Aku Tak Akan Membiarkanmu Merasakan Kesedihan Sendirian

Mungkin kau pernah mengalami masa-masa sulit dalam hidupmu. Mengarungi arus kehidupan tanpa teman untuk berbagi penderitaan. Terasing dalam kesepian dan kehampaan. Melangkah linglung mencari kebahagiaan yang tak juga kau temukan. Tersudut mendekap lutut mendekap kesedihan sendirian. Tak ada suara-suara sapa di dalam kepala. Hanya ada gemuruh amarah menghadapi luka yang meraja. Lalu kesepian mulai membunuh perlahan. Menggerogoti setiap inci kebahagiaan pelan-pelan. Kemudian menciptakan kesumat dendam entah kepada apa, entah kepada siapa. Hanya ada api kemarahan yang membakar hangus semua harapan.

Mungkin kau pernah mengalami masa-masa terburuk dalam hidupmu. Terombang-ambing dalam sedu sedan kesedihan. Ingin menangis tak ada yang mendengar, ingin meratap tak ada yang melihat. Selanjutnya hanya ada kau yang menyeka air mata kekecewaan dengan punggung tanganmu sendiri. Lantas mencoba menutup mata, berharap luka dan kecewamu tabah dan menghilang seiring waktu. Tapi dalam pejam, yang kau lihat adalah luka yang menertawai kau berpura-pura. Mencemooh kesepianmu yang membuat kau semakin nestapa. Menghadirkan gelak gemetar di bibirmu yang pucat ketika kau sadar bahwa kau hanya sendirian.

Tapi, kasihku, kau tak pernah benar-benar sendirian. Kau hanya perlu membuka matamu lebih lebar lagi. Melihat keindahan di sekelilingmu yang ikut murung menatap ke arahmu. Mengizinkan mereka memeluk dan mendekap sendu sedihmu. Memperkenankan mereka menjadi penopang bagi sendi-sendimu yang letih. Membuat kau dapat berdiri dan berpijak lebih tegak lagi. Menguatkan langkahmu dalam menerjang kenestapaan yang datang silih berganti. Hingga kau dapat melewati setiap detik waktu dengan senyuman. Menghadirkan lagi hari-harimu yang ceria dan menyenangkan.

Aku adalah awan bagi panas cuacamu.
Aku adalah air bagi dahagamu.
Aku adalah penopang bagi sendi-sendimu yang letih.
Aku adalah selimut bagi gigilmu.
Aku adalah puisi yang bersembunyi di balik kesedihan-kesedihanmu.
Maka, kasihku, perkenankan aku mendekap dinginmu dengan pelukan dan ciuman-ciuman panjang. Sebab aku tak akan membiarkanmu merasakan kesedihan sendirian.

Aku mencintaimu.


Galih Hidayatullah, lelakimu.

5 komentar:

Kategori Utama