Ah, tapi.. Bukankah kita selama ini sudah selalu bersama? Kau sudah menjadi pengawal dan penutup setiap hari-hari, pun saya kepada kau. Dan.. tentu saja, tentang apapun yang saya dan kau lakukan di kediaman masing-masing, kita tak pernah lupa untuk saling menceritakannya. Sederhananya, itu saja sudah membuat saya bahagia. —meskipun tak menafikan, bahwa di dalam hati yang kecil ini ada damba meletup-letup yang menginginkan kamu menjadi ratu.
Jadi, nona. Apakah di setiap hari-harimu dalam menantikan kedatangan saya, ada debar yang sama? Menanti penuh harap dengan doa-doa kebaikan agar hari pertemuan lekas datang. Hmm... Saya tak berharap banyak-banyak, ada sedikit asa yang kujaga hanya agar saya tak buru-buru kehabisan sabar. Kau pernah meragukan bukan? Perihal kesabaran saya, apakah tetap terjaga dengan utuh atau tidak. Saya hanya ingin berkata begini, kau cukuplah diam-diam dan tenang, menyembuhkan setiap luka masa silam yang mengukung, perihal sabar dalam menanti biar saya yang mengurus sendiri.
Tunggu saya di kotamu, nona.
Telah kusiapkan sekerat rindu dan doa.
Nantikan dengan rentang pelukan paling cinta.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus