Hujan di Tepian Senja

"Aku ingin dekapmu dalam menghadapi dinginnya cerita. Menjadikannya sebagai pelukan hangat untuk menemani gigil yang ditawarkan senja."

Mungkin kau sedang sibuk merajut benang-benang jingga di antara sekumpulan awan saat ini. Atau berlarian di antara rinai hujan yang berderai ritmis di sepanjang tepian pantai. Menjejak langkah kaki yang kemudian terhapus buih-buih ombak. Atau kau mungkin sedang menyesap segelas teh panas untuk sekadar menikmati senja merona di antara pendar jingga yang mengekor cakrawala.

Di surga, segala keinginan hanya perlu diminta 'kan? Aku percaya kau sedang berbahagia di sana. Menikmati segala kebahagiaan tanpa perlu usaha yang berlebihan. Hanya tinggal merajuk dan membujuk Tuhan agar dapat mengabulkan apa yang kau angankan. Itu yang kupikirkan.

Di sini, langit begitu setia memuntahkan hujan. Membuat hari begitu basah oleh bulir-bulir air yang menggenang. Dan aku, masih belum beranjak dari tempat duduk di depan beranda rumah. Meminum segelas kopi hitam panas untuk sekadar menghangatkan paras. Dengan kepala yang disesaki segumpal kenangan yang belum juga terlepas.

Maafkan aku yang belum sepenuhnya ikhlas melepas kepergianmu. Nyatanya, segala kesabaran dan keteguhan hati dalam menghadapi kehilangan yang selama ini kugaungkan, belum benar-benar mampu untuk menenangkan dan mendamaikan perasaan. Aku masih belum lupa bagaimana renyah suaramu kala tertawa. Juga gelitik canda yang mengulas senyum dalam setiap pertemuan kita. Atau tentang bagaimana sendu matamu ketika tangis menganak sungai di pipimu. Lalu dengan naluri kelaki-lakianku mendamaikanmu dengan lembut belai di kepalamu dan menyediakan tegap pundak untuk memberikanmu sandaran. Semua masih tergambar jelas, dalam sebuah mozaik kenangan berbentuk kita.

Sayang, apakah di surga ada tangis?
Sebagaimana rengekan hatiku yang ringkih dalam melepasmu pergi.
Seperti halnya sungai yang mengalir lembut di bawah taman-taman surga.
Aku berharap Tuhan tak terlampau tega mencipta air mata di surga. Biarlah kau merasakan gegap gempita kebahagiaan dalam keabadian selama-lamanya. Tertawa lepas menikmati segala keindahan yang ditawarkannya.


Hujan belum juga reda. Dan aku masih ingin mengenangmu lebih lama.






Berbahagialah di sana.
Surga yang mengalir sungai di bawahnya.

Peluk hangat.
Dari lelakimu yang merindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kategori Utama