5 detik lalu, aku menatap wajah lelapmu. Kemudian dengan lembut kukecup keningmu. Sepertinya, aku selalu ingin mendaratkan ciuman di situ. Mengerahkan sepenuhnya perasaan sayang melalui kecupan. Seandainya kau tahu, tiap kali kecupku jatuh pada keningmu, tiap itu doa-doa kulafalkan agar kau selalu berada dalam pelukan. Sebut aku egois, atau orang yang tahu diri, tapi sungguh, aku selalu ingin menjadi satu-satunya milikmu, dan kau menjadi satu-satunya milikku.
Aku tak pernah tahu apa yang akan terjadi di waktu mendatang. Tapi yang pasti, aku akan selalu menjaga sebaik-baiknya apa-apa yang menjadi milikku sekarang. Berharap, di waktu mendatang sesuatu itu tetap menjadi milikku sepenuhnya; utuh tanpa cela. Hal paling berharga itu adalah kamu. Sebab itulah, pada tiap waktu sebelum pejamku, aku selalu menghadirkan sebentuk wajah kamu. Tersenyum sambil berdoa, semoga Tuhan menjadikan kau sebagai teman hidupku. Kini dan nanti.
10 detik lalu aku mengecup keningmu.
Dan saat ini.
Aku tak tahan untuk memelukmu hingga pagi.
Maka, bila esok pagi kau terjaga dengan perasaan hangat menjalar.
Percayalah, aku tak pernah beranjak sejak kau terlelap.
Selamat malam, selamat memejam. Lelaplah dalam peraduan mimpi indah.
Selamat malam, selamat memejam. Lelaplah dalam peraduan mimpi indah.
Esok, telah kusediakan peluk yang lebih hangat dari mentari pukul tujuh pagi.
Selamat tidur, perempuan.
Pssst..
Maaf, kucuri kecup sesaat pada bibir mungilmu.
Jangan marah, ya!
Selamat tidur, perempuan.
Pssst..
Maaf, kucuri kecup sesaat pada bibir mungilmu.
Jangan marah, ya!
--------
Pantai Sepanjang, 27 November 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar