Kutulis Dalam Diam

Bersama keheningan.
Aku menulis dalam diam.
Sedikit kesulitan kueja makna dalam perputaran jam.
Sambil perhatikan detak waktu yang kian menghantam.
Kucoba untuk tetap menulis.
Dalam diam.

Ya, menulis!
Mereka bilang menulis itu sulit. Aku pun demikian. Tak mudah memaknai setiap keadaan dengan sebuah tulisan. Saat memaksa jemari menari dalam pentas susunan kata, melompat dan berputar dari setiap diksi dan rima, menggabungkannya menjadi ejaan penuh makna.
Sulit bukan?

Aku masih memikirkannya.
Memilih dan memilah kata. Mengukur dan menimbang makna. Mencocokkan antara diksi, ritme, dan rima.
Ah... Kesulitan aku memikirkannya.

Menulis memang sulit.
Terlebih dalam waktu yang terus menghimpit.
Ideku pun terasa sesak karena terjepit.
Semua jadi muram dan berbelit.

Andai hidup adalah tentang logika dan hati.
Mungkin akan lebih mudah menulis dengan pena hati. Mereka bilang, hati tak akan pernah membohongi diri. Aku pun sependapat dengan ini.
Maka, kini kucoba menulis dengan hati. Memikirkannya sepenuh hati.
Menimang-nimang kata dengan hati-hati.

Senja mulai temaram kini.
Selubung petang mulai menyelimuti.
Aku masih di sini.
Mencoba pahami dan menghayati. Membaca diri dalam hidup yang terus berotasi. Lalu mencoba menoreh kertas dengan pena hati.

Ah...
Kertasku masih putih.
Aku masih belum bisa menulis.
Sedangkan ronta di dada kian terdengar miris.
Meneriakkan kesulitan yang tak kunjung habis.

Ingin rasanya kubunuh waktu dari perputaran dunia!
Agar aku dapat bebas bereksplorasi mencari makna dalam sebuah kata. Lalu mulai menuliskannya, menyusunnya menjadi anyaman kata yang terlihat sempurna.

Baru saja aku berpikir untuk memenggal waktu.
Malam beringsut menggangguku dengan kantuk yang memburu.
Ah...
Kalau aku lelap dalam tidur lena.
Pasti esok aku akan terbangun jadi manusia tanpa makna.
Kehabisan ide.
Kehilangan cerita.
Dahaga.
Demam kata.
Bisu.
Tanpa makna.
Lalu halaman kertas kembali usang.
Kosong.
Tanpa tulisan.

"Dalam bening malam.
Kumenulis dalam diam.
Dalam hening malam.
Kuteriak dalam diam..."


12 komentar:

  1. 1000 jempol buat puisi ini.. keren abis

    BalasHapus
  2. puisinya keren. mencakup semua saat orang kehabisan ide nulis *ngasi jempol*

    BalasHapus
  3. kereeeeennnn

    ^_^

    lanjutkan... gaya penulisan kita hampir mirip nih, selera kita sama.. hohoho

    BalasHapus
  4. Gua pikir lu lagi bingung ga ada ide nulis, ternyata puisi toh...

    BalasHapus
  5. Hehehe terimakasih kakaks sudah mau mampir.

    "Tuliskan saja semua kata yang dikehendaki hati dan pikiran untuk dituangkan.
    Asah pena agar jadi manikam yang terlihat sempurna..."
    :)

    BalasHapus
  6. itu nyatanya Lagi ngga ada ide (diam) juga bisa nulis..
    =)

    BalasHapus
  7. Hehe begitulah :p
    Galau to the max, makanya jadinya malah prosa :D

    BalasHapus
  8. Feel-nya dapet banget pas aku baca tulisan ini, aku suka ini, galih! Diksi yang kamu gunakan, oh, entah kenapa aku seakan tenggelam menyelami maknanya, pas banget! :) Well, sering2 tulis beginian! Aku follow dulu :D *brb lihat2 tulisan yg lain*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu aku lebih sering nulis yang beginian.
      Apa yang kamu baca kemarin, itu baru akhir-akhir ini.
      Hehe terimakasih :)

      Hapus
  9. It's different! Good!
    Btw, bang Galih diem-diem nyelipin curhatan lewat tulisannya nih, kayaknya. :D

    BalasHapus

Kategori Utama