Pukul 07.07
: kepada Rismala
Selamat pagi, nona.
Bagaimana pagimu? Semoga selalu menyenangkan, seperti halnya lengkung senyum milikmu yang tak pernah lupa bagaimana membuat aku bahagia. Aku mencintainya, —tentu saja. Sebelum kau bertanya bagaimana kabarku, aku akan lebih dulu menjelaskan bahwa aku baik-baik saja, selalu sehat dan ceria sebagaimana biasanya. Beberapa orang bilang, memberi kabar lebih dulu adalah salah satu bentuk perhatian. Aku ikuti perkataan mereka, agar kau tahu bahwa kau tak pernah luput dari perhatianku.
Selalu menyenangkan saat memperhatikan setiap hal yang kau lakukan. Banyak kejutan yang kudapat karena tak menyangka bahwa kau bisa-bisanya melakukan hal itu. Seperti saat kita berdua duduk di Djendelo Coffee pada suatu malam yang hujan. Kau berada di hadapanku sambil memutar-mutar sendok kecil di segelas cokelat panas yang kau pesan. Berkomat-kamit (maaf aku menyebutnya hal itu, sebab aku tak tahu apa yang kau gumamkan.) dengan bibirmu yang sesekali memanyun atau membentuk huruf O. Lalu tiba-tiba matamu membelalak, —seperti mendapat sebuah ide cemerlang, lantas menggenggam tanganku yang sedari tadi memegang cangkir kopi untuk sekadar menghangatkan jemari. Kemudian tanpa diduga-duga, kau mengajakku bermain ABC Lima Dasar saat itu. Hahaha. Aku seketika memelototi kamu, apa kau sehat?
Hal yang terjadi selanjutnya adalah aku yang dengan terpaksa memasukkan gulungan tisu ke dalam lubang hidung karena selalu kalah melawan kamu. Apa kau selalu membaca Wikipedia, sehingga pengetahuanmu atas sesuatu selalu melebihi aku? Ah, sudahlah. Aku tak ingin lagi mengingat kejadian itu lagi, bikin malu. Kita menjadi pusat perhatian di tengah-tengah kedai kopi saat itu, apa kau tahu? Jatuhlah sudah namaku.
Tapi, toh semenyebalkan apapun kamu, ada hangat yang menjalar ke dalam dadaku. Begitu menyenangkan bisa duduk bersama dengan berlama-lama denganmu. Memperhatikan semu pipimu yang merona saat tertawa, memperlihatkan sederetan gigi putih berseri yang dihiasi kawat gigi. Menenangkan. Sebab itulah aku tak ingin melewatkan waktu tanpa memperhatikanmu. Tujuh hari dalam seminggu, setiap waktu.
Nonaku, banyak orang bilang bahwa angka tujuh adalah keberuntungan. Mungkin salah satu alasan kenapa James Bond sulit mati adalah karena ia menggunakan angka tujuh sebagai nama identitasnya. Entahlah korelasinya apa, itu sih bisa-bisaku saja. Hahaha. Tapi memang ada beberapa kelompok orang yang benar-benar memaknai angka 7 sebagai sesuatu yang spesial dan memiliki arti yang mendalam.
Misalnya saja, dahulu sekali, sejarawan Mesir al-Maqrizi pada abad ke-14 masehi mengatakan bahwa orang orang kristen di Mesir (Koptik) merayakan 7 pesta besar dan 7 pesta kecil di gereja-gereja mereka. Pesta ini dibagi lagi menjadi dua jenis, 7 untuk pesta kesenangan dan 7 untuk pesta kesedihan. Mengenang sosok Maria dengan musik yang berirama heptadik. Sebab itulah dalam musik renaisans terdapat sejumlah lagu dengan 7 suara, yang biasanya dipersembahkan kepada Perawan Maria atau berkaitan dengan 7 pahala Roh Kudus.
Sementara di India, angka 7 juga banyak dijumpai dalam kepercayaan masyarakatnya. Menurut cerita, angka 7 adalah angka penting di Weda selain angka 3. Angka 7 secara khusus berkaitan dengan Agni, dewa Api yang memiliki 7 istri dan 7 macam api. Lagu-lagu rohani yang diperuntukkan baginya berjumlah 7 buah. Dalam kepercayaan mereka, dewa matahari memiliki 7 kuda penarik keretanya di atas langit.
Bagi kaum sufi, angka 7 juga banyak disukai. Sebab angka 7 adalah representasi dari Lathaaif, atau titik-titik subtil pada tubuh, di mana kaum Sufi memusatkan kekuatan spiritualnya.
Dalam Islam, —mungkin tak begitu disakralkan dan dirayakan— kita sama-sama mengenal bahwa surat di urutan pertama dalam Al-Quran adalah surat Al-Fatihah yang memiliki 7 ayat. Lalu kalimat syahadat Laa Ilaaha ilaa Allaah, Muhammad rasul Allah terdiri dari 7 kata. Menurut Al-Quran, Tuhan menciptakan langit dan bumi menjadi 7 lapis. Hal lainnya adalah Thawaf mengelilingi Ka’bah dilakukan sebanyak 7 kali, demikian juga dengan Sa’i antara Shafa dan Marwah. Pada akhir haji, dekat Mina, para jamaah haji melempari setan 3 kali dengan masing-masing 7 buah kerikil kecil yang biasa kita sebut sebagai melempar jumroh. Hal menarik lainnya adalah Tuhan menciptakan manusia dengan tujuh anggota badan, yaitu dua tangan, dua kaki, dua lutut, dan satu wajah. Kemudian Tuhan memperindahnya dengan tujuh peribadatan, yaitu dua tangan untuk berdoa, dua kaki untuk berdiri takbirotul ikhram dengan khidmat, dua lutut untuk duduk menghamba, dan wajah untuk bersujud memohon keselamatan.
Itu sedikit gambaran betapa angka 7 menjadi sesuatu yang bermakna spesial dan memiliki arti yang mendalam. Begitu pun untukku. Bulan ketujuh aku bersamamu. Semakin tenggelam aku ke dalammu.
Selamat pagi.
Aku mencintaimu.
Lelakimu.
mungkin postingannya juga harus dipublish nanti waktu tanggal 7.
BalasHapusE tapi entar jadi 7 bulan 2 hari... hehehe
suratnya bikin senyum, bikin kagum (itu wawasan sejarah..)
semoga langgeng aja ya mas Galih.
mampir ah
BalasHapusah kebiasaan yg manis sekali :')
BalasHapusSekali lagi, aku larut dalam suratmu mas galih :)
BalasHapussuper sekali.. bigluvluv dah.. <3 <3
BalasHapusmelting aku bacanya mas :'')
BalasHapusAku bisa, aku luluh dalam lirik kata demi kata yang kau dan puanmu tuliskan. Indah Ih, indah. :)
BalasHapusTerimakasih telah menunjukan pada pembacamu arti indah mencintai dan manisnya di cintai. :)
(y)
BalasHapus