Kemandirian Untuk Berbahagia

Sudah terlalu banyak orang yang menjadikan dirinya sebagai boneka. Hidup dalam keteraturan asing yang sulit untuk dimengerti; semisal norma, asas, hukum adat, atau bahkan sekadar ucap penilaian orang lain. Alasan batas yang mengukung jiwa hingga hati terbelenggu dalam perasaan serba salah ketika ingin melakukan sesuatu. Entah takut dinilai sebagai orang buruk atau tidak sesuai dengan kehendak kebanyakan orang. Saya pernah mengalami fase itu. Saat di mana saya berusaha agar terlihat baik di hadapan semua orang. Berupaya keras mendapatkan penilaian baik hingga tak sadar seringkali terjebak dalam topeng hitam kemunafikan.

Tak pernah ada yang salah dengan kebaikan. Hanya saja, begitu banyak orang yang akhirnya tak lagi jujur kepada dirinya sendiri hanya agar dapat dinilai sebagai orang baik. Seringkali di suatu kesempatan saya menemukan orang-orang dengan tipikal seperti itu. Mereka yang mengenakan topeng-topeng kemunafikan sebagai bentuk penyamaran hanya agar terlihat setara. Hingga akhirnya melakukan berbagai macam cara untuk mencapai predikat sebagai orang baik, entah dengan berdusta, memanipulasi, bersekongkol, menipu, dan sebagainya untuk sebuah usaha pencitraan.

Saya bukan orang yang anti dengan seruan kebaikan. Namun, saya mulai jengah dengan manusia-manusia yang begitu giat menyeru kebaikan untuk orang lain sementara melupakan untuk terlebih dahulu memperbaiki dirinya sendiri . Bukankah sebuah hal konyol, ketika seseorang meneriakkan seruan kepada orang lain untuk bangkit dari lumpur hitam keburukan sementara ia sendiri masih tengah asyik bermain-main dengannya?

Saya merindukan masa di mana semua orang mampu jujur kepada dirinya sendiri. Dunia yang dipenuhi orang-orang yang melakukan kebaikan bukan hanya demi mendapat sebuah pengakuan. Semesta yang tak lagi menggaungkan kemunafikan demi menjaga sebuah eksistensi.

Saya sudah lama keluar dari fase itu. Saya menyadari bahwa tak ada yang lebih baik selain berusaha jujur kepada diri sendiri. Terus berupaya memperbaiki tanpa lagi sibuk memikirkan bagaimana ucap penilaian orang lain. Mencukupkan hati dan jiwa untuk terus hidup oleh jalan yang saya tentukan sendiri.

Dan kini, inilah saya. Seseorang yang hidup dalam peraturan yang saya buat sendiri. Sebuah kebebasan tanpa kekang. Hal yang saya sebut sebagai kemandirian atas segala hak untuk berbahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kategori Utama