Hari mulai petang, sedang cuaca tengah tak bersahabat kepada siapa saja yang hidup. Riuh guntur masih sengit bercengkrama, meluruhkan hujan melalui bulir-bulir bening dari atas langit. Begitulah pemandangan yang ditawarkan semesta kepada mata risau si gadis mungil yang mengenakan baju lusuh berwarna cokelat pudar yang kuyup terbasuh hujan di bahu jalan raya. Lalu lintas kota masih ramai hilir-mudik, menghambat kepulangan ia menuju rumah sehabis berjualan.
Pemandangan serupa tertawar di mata paruh baya dari balik jendela sebuah rumah, seorang ibu renta tengah risau menantikan kepulangan buah hatinya. Keresahan tergambar dari gemelutuk giginya yang tak henti, kakinya yang mulai merapuh bolak-balik ke sana ke mari, degup jantungnya berdebar tak sabar menantikan si gadis pulang. Ada perasaan khawatir juga takut kehilangan yang begitu menggebu mengganggu pikirannya. Sebab tak ingin lama menunggu, ia lantas bergegas mengambil payung lusuh di sudut kamar yang hanya seluas sepelemparan gagang sapu. Dia berniat untuk menjemput si gadis mungil, buah hati kesayangan satu-satunya.
Belum sampai ia membuka payung yang baru saja diambilnya, terdengar ketuk pintu setengah ragu.
"Ibu.. Ibu.."
"Ah, anakku!"
Ibu bergumam lega. Dibuka pintu rumahnya dan didapati gadisnya menggigil kelu. Dipeluknya. Diselimuti penuh kasih si gadis mungilnya itu. Lalu ia mengajak si gadisnya itu ke dalam kamar. Untuk memberi waktu kepada anaknya untuk merebah lelah di atas kasur.
Lagi, terdengar suara ketuk pintu yang kali ini berbeda. Begitu keras. Sontak mengalih pandang ibu dari si gadis dan meninggalkannya di dalam kamar.
"Sebentar ya, nak." ucap ibu kepada si gadis.
Ibu bergegas ke ruangan depan rumah. Membukakan pintu.
"Oh Pak RT ada apa?" ibu kebingungan. Tak biasanya dalam hati.
"Mmm anu, anak ibu kecelakaan selagi ingin menyeberang." Terbata bapak RT mencoba ingin menjelaskan.
"Ah, masa? Salah orang mungkin, anak saya sudah pulang dan sedang istirahat." elaknya dengan tegas.
Selengkapnya
Pemandangan serupa tertawar di mata paruh baya dari balik jendela sebuah rumah, seorang ibu renta tengah risau menantikan kepulangan buah hatinya. Keresahan tergambar dari gemelutuk giginya yang tak henti, kakinya yang mulai merapuh bolak-balik ke sana ke mari, degup jantungnya berdebar tak sabar menantikan si gadis pulang. Ada perasaan khawatir juga takut kehilangan yang begitu menggebu mengganggu pikirannya. Sebab tak ingin lama menunggu, ia lantas bergegas mengambil payung lusuh di sudut kamar yang hanya seluas sepelemparan gagang sapu. Dia berniat untuk menjemput si gadis mungil, buah hati kesayangan satu-satunya.
Belum sampai ia membuka payung yang baru saja diambilnya, terdengar ketuk pintu setengah ragu.
"Ibu.. Ibu.."
"Ah, anakku!"
Ibu bergumam lega. Dibuka pintu rumahnya dan didapati gadisnya menggigil kelu. Dipeluknya. Diselimuti penuh kasih si gadis mungilnya itu. Lalu ia mengajak si gadisnya itu ke dalam kamar. Untuk memberi waktu kepada anaknya untuk merebah lelah di atas kasur.
Lagi, terdengar suara ketuk pintu yang kali ini berbeda. Begitu keras. Sontak mengalih pandang ibu dari si gadis dan meninggalkannya di dalam kamar.
"Sebentar ya, nak." ucap ibu kepada si gadis.
Ibu bergegas ke ruangan depan rumah. Membukakan pintu.
"Oh Pak RT ada apa?" ibu kebingungan. Tak biasanya dalam hati.
"Mmm anu, anak ibu kecelakaan selagi ingin menyeberang." Terbata bapak RT mencoba ingin menjelaskan.
"Ah, masa? Salah orang mungkin, anak saya sudah pulang dan sedang istirahat." elaknya dengan tegas.
Tak lama kemudian, tedengar deru ambulans memasuki halaman membawa serta keranda berisikan si gadis mungil yang masih berlumuran darah di sekujur tubuhnya.
"Tidak mungkin, lalu yang tadi siapa?"
Si ibu tak percaya. Melangkah gontai si ibu menuju ke dalam kamar, disingkap selimut hangat yang ternyata hanya berisi bantal. Rupanya hal itu yang sedari tadi si ibu lakukan selagi menanti kepulangan si gadis mungilnya.
Innalillahi wa inna ilaihi roji'un.
"Tidak mungkin, lalu yang tadi siapa?"
Si ibu tak percaya. Melangkah gontai si ibu menuju ke dalam kamar, disingkap selimut hangat yang ternyata hanya berisi bantal. Rupanya hal itu yang sedari tadi si ibu lakukan selagi menanti kepulangan si gadis mungilnya.
Innalillahi wa inna ilaihi roji'un.
Artikel Acak
Followers