Pendidikan Sabar

Halo, selamat gini hari pembaca yang budiman.
Kenapa gue bilang gini hari? Karena gue nggak tahu kapan lo baca tulisan gue ini. Kalau gue bilang selamat pagi, gue takutnya lo baca siang. Kalau gue bilang selamat siang, gue khawatirnya lo baca sore. Dari pada gue diketawain karena nggak bisa nentuin waktu, jadi ya cari aman ajalah.
Nama gue Galih Hidayatullah Cahya Prayoga Putra Pranata Parangin-angin Setya Setiap Saat. Tapi kalau kepanjangan, lo panggil gue beb atau yang aja gue pasti nengok kok. Maklum lah ya, kalau orang LDR, ada sesuatu yang bikin dia sedikit nyaman aja pasti bikin dia seneng banget. Kayak kemarin sore gue naik ojek, saking nggak pernah dianter-anternya, abis naik ojek aja gue langsung bikin tweet dan status di facebook. Makasih ya udah mau nganterin aku hari ini <3

Mumpung masih hangat-hangatnya berita tentang kelulusan sekolah, dalam tulisan gue kali ini, gue mau sedikit ngebahas tentang pendidikan dan dunia sekolah. Gue jadi inget jaman gue sekolah dulu. Dari kecil, gue selalu dididik orang tua gue untuk selalu sabar. Makanya, kalau jadwal sekolah gue masuk jam tujuh pagi, gue selalu bersikap sabar kalau dimarahin emak gue buat sekolah, "Iya mah, sabar. Baru juga jam tujuh kurang lima belas menit. Santai dululah. Sabar.”
Tapi, sayangnya, guru-guru itu justru yang pada nggak sabar. Kalau mereka mau sabar, semestinya mereka mau nunggu gue, bukan malah ngelarang gue masuk karena mereka datang lebih dulu dari pada gue. Harusnya kan guru-guru memberikan teladan sikap kesabaran kepada murid-muridnya. Atau di lain kesempatan, saat teman-teman sekolah gue banyak mendapat penghargaan dan peringkat sekolah, gue mah sabar aja walau nggak dapat apa-apa. “Sabar, kegagalan adalah kunci kesuksesan. Nggak apa nggak juara apa-apa, kesabaran adalah kunci kebahagiaan.”

Tapi ya gitu, kesabaran yang gue miliki, nggak dimiliki oleh para guru dan pihak sekolah. Akhirnya, saat anak-anak lain naik kelas, gue malah tinggal kelas. Karena hal ini, gue jadi heran sendiri, sebenarnya praktik kesabaran itu seperti apa, sih? Gue udah bersikap sabar kok. Saat teman-teman girang dapat nilai bagus karena mengerjakan PR, gue mah sabar aja tuh walau disetrap karena nggak ngerjain. Saat teman-teman gue saling cerita dapat nilai bagus pas ujian sekolah, gue sabar kok saat diam aja karena nilai gue yang paling jelek. Sebab kata guru agama, sabar itu berarti ikhlas dan menerima.

Pendidikan karakter di Indonesia sejak usia sekolah memang sangat rendah sekali. Cerita gue tadi baru sedikit dari banyaknya kisah kegagalan sistem pendidikan karakter yang ada di Indonesia. Maka dengan ini saya menuntut kementerian pendidikan Indonesia untuk meninjau ulang kurikulum pendidikan karakter yang ada di sekolah. Hal itu bisa dimulai dengan memberikan pemahaman kepada guru-guru sekolah untuk bersikap lebih sabar menghadapi murid-murid seperti gue.

Terima kasih.

Galih Hidayatullah Cahya Prayoga Putra Pranata Parangin-angin Setya Setiap Saat
Ketua tarekat malesmandiyyah.


2 komentar:

Kategori Utama