Pagi Itu, Kau Terbang Setinggi-tingginya
mimpi semalam
rindu adalah batu
menghantam dadamu
hingga biru
malam tadi aku memimpikanmu, - lagi. setelah sekian lama kepalaku mati-matian menyembunyikan ingatan-ingatan tentang kamu. menaruhnya di balik kepala. dalam dan jauh.
malam tadi aku mengaduh di antara hampa. berteriak dan meronta tanpa suara. hanya ada air mata yang jatuh. menahan sesak dan haru saat kembali tersadar bahwa kau telah jauh.
kita pernah sedekat lenguh dan desah napas, seakan jarak bukan perkara yang mesti kita pusingkan. kita bahkan pernah lebih erat dari peluk sepasang kekasih di bawah temaram sinar purnama. sesuatu yang dulunya kita kira akan menjadi selamanya.
namun cinta selalu punya cara untuk menjadikan rencana sebagai kesia-siaan belaka. membuat sementara menjadi sebuah niscaya. sebab tak ada yang abadi selain luka itu sendiri.
dan kini kau pun semakin hilang dan jauh. angan paling angin; embusan paling hening dan sepi yang tak bisa kurengkuh. hanya ada rindu yang mewujud batu. manakala datang di malam buta, menghantam dada tanpa ampun. pencipta erang paling aduh di sepanjang waktu hidupku.
12 desember 2017
untuk zaki
nak, ibu pernah bilang bahwa benar tak selalu mudah dan baik-baik saja. akan datang sebuah masa ketika untuk mencapai benar kau harus jatuh dan dijatuhkan, lusuh dan dilecehkan, atau bahkan wajahmu coreng moreng hingga berdarah-darah. tapi kau tak perlu takut, zaki.
nak, tumbuhlah dengan berani. tetapkan hati dan jiwamu untuk selalu mantap berjalan di arah yang kau anggap benar-benar benar. karena sungguh, kebenaran adalah cermin tanpa noda yang memantulkan banyak cahaya.
berdirilah di samping ibumu ini dengan tegap dan tegak. jangan kau turunkan dagu dan wajahmu ke bawah. karena kebenaran yang baik adalah yang ditunjukkan. bukan diam sambil merutuk dalam kegelapan.
kini, teruslah melangkah. genggam tangan ibu dan mari berjalan ke depan.
“kita nggak takut, zaki.
kita benar.
kita tak akan pernah takut.”
bagaimana jika?
bagaimana jika aku sudah berusaha mati-matian untuk melupakanmu, tapi ternyata dunia bahu membahu untuk membuat segalanya menjadi apapun tentang kamu?
bagaimana jika aku sudah berusaha segila-gilanya untuk pergi dan menjauh, tapi ternyata segala kenangan malah tepat berada di ujung keningku?
bagaimana jika aku sudah berupaya untuk hilang dan bersembunyi, tapi ternyata cinta selalu menemukan cara untuk membuatku menepi dan berjalan ke arahmu?
bagaimana jika kita berhenti saja untuk bertingkah laiknya anak kecil yang sedang bermain petak umpet, lalu memutuskan untuk bertemu? membunuh rindu satu per satu yang kadung lebam dan membiru.
Artikel Acak
Followers