Kuhisap dalam sebatang rokokku sesambil memandang pelataran langit
malam. Ramai gemintang tak mampu membuat malam terlihat terang, justru hanya silau
menjemukan. Sejenak, deru sengau roda kendaraan menyadarkanku dari lamunan. Sesaat
terombang-ambing dalam terka menjawab pertanyaan : Untuk apa aku disini seorang
diri?
Detak detik waktu yang kupeluk, menunjukkan angka 11.21
malam. Ada sunyi yang tiba-tiba hadir menelusup. Memaksaku terdiam sejenak
dalam bius cakrawala tanpa kata-kata.
Detak-detik melaju tak henti, aku
bisu tak menyadari.
Waktu terus berlalu, sementara asaku
hanya tergugu bisu
Tak tergerak, tak berarti apa-apa lagi.
Apakah ini saatnya bagiku untuk membunuh perasaan?
Menghempas selaksa rindu bersama desau angin yang berhembus lirih. Membiarkannya
mengendap menjadi debu kemudian berterbangan diantara gemintang yang mulai
berpendar abu. Apakah mampu? Sementara rasa ini telah menjelma menjadi prasasti
yang membatu. Hidup diantara hati dan denyut nadiku. Dalam sekat, jarak, bahkan
rasa sakit, perih pedih luka sekalipun.
Sisa nafas ini masih
tak tentu.
Esok, lusa.
Atau sedetik berlalu.
Tak tahu sampai kapan.
Dada ini masih bisa mengembang.
Esok, lusa.
Atau sedetik berlalu.
Tak tahu sampai kapan.
Dada ini masih bisa mengembang.
Detik yang kuratapi, menjepit segala ruang yang kusinggahi.
Selaksa catatan tentang cinta dan penantian yang kutuliskan, telah sampai pada
titik penghabisan. Kesetiaan pada satu nama, kini tak berarti apa-apa. Segala alasan
yang mungkin membuatku kembali mengharap dan mendamba, kuingkari dengan mempersilahkan
kecewa dan laraku terbakar bersama emosi yang membara.
Bukan ku tak cinta kau.
Sekat yang kau rentang,
adalah batas rasa ini.
Tak ada nyanyian sendu, tak
jua mimpi yang tertuju.
Dengan
segala apa yang saat ini kurasa. Sebenarnya, rasa ini masih sama seperti
semula. Ketika harapan itu hidup dan terjaga.Terpatri rapi di tepian hati. Seperti
tak pernah terjadi apa-apa. Manakala
cinta itu datang atau sekadar bersembunyi dari pandangku saja. Masih sama. Tak
berbeda. Karena aku ‘kan tetap ada. Dengan kesetiaan yang sempurna.
Parung, 24 April 2012
Semacam tulisan luapan emosi dari seorang jomblo yang kebelet mengakhiri masa jomblonya *kabur*
BalasHapusejieeee bang galih #uhuk, perumpaan lo terlalu sulit untuk gue mengerti karna otak gue setengah masih ketinggalan di tiang hyteria.. hahaha
BalasHapusDaripada aku, hatinya tertinggal separoh di bianglala :')
Hapus*puk-puk mas Galih*
BalasHapusIni seperti masih terbelenggu masa lalu gitu om?
BalasHapus*kalau ga salah tangkep*.. :P
Gak, beda orang kok :)
Hapusitu berarti gue salah tangkep..?
Hapus-____-
udehhh tinggalin aja. cari yang lebih bisa mengerti :D
BalasHapusAsdf asdf..
HapusKalo orang gahools bilang, ini gagal move on :P
BalasHapusnambahin : galau detected
Hapus