang berapa harganya?"
"2.1 jutaan kok. Dengan harga segitu, kamu bisa main ponsel dengan S Voice, mesin assistance penjalan perintah berbasis suara. Suara renyahmu yang aku suka itu bisa nyuruh ponsel menjalankan perintah. Asik kan?" kataku mulai merayu Namira agar menggunakan ponsel yang baru saja kubeli.
"Hahahaha.. Iya deh.. Aku jadiin list untuk ponsel yang harus kubeli."
"Iya, Ra."

Cafe riuh oleh dengung-dengung suara perbincangan pengunjung. Dan kami, masih asik melanjutkan percakapan.

"Jadi.. Apa yang kau tahu tentang kenangan, Ra?" aku bertanya balik.
"Heu?"
"Iya, bagaimana cara kau memaknai kenangan?"
"Dengan duduk bersamamu. Membuat cerita-cerita lucu. Menciptakan momen-momen indah. Membuat ingatan-ingatan baru. Agar kelak, aku bisa menikmatinya sebagai sekelebat gambar yang mengisahkan cerita-cerita bahagia."
"Aku sayang kamu, Ra."
"Aku sayang kamu, Za."

Petang beranjak temaram. Dan kami, semakin larut dalam menuntaskan kerinduan.


14 komentar:

  1. Kenangan buatku itu sesuatu yang tak mungkin aku lupakan.

    BalasHapus
  2. Eh bener tuh. Pada setiap pertemuan yang kelak akan tetap tinggal dan dijaga kan kenangannya. Heu heu.

    Aaakk aku jadi pengen beli Galaxy Ace 3 nih gegara kamu. -__-

    BalasHapus
  3. ini keren loh keren buat belajar jadi sales -__-

    BalasHapus
  4. ini keren loh keren buat belajar jadi sales -__-

    BalasHapus
  5. Balasan
    1. Selain bakat jadi sales, saya juga berbakat ganteng.

      Hapus
  6. Bener itu harganya 2.1 juta? gegara kamu, nih. jadi pengen ganti .

    BalasHapus
  7. Udah nih. aku udah ganti hihi , makasih infonya :D

    BalasHapus

Kategori Utama