Lagu Anak Yang Bikin Galau

Halo, selamat pagi dunia.
Selamat pagi Indonesia.
Selamat pagi kamu.

Iya kamu, siapa lagi?
Makasih ya udah bacain terus blog gue. Kalo gak ada kamu, mungkin gue akan kembali pada kebiasaan lama. Gak pernah buka blog selama beberapa lama. Mengabaikan, mengacuhkan. Bukan untuk melupakan melainkan sedang menenangkan pikiran dari suatu hal yang membosankan.

Tapi, itu dulu. Sekarang tidak. Berkat kamu yang selalu rajin jalan-jalan ke blog gue yang sederhana ini, meninggalkan jejak dengan komentar-komentar yang baik, menuliskan kata-kata pada kolom buku tamu. "Blogwalking nih, BW balik ya..","Nice blog..","Halo, kunjungan perdana nih, keren blognya..","Aku udah follow blognya, ditunggu ya follow baliknya ya..","Tulisannya bagus, keep writing bro..". Terlihat sederhana memang, tapi justru hal itulah yang selalu memacu kreativitas gue untuk terus menulis, menulis, dan menulis. Terimakasih ya kamu. Iya kamu, pembaca setia blog gue. 



Well, udah cukup intronya. Jangan lama-lama takut kamu-kamu semua ke-ge-er-an. Muehehe
Malem minggu kemarin, gue bikin beranda temen-temen fesbuk gue penuh sama status-status gue. Jadi, sewaktu gue lagi nikmati malam minggu sambil ngitungin bintang sendirian, tiba-tiba gue semacam dapet wangsit dari langit. Ide menulis menggeliat dengan manjanya. Minta digrepe-grepe untuk segera dituliskan. Maka tanpa pikir panjang, gue tulis aja di status.
NYAHAHA

Jadi, semalem tuh gue keingetan sama lagu anak-anak yang dulu pernah menemani masa kecil gue. Berhubung keingetannya itu pas malam minggu. Di saat pemuda-pemuda retak sedang rentan akan galau. Maka gue berpikir, 'ah asyik kali nih kalo ngerikues lagu anak-anak yang digubah jadi lagu galau'. Maka, gue awali status pertama gue dengan lagu lawas dari Wayang - Dongeng Sebelum Tidur.

Galau sebelum tidur.
Ceritakan yang indah.
Biarku terlelap.

Karena banyak yang respon, ya gue lanjut dengan lagu selanjutnya.

Pok ame ame.
Menggalau unyu unyu.
Siang makan ati.
Kalau malam nangis rindu.

Nah, berhubung di usia gue yang udah 20 tahun tapi belum bisa juga main gitar (payah emang, gue juga sadar kok). Maka, gue gak akan ngerekam video gue sendiri dengan menyanyikan lagu-lagu absurd macam ini. Maka, cukuplah gue menuliskan gubahan lirik-liriknya saja. Jika ada dari kalian yang berminat untuk benar-benar menyanyikan lagu ini, monggo silahkan. Gue gak akan minta royalti dengan minta dibayarin nasi kebuli. Muehehe
 
1.   Balonku ada 5

Galauku ada lima
Rupa rupa rasanya
Gundah-resah, kelabu
Gelisah, marah dan rindu
 

2.   Naik-naik Ke Puncak Gunung (Rikues : Ayuardi Wijayadanu)

Naik, naik, ke puncak damba
Tinggi, tinggi, sekali
Kiri kanan, ku tak hiraukan
Padahal, hanya harapan dusta

3.   Iwak Peyek (Rikues : Utari Damayanti)

Beta perih, beta perih, hati bingung
Beta perih, beta perih, hati bingung

Disini galau mengubur aku, sebab menunggu kepastian kamu (asolole)
Disini galau mengacak kalbu, bermuram dan bersedih selalu
Disini galau mengubur aku, sebab menunggu kepastian kamu (asolole)
Disini galau mengacak kalbu, bermuram dan bersedih selalu

4.   Pelangi-pelangi

Galauku galauku, alangkah hinanya
Marah, pening, suram, di hati kelabu
Miris hatiku hancur, alangkah sepinya
Galauku galauku, ciptaan Puan

5.   Burung Hantu (Rikues : Elli Kamelia)

Matahari terbenam
Hari mulai malam
Galau menusuk kalbu
Rasanya sendu
Kukuk Kukuk Kukuk Kukuk Kukuk
Kukuk Kukuk Kukuk Kukuk Kukuk

6.   Lagu Air, a.k.a Diobok-obok

Diobok-obok hatinya diobok-obok
Ada damba kecil-kecil pada mabok
Diputar-putar kepastiannya diputar-putar
Hatinya nyinyir aku jadi galau lagi
Pening-pening, diPHP-in aku makin pening

Nah, ayo bagaimana?
Kalau ada yang punya ide lain, silahkan di share di kolom komentar ya.
Gue pamit undur diri.
Salam kecup mesra membabi buta.
Bye
 
Selengkapnya

Mau Sampai Kapan?

Masa iya mau kayak gini terus Sob?
Pagi, siang, malam kita biarkan sanak keluarga kita saling memakan bangkai sesamanya sendiri. Duduk manis berteman teh panas, telungkup manja di atas bantal, anteng tak berkedip mendengar dan menyaksikan acara gossip-gossip murahan. Begitu antusias mencium aib yang bau menyengat. Atau tetes air mata nanah; tangis mengharu biru menyaksikan sinetron-sinetron yang penuh gombal dan tipu-tipu?

Mau sampe kapan kita begini Coy?
Pagi, siang, malam bapak-bapak, anak muda, bujang-bujang tanggung duduk sila berteman kopi, debat-debat kusir, bersemangat menyaksikan acara berita atau talk show dari pembicara-pembicara yang berceceran air ludah, sok bergaya, sok tahu, tak tahu malu. Mereka-mereka yang memiliki prinsip culas level setan mata tiga; 'berbicara sebanyak-banyaknya, bekerja seperlunya'.

Mau dibawa kemana semua ini kawan?
Setiap lekuk kehidupan dipenuhi iklan-iklan konsumerisme berbungkus kemasan menarik, seolah semua suci bagai perawan-perawan khayangan yang tak berdosa. Panggung-panggung pertunjukan gemerlap konsumerisme dihiasi polling-polling dungu tak berakal yang dibuat seolah mampu bermanfaat, laksana patriot yang diciptakan untuk memperbaiki kehidupan bangsa dan negara. Setiap ayun kaki melangkah mentok sana-sini dengan Mall, Plaza, City Center, bahkan di kampung-kampung pun tak ayal dikepung swalayan-swalayan, mini market, habis semua lahan untuk dagang, dagang, dagang.

Apa ini yang disebut budaya Mas Bro?
Tengok, pemilik gaya ini! Bah, dia melenggang dengan mobilnya yang mewah. Yang harganya saja tetap tak terbeli meski seorang pembantu telah menabung dari hasil bekerjanya selama puluhan tahun. Lihat, si pemeran sinetron itu, ia menangis sebentar, kontan dibayar seharga uang sekolah si bujang selama setahun. Mereka hamburkan harta dunia, durasi setengah menit iklan di televisi seharga perbaikan jembatan desa agar anak-anak tak perlu bertaruh nyawa, berenang menyeberang kali untuk sekedar menuntut ilmu.

Oi,  yang kita bicarakan ini budaya tentang apa gan, sist?
Kita kenal teman di negeri seberang; antah berantah, kita add, follow artis, penulis, macam dekat benar ber-celetak-celetuk, ketawa-ketiwi di timeline, wall, pages-nya. Tapi apakah kita kenal tetangga sebelah rumah? Pernah mengantar rantang makanan ke mereka? Atau jangan-jangan kalau ada orang bertanya di mana rumah seseorang, kita cuma melongo bego, manggut-manggut padahal rumahnya persis di depan jidat?
Kita jago berselancar di internet. Menjelajahi setiap sudut dunia hanya dalam kedipan mata. Cukup masukkan kata kunci, mesin pencari akan menemukannya dengan rinci. Contoh saja kita masukkan kata kunci "Anak SMA" maka beratus-ratus situs akan muncul menawarkan potret-potret gemulai remaja. Sob, apa ini yang kita sebut budaya?

Hari ini semua urusan hanya berkisar antara perut, selangkangan, gembar-gembor lisan, ucapan sumpah serapah sampah. Tidak ada lagi kesempatan bagi hati untuk bisa sedetik saja memberitahu: Pada akhirnya semua hanya akan menjadi debu, berterbangan, musnah, tiada bersisa.


Namun aku percaya.
Serumit apapun permasalahan yang mengukung bangsa ini.
Kita masih memiliki harapan.
Maka apapun yang bisa kau lakukan untuk memperbaiki bangsa ini.
Lakukanlah!
Selengkapnya

Oh, Jadi Ini Yang Namanya DUPAN??

“Pada hari minggu kuturut teman ke dupan.
Naik kereta istimewa kududuk di muka.
Duduk disamping pak kusir yang sedang bekerja.
Mengendarai gerobak biar baik jalannya.
Pung ketimpang ketimpung ketimpang ketimpung.
Pung ketimpang ketimpung ketimpang ketimpung…”

Hari minggu tanggal 22 April kemaren, gue dan sepuluh anggota komunitas blogger terbesar di nusantara, Kancut Keblenger mengadakan camping (gak tau disebutnya apa, dari kecil tahunya liburan di tempat yang jauh itu namanya camping) di wahana rekreasi Dunia Fantasi Taman Impian Jaya Ancol. Acara ini digagas sama temen gue si Senny, remaja (sebenernya udah berumur sih, uhuk) mungil lulusan Manajemen Rumah Sakit Universitas Indonesia. Jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan, ini orang udah bawel banget. Mention sana, mention sini. Sms sana, sms ini. Tapi tetep aja, usaha yang sebenarnya modus tebar pesona itu tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Doi masih setia dengan kostum jomblonya. Entah karena apa.
#DoaIndonesiaUntukKebahagiaanSenny Muehehe

Minggu pagi gue berangkat ke Terminal Depok buat naek Commuter Line menuju Manggarai (eh, bacanya itu manggarai atau manggara i sih?) bareng sama si Shanti dan teman kampusnya, lupa gue namanya siapa (perasaan kemaren inget). Gue emang punya penyakit lupaan sama nama orang. Tapi kenapa kalo masa lalu, gue susah banget ya buat ngelupain? #SelinganCurhatDikit

Jam 10an gue, shanti dan temannya yang gue lupa namanya sampe di Manggarai a.k.a Manggara i, sambil nunggu Rombongan KK Bogor sampe kita bertiga duduk-duduk manja di pangkuan abang-abang petugas penjaga peron. Sekitar 15 menitan nunggu, rombongan KK Bogor (Parit, Tammy, Izza, Kikko + Senny) sampe juga di Manggarai a.k.a Manggara i. Setelah itu kita meluncur menuju ancol naik TransJekardah.

mamah, aku mau naik busway mamah :3


Sesampainya di Dupan, ternyata penantian ini belum selesai. Masih ada 3 anggota KK lain yang belum dateng, Diori, Dini dan Dhila. Maka, dengan sisa kesabaran yang kita semua miliki dengan terpaksa senyum kita menunggu mereka datang.

Penantian panjang -_-


Sebagai dua orang yang diharapkan lucu oleh semua anggota yang ikut hari itu, gue sama parit cuma bisa ngasih banyolan-banyolan khas pemuda pengangguran, yaitu saling bully-bullyan, gampar-gamparan, injek-injekan, dan main jenggut-jenggutan bulu ketek antara yang satu dengan yang lain. #abaikan
Tujuannya sih sederhana, biar anak-anak ketawa dan gak keburu bosen nunggu kepastian. *eh

Ini dia tampang si parit parit itu.

Farid Adzroel. 20 tahun. Pingsan Tersengat Listrik Kostan.




Setelah cukup lama nunggu, akhirnya jumlah anggota yang diharapkan datang sudah lengkap. Kemudian saltolah kita semua menuju DUPAN !!!! Yeee ƪ(♥ε♥)ʃ​


Ibu payah nih. Ibu, jangan mengahadap ke belakang dong. Ada kita yang kece-kece gini juga. #salahfokus

Ada hal konyol yang bikin gue gak habis pikir sama anak-anak ini. Teori konspirasi mereka menyaingi agen-agen epbiei atau siayey sekalipun. Mungkin mereka masih gak terima sama perlakuan Ratu Kancut, Si Irvina Lioni yang dengan tega memaparkan kejadian pelepasan kostum jomblonya di Jembatan Kota Intan beberapa waktu yang lalu. Demi melihat miniatur jembatan Kota Intan di Dupan, tercetus ide yang selama ini belum sempat tercerna di otak gue. Mereka ingin melakukan reka adegan yang dilakuin sama si Vina kemaren-kemaren itu. Dan teganya, gue sebagai lelaki tertampan yang ada disana dijadikan sebagai korban untuk dapat melaksanakan konspirasi mereka itu.


Dan berikut adalah hasilnya.

Niat banget -__-" (source)


Kora-kora.
Apa yang kalian tahu tentang kora-kora?
Sejenis makanan tutup mulut?
Ataukah sejenis mamalia laut?
Atau semacam mantra penghilang predikat jomblo?
Oh...
Tentu bukan.
Kora-kora adalah salah satu wahana yang ada di Dupan.
Semacam alat yang diciptakan untuk membuat perut siapa saja mual.

Sistem kerjanya menyerupai jungkat-jungkit, bedanya letak wahananya ada di ketinggian sekitar 10 Meter, dan ayunan alatnya gak manusiawi. Semacam dikasih harapan yang bikin kita melambung tinggi, tapi kemudian ditinggalkan, diinjak, tak dipedulikan. #eh


eh, eh salah upload #salahfokus



Gue, Farid, Tami gak habis pikir sama wahana ini. Kita hanya heran, masa di tempat rekreasi semacam ini banyak hal-hal yang mengumbar aurat sih? Kan kita disini kita mau seneng-seneng. Bukan horny-horny. Itu baru satu, belum yang lain. Kayak yang ini nih.
Aduh, jangan pegang-pegang neng. Geli.




Demi jenggot mika tembayong, itu maksudnya apa? Tolong Pak Gubernur Jakarta, jelaskan pada saya apa maksud dari semua ini? Kalau memang Dupan adalah wahana rekreasi keluarga, tolong ditertibkan dong patung-patung semacam itu. Katanya Indonesia masih punya adat ke-timuran?


Selepas bersenang-senang di wahana kora-kora, kita beranjak ke wahana lain. Halilintar. Semacam roller coaster gitu (bukannya emang roller coaster yah? kok pake segala "semacam"? pemborosan kata nih) #plak

Wahana ini adalah wahana yang antriannya paling penuh. Sulit membedakan antara antrian Halilintar dengan antrian BLT di kantor pos pedesaan. Saking parahnya antrian, ada yang sampe jenggut-jenggutan, tonjok-tonjokkan, muka terinjak-injak, hidung berdarah-darah. Hanya demi mendapat urutan terdepan dalam antrian.

Di tengah gebalaunya antrian, ada beberapa sosok orang yang wajahnya gak asing lewat di depan kita. Muka-muka yang ada di tipi akhir-akhir ini. Gue kirain anak-anak Indonesian Idol, ternyata emang iya. #plak
Sementara, si Dhila dan Dini histeris.
"Aaaaaa... Idol.. Aaaaaaa"
"AAaaaa... Ka Ivan... AAaaaaa"
"Aaaaa.. Dera... Aaarrbbbbbbbghghgh" (mulut mereka gue sumpel pake sendal)

galih idol :p
Cuma si Diori yang berhasil photo sama ini orang. Siapa sih namanya? Dia penjaga loket dupan bukan sih?

Beranjak dari wahana Halilintar, kita merangkak menuju wahana selanjutnya yaitu Arung Jeram. Antrian disini lebih gak manusiawi, tapi jauh lebih baik karena ada shower kecil-kecil yang bikin adem pengantre. Sebelas orang yang dateng berani buat ikut wahana ini, tak luput si senny yang terkenal cemen itu.

Ya seperti biasa, asal kita semua kumpul kelakuannya biadab semua. Paling rame, paling norak, paling ketawa. Apa aja dilakuin biar gak bete nunggu antrian. Serius, apa aja dilakuin. (dipertegas biar dramatis)

Aduh, maaf salah upload lagi. *uhuk*
Mbak, jangan megangin rambut gitu dong. Gak enak yah rambutnya gimbal? #salahfokus
Kelakuan -__-"

Mmm.. Bapak kamu .....

Setelah lama ngantri, akhirnya tiba juga kesempatan main arung jeram.
"Kepada peserta arung jeram, silahkan sabuk pengamannya dimasukkan ke lubang tersempit....", ujar koordinator wahana Arung Jeram.
WHATTTTT!!!!
Apa ini?
Coba ulangi, sayah gak denger!
Apa pula itu maksudnya? Porno sekali. Harus banyak belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar nih si mas-mas kordinatoornya. Harusnya kan dia bisa bilang gini: "Kepada peserta arung jeram, untuk menjaga keamanan, silahkan gunakan sabuk pengamannya. Cara menggunakannya mudah sekali, cukup anda kaitkan sabuknya ke dalam lubang yang ada di sabuk tersebut. Jika tidak bisa, petugas kami akan membantu anda untuk memasangnya . Terimakasih..." Apa susahnya coba kalo dia ngomong gitu? Kan enak didengernya juga.

Selepas main arung jeram, kita ke wahana 4d Simulator. Wahana ini yang paling gak banget, udah lama-lama kita ngantri, pas dapet kesempatan masuk ternyata kita cuma dikasih tempat duduk yang bisa mijit-mijit peserta yang duduk di atasnya dan dihadapkan pada Film Happy Feet, Penguin yang absurd abis. Sekumpulan penguin yang kerjaannya shuffle dance di kutub. Gue sama Parit hanya heran, masa Film konyol kayak gitu bikin orang-orang yang ada di dalem teriak-teriak? Ini apa maksudnya coba? Kecuali film-film thriller semacam Saw, Final Destination, Chucky, atau apalah, baru gue anggap pantes kalo orang-orang pada teriak.

Alhasil, sementara orang teriak AAaa Iiiii UUuu EEeeee OOOo gak jelas. Gue sama Parit cuma bisa poker face, tangan ditengadah ke atas, sambil teriak : "TERIAK... TERIAAAAKK... TERIIIAAAAK, Aaa TERIAAAAK..."

Keluar dari wahana ini, langit udah mulai remang-remang. Semburat jingga mulai menggelap dilahap petang. Tapi semangat kita masih berkobar. Masa jauh-jauh dari rumah, di Dupan cuma naik 3 wahana? Gak adil, bayar mahal-mahal juga. #GakMauRugi #MentalPengangguran

Tadinya kita mau ke istana boneka, mau liat boneka santet sama jenglot. Tapi ternyata, wahana Hysteria udah sepi. Yaudah, akhirnya kita ke wahana Hysteria. Gak kita juga deng, kan yang naik wahana itu cuma Gue, Kiko, Dini, Tami, sama Diori. Sisanya cuma nongkrong-nongkrong manja sambil photo-photo. Hina sekali mereka itu.

Berani sumpah!!! Itu yang bikin wahana Hysteria pasti punya dendam kesumat sama golongan orang-orang yang PHP. Gimana gak coba? Saat gue lagi duduk-duduk manis di tempat yang disediakan, dengan manja gue dinaikkan perlahan. Setelah naik baik-baik, gue dilambungkan gitu aja ke ketinggian 100 m di atas permukaan laut. Gak hanya itu, dengan tega itu mesin bikin gue naik-turun dengan hebatnya. Sampai gemetar kaki, sampai mual perut, sampai pusing kepala gue. Ampun mamah, aku gak kuat menghadapi ini sendirian.

aaaaaaaaaaa . . . . .

Kami kan orang-orang cemen qaqa ~


Selepas di PHP-in sama Hysteria kita beranjak ke wahana terakhir, yaitu Bianglala. Sebuah kincir air raksasa yang bisa mengajak siapa saja muter muter di atas langit jakarta. Disini kita dibagi menjadi 2 Kelompok, soalnya gondola disana cuma cukup buat 6 orang. Jadi gue, Izza, Diori, Dini, Kiko dan Dhilla ada di Gondola no. 12 sementara Parit, Senny, Shanti, Temennya Shanti, sama Tammy ada di Gondola no. 13.

Gue aneh. Padahal kan ini wahana paling woles dari semua wahana yang ada. Tugas kita disini cuma duduk-duduk santai, lalu diputer sama mesin buat melihat keindahan kota Jakarta. Wahana romantis deh. Tapi, itu semua gak berlaku buat kita semua. Awal mulanya sih berawal dari pertanyaan gue ke anak-anak.
"Eh, udah pernah nonton Final Destination belum?"

Pertanyaan singkat sebenernya. Tapi, hasilnya gak sesingkat itu. Anak-anak histeris, teriak-teriak. Sementara gue, cuma nyengir-nyengir dan nanya dalem hati. "Emang final destination berapa ya yang ada bianglalanya?"
Kan cuma naik bianglala? Emang harus gitu ya tampangnya?

Fyi, gue emang udah bertekad. Di wahana yang terakhir ini, gue harus memberanikan diri untuk nembak siapapun yang ada disana. Gue udah bosen sendiri. Gue mau punya seseorang. Sesuatu yang orang-orang bilang sebagai 'pacar'. Parit, Senny sangat mendukung rencana gue ini. Mereka berharap gue mampu melaksanakan rencana ini dengan baik. Maka, di suatu kesempatan yang gue anggap sebagai momen yang pas, yaitu saat dimana gondola gue tepat berhenti di letak yang paling atas. Gue memberanikan diri untuk membuka percakapan serius.

"Nnnggg... Gue sayang sama kalian semua.
Jadi, siapa yang mau jadi pacar gue...?"
Tak-tak-desh.
Seketika, gue dilempar dari gondola.


Selesai bermain bianglala, maka berakhir pula perjalanan gue dan anak-anak KK di Dupan. Terimakasih teman-teman semua. Terimakasih keluarga baru gue. Berkat kalian, gue jadi tau apa itu Dupan dan wahana-wahana yang menyertainya.

Satu hal yang gue pahami:

"Tak peduli, seberapa jauh pun ia berada. Tak peduli, seberapa lama pun engkau pernah mengenal ia. Seseorang yang engkau anggap sebagai sahabat akan selalu mampu membuatmu tersenyum, tertawa, menangis bahagia..."


Selengkapnya

Kesetiaan Sempurna

- kepada pemilik mata seindah permata

Ketika aku bukan
milikmu, jangan menangis.
Aku adalah milikNya.
Begitu juga engkau.
Ketika engkau merasa kehilangan kasihku, tetaplah tersenyum.
Karena Tuhan 'kan selalu ada dalam hatimu.

Hari ini kita berusaha tegar, untuk sebuah harapan dalam ridhaNya.

Kita mengetahui bahwa ini tak semestinya, setelah benih-benih

tumbuh menjadi bunga.
Namun, kini kita berusaha merawat bunga-bunga cinta kita dengan kesucian cintaNya.

Mulai detik ini kita berpisah dan
semoga hanya sesaat.
KarenaNya jua, semoga kita adalah sepasang nama yang tertulis dalam suratan takdirNya.
Sebagai sepasang perindu yang akan bertemu kembali dalam satu ikatan yang diridhaiNya.

Maka biarkan saja kita dalam kesendirian, merajut tali cinta dalam kasihNya yang abadi, beruntaikan tasbihtasbih rindu untuk sebuah kain yang jadi penutup dalam satu atap penuh berkah atas keridhaanNya.


"Cintai aku karenaNya dalam setiap rukuk dan sujudmu yang khusyuk..."



(Aku, engkau, kita kan tetap ada. Dengan kesetiaan yang sempurna. Semoga. Senantiasa.)


Aku sayang kamu.

Seperti cinta mentari kepada pagi.
Tak mau beranjak untuk pergi.

Sawangan, 24 April 2012
Selengkapnya

Ia Bilang, Sudahi Saja

Kuhisap dalam sebatang rokokku sesambil memandang pelataran langit malam. Ramai gemintang tak mampu membuat malam terlihat terang, justru hanya silau menjemukan. Sejenak, deru sengau roda kendaraan menyadarkanku dari lamunan. Sesaat terombang-ambing dalam terka menjawab pertanyaan : Untuk apa aku disini seorang diri?

Detak detik waktu yang kupeluk, menunjukkan angka 11.21 malam. Ada sunyi yang tiba-tiba hadir menelusup. Memaksaku terdiam sejenak dalam bius cakrawala tanpa kata-kata.

Detak-detik melaju tak henti, aku bisu tak menyadari.
Waktu terus berlalu, sementara asaku hanya tergugu bisu
Tak tergerak, tak berarti  apa-apa lagi.

Apakah ini saatnya bagiku untuk membunuh perasaan? Menghempas selaksa rindu bersama desau angin yang berhembus lirih. Membiarkannya mengendap menjadi debu kemudian berterbangan diantara gemintang yang mulai berpendar abu. Apakah mampu? Sementara rasa ini telah menjelma menjadi prasasti yang membatu. Hidup diantara hati dan denyut nadiku. Dalam sekat, jarak, bahkan rasa sakit, perih pedih luka sekalipun.

Sisa nafas ini masih tak tentu.
Esok, lusa.
Atau sedetik berlalu.
Tak tahu sampai kapan.
Dada ini masih bisa mengembang.

Detik yang kuratapi, menjepit segala ruang yang kusinggahi. Selaksa catatan tentang cinta dan penantian yang kutuliskan, telah sampai pada titik penghabisan. Kesetiaan pada satu nama, kini tak berarti apa-apa. Segala alasan yang mungkin membuatku kembali mengharap dan mendamba, kuingkari dengan mempersilahkan kecewa dan laraku terbakar bersama emosi yang membara.

Bukan ku tak cinta kau.
Sekat yang kau rentang, adalah batas rasa ini.
Tak ada nyanyian sendu, tak jua mimpi yang tertuju.

Dengan segala apa yang saat ini kurasa. Sebenarnya, rasa ini masih sama seperti semula. Ketika harapan itu hidup dan terjaga.Terpatri rapi di tepian hati. Seperti tak pernah terjadi apa-apa. Manakala cinta itu datang atau sekadar bersembunyi dari pandangku saja. Masih sama. Tak berbeda. Karena aku ‘kan tetap ada. Dengan kesetiaan yang sempurna.




Parung, 24 April 2012
Selengkapnya

50 Hari Pemuda Membangun Bangsa #1

Parung, 31 Maret 2012, pukul 04:30 WIB.

Aku belum selesai bermimpi, ketika dentang denting alarm jam meneriakiku untuk segera bangun. Hari ini Sabtu, hari istimewa.
Aku bergegas ke kamar mandi, mengambil wudhu untuk shalat subuh. Hari ini hari pertama dalam rangkaian kegiatan sosial mapping dalam program pengentasan kemiskinan DKI Jakarta yang dilaksanakan BUMN. Aku tercatat sebagai salah satu dari 200 relawan yang terpilih dari daerah Jabodetabek-Bandung.

Hari ini aku harus ke Bandung untuk mengikuti serangkaian pelatihan guna pembekalan diri sebelum melakukan pemberdayaan masyarakat miskin kota DKI Jakarta. Sosial Mapping adalah salah satu program yang digulirkan Kementerian BUMN yang dinaungi Bapak Dahlan Iskan yang bertujuan untuk menentukan strategi terbaik apa untuk mengentaskan kemiskinan di DKI Jakarta.

Bus Mayasari Bakti, pukul 07:00 WIB.

"Tong kosong, nyaring bunyinya. Gentang gentong kosong banyak bicara. Oceh sana sini gak ada isi. Otak udang ngomongnya sembarangan.."

Senandung lagu Slank menemani perjalananku menuju Universitas Negeri Jakarta. Seluruh relawan yang tergabung dipusatkan disana. Ada rasa menghentak ketika sayup kudengar lagu Tong Kosong ini. Seolah tergambar jelas tentang bagaimana sikap kita kebanyakan. Yang lebih mendahulukan tarian kata dibanding aksi nyata.
Tuhan menciptakan dua mata, dua telinga, dua tangan, dua kaki, dan hanya menciptakan satu mulut agar kita sebagai manusia mendahulukan diri untuk diam dan memperhatikan. Berpikir lalu kemudian melangkah, menyegera melakukan perbaikan. Baru kemudian menyeru lewat perkataan baik melalui lisannya agar semua melakukan hal yang sama.

Rasanya tak perlu aku ceritakan wajah Indonesia di masa kekinian, tentang bagaimana kehidupan wakil rakyat yang sibuk berceletoh mengungkapkan segala pendapatnya. Tak ada yang salah memang, berbicara adalah hak setiap manusia. Hanya, seringkali segala bentuk celotehnya tak mengubah apa-apa. Pun kita masih mengingat jelas, bagaimana gambaran semangat-semangat Mahasiswa dalam menyerukan keadilan melalui unjuk rasa yang dilakukannya. Tersentak suara hati, tapi perubahan menuju yang lebih baik belum juga dirasakan kehadirannya. Sudah terlampau lelah rakyat kita berkesah, mendengar dengungan suara hampa, mengharap asa yang hanya berujung semu belaka. Rakyat kita butuh suatu gebrakan, gerakan untuk perbaikan.

Dengan pemikiran seperti itulah, maka aku memutuskan untuk merelakan jiwa dan segala yang kupunya untuk memberdayakan masyarakat miskin kota. Ekspektasiku tak muluk-muluk. Aku hanya ingin agar masyarakat merasakan hidup layak sebagai manusia. Sehingga setangkai senyum dapat terpancar indah di segurat wajah milik mereka.

Tanganku mungkin terlalu kecil untuk dapat mengubah semua.
Namun aku percaya, melaui TanganNya, Tuhan akan menolong setiap hambaNya yang melakukan kebaikan untuk sesama.


Jakarta, 31 Maret 2011
Selengkapnya

Kategori Utama