50 Hari Pemuda Membangun Bangsa #1

Parung, 31 Maret 2012, pukul 04:30 WIB.

Aku belum selesai bermimpi, ketika dentang denting alarm jam meneriakiku untuk segera bangun. Hari ini Sabtu, hari istimewa.
Aku bergegas ke kamar mandi, mengambil wudhu untuk shalat subuh. Hari ini hari pertama dalam rangkaian kegiatan sosial mapping dalam program pengentasan kemiskinan DKI Jakarta yang dilaksanakan BUMN. Aku tercatat sebagai salah satu dari 200 relawan yang terpilih dari daerah Jabodetabek-Bandung.

Hari ini aku harus ke Bandung untuk mengikuti serangkaian pelatihan guna pembekalan diri sebelum melakukan pemberdayaan masyarakat miskin kota DKI Jakarta. Sosial Mapping adalah salah satu program yang digulirkan Kementerian BUMN yang dinaungi Bapak Dahlan Iskan yang bertujuan untuk menentukan strategi terbaik apa untuk mengentaskan kemiskinan di DKI Jakarta.

Bus Mayasari Bakti, pukul 07:00 WIB.

"Tong kosong, nyaring bunyinya. Gentang gentong kosong banyak bicara. Oceh sana sini gak ada isi. Otak udang ngomongnya sembarangan.."

Senandung lagu Slank menemani perjalananku menuju Universitas Negeri Jakarta. Seluruh relawan yang tergabung dipusatkan disana. Ada rasa menghentak ketika sayup kudengar lagu Tong Kosong ini. Seolah tergambar jelas tentang bagaimana sikap kita kebanyakan. Yang lebih mendahulukan tarian kata dibanding aksi nyata.
Tuhan menciptakan dua mata, dua telinga, dua tangan, dua kaki, dan hanya menciptakan satu mulut agar kita sebagai manusia mendahulukan diri untuk diam dan memperhatikan. Berpikir lalu kemudian melangkah, menyegera melakukan perbaikan. Baru kemudian menyeru lewat perkataan baik melalui lisannya agar semua melakukan hal yang sama.

Rasanya tak perlu aku ceritakan wajah Indonesia di masa kekinian, tentang bagaimana kehidupan wakil rakyat yang sibuk berceletoh mengungkapkan segala pendapatnya. Tak ada yang salah memang, berbicara adalah hak setiap manusia. Hanya, seringkali segala bentuk celotehnya tak mengubah apa-apa. Pun kita masih mengingat jelas, bagaimana gambaran semangat-semangat Mahasiswa dalam menyerukan keadilan melalui unjuk rasa yang dilakukannya. Tersentak suara hati, tapi perubahan menuju yang lebih baik belum juga dirasakan kehadirannya. Sudah terlampau lelah rakyat kita berkesah, mendengar dengungan suara hampa, mengharap asa yang hanya berujung semu belaka. Rakyat kita butuh suatu gebrakan, gerakan untuk perbaikan.

Dengan pemikiran seperti itulah, maka aku memutuskan untuk merelakan jiwa dan segala yang kupunya untuk memberdayakan masyarakat miskin kota. Ekspektasiku tak muluk-muluk. Aku hanya ingin agar masyarakat merasakan hidup layak sebagai manusia. Sehingga setangkai senyum dapat terpancar indah di segurat wajah milik mereka.

Tanganku mungkin terlalu kecil untuk dapat mengubah semua.
Namun aku percaya, melaui TanganNya, Tuhan akan menolong setiap hambaNya yang melakukan kebaikan untuk sesama.


Jakarta, 31 Maret 2011

16 komentar:

  1. nice post,,salam kenal :)
    salam kawancut :)

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Apapun yang bisa kau lakukan untuk memperbaiki bangsa ini.
      Maka, lakukanlah :)

      Hapus
  3. Manis banget... jadi pengen ikut jadi relawan.

    BalasHapus
  4. Ayo gabung :D
    Klik.

    http://relawan.org/

    BalasHapus
  5. yang baik yang bisa bermanfaat untuk sesama +)

    BalasHapus
  6. aihhhhhh... Tetep semangat yaaaaa :))

    BalasHapus
  7. pengeen ikut kegiatan kyk gitu jugaa.. =)
    smangaat yaa

    BalasHapus
  8. itu programnya pak dahlan cukup revolusioner ya, ngajak anak muda untuk ikut berperan.
    masih buka gk lih yg begituan? seru kayanya jd bagian dari 200 orang itu
    (y)

    BalasHapus
  9. :') Ingin tahu bagaimana seorang Dahlan Iskan di mata Aih. Hm..

    BalasHapus
  10. kak,pengen banget jadi relawan ky gini kak,akkk biar bisa sedikit berguna untuk sesama

    BalasHapus

Kategori Utama