Seperti halnya embun-embun menitik ujung daun, teduh merintik menyegarkan hari. Atau seperti sekumpulan murai yang bersahutan tak henti, berkicau menjelma simfoni paling puisi. Atau seperti tegak pohon yang berjajar sepanjang taman, hijau rindang sedapkan pandang. Aku memaknai hadirmu sebagai keindahan maya pada. Segala hal yang tergambar adalah kedamaian dan ketenangan yang menelusup ke dalam dada.
Pagi datang lagi. Kali ini lebih sepi. Hanya ada suara derai gerimis dan gemericik air yang menggenang. Jalan-jalan basah dibasuh hujan. Serupa aku dan perasaan kalut selepas kehilangan. Tak ada lagi binar mentari yang hangatkan pagi. Juga daun-daun yang merunduk dihinggapi embun. Pohon-pohon yang berdiri berjajar malah merupa sekumpulan tentara yang bersiap melepaskan meriam. Dan aku hanya sendirian.
Pagi datang lagi. Kali ini lebih sepi. Kenangan menggenang seperti hujan. Memoar luka yang sempat tertinggal kembali menyesaki hingga napas tersengal. Kerinduan setemaram langit murung yang berarak mendung. Ada asa, sebenarnya. Tapi tak lebih sunyi dari tubuh yang menggigil didekap dingin. Harapan menjelma kekecewaan yang menyalak serupa petir.
Pagi datang lagi.
Kali ini lebih sepi.
Dan kau.
Semakin jauh melangkah pergi.
Menyisakan gurat cerita kehilangan yang mulai diratapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar