Dalam hidup kita kerap berpindah. Dari satu masa ke masa lain. Dari satu tempat ke tempat lain. Dari satu rasa ke rasa lain. Dari satu suasana ke suasana yang lain. Menjalani segala hal yang terjadi dengan berbagai macam adaptasi. Mencoba menikmati semua bagaimanapun rasanya. Menjadi seseorang yang tangguh dan berbahagia karena berhasil melewati berbagai macam fase menuju dewasa. Tapi suatu ketika, -pada saat kita sudah sedemikian jauh berpindah-, kita pernah merasakan rindu pada hal-hal yang terdapat di masa lalu. Kita ingat bahwa ada hal-hal yang belum selesai di waktu itu. Segala suasana, aroma, rasa; segenggam perasaan di dalam hati yang memaksamu ingin kembali. Datang untuk sekadar merasakannya lagi.
Berharap dengan sepenuh hati, semoga ketika setibanya kembali nanti semua perasaan rindu itu tuntas dengan hadirnya suasana yang pernah kita rasakan pada masa dahulu. Tentang bagaimana nyamannya kita berada pada masa-masa itu. Namun ternyata semua itu hanya bayang-bayang semu yang ada di dalam kepalamu, sebuah asa hampa seperti tak bernama. Kau telah mundur ke belakang, tapi rasanya seperti tak kembali. Kau telah pulang, tapi tetap merasa asing di tempatmu sendiri.
Kemudian pada titik nadir kecemasanmu, akhirnya kau tahu. Ketika kelak di masa depanmu nanti kau merasa rindu akan hal-hal yang terjadi di masa lalu, yang sebenar-benarnya kau butuhkan bukanlah kembali ke masa lalu. Melainkan sekadar mengingat lagi, hal-hal apa saja yang kau jadikan alasan atas kebahagiaan itu.
Sebab, ketika kau memutuskan pergi dan berpindah pada hal yang baru, tak selamanya pulang dan kembali ke masa lalu akan menyajikan hal yang sama lagi.
Karena hidup hanya sekali, buatlah berarti.
"Ketika kau memutuskan pergi dan berpindah pada hal yang baru, tak selamanya pulang dan kembali ke masa lalu akan menyajikan hal yang sama lagi".
BalasHapusBener banget yang ini.
statement terakhirnya :')
BalasHapus