Perenungan Di Mc Donald's


Gak mau kalah sama Badot yang malem ini bikin posting blog. Gue pun berniat untuk menceritakan kejadian yang terjadi malam ini ke pembaca semua. Awalnya gue gak punya ide untuk nyeritain hal apa, tapi setelah gue merenung sejenak di bawah ketiak mika tembayong, akhirnya gue punya bahan untuk posting malam ini. Terkadang, rasa sayang pun seperti itu. Awalnya kita berpikir gak ada satu pun orang yang mau mendekat ke hati kita. Tapi, bila kita mau sedikit saja meluangkan waktu untuk terpejam dan merenung sesaat, maka kita akan memahami bahwa sesungguhnya banyak sekali lingkaran kasih sayang yang mengelilingi kita. Tuhan dengan ke-Maha-Kasih-Nya, keluarga dengan kepedulian dan perhatiannya, juga teman dan sahabat yang senantiasa ada untuk berbagi canda tawa kepada kita.

Kasih sayang bukan hanya tentang ucapan ‘sayang’ dari pasangan ‘kan? #PembelaanSeorangJombloMulia



Saat ini gue lagi ada di Mc Donald’s ITC Depok sama si Janggut Badot dengan bermodalkan segelas kopi panas. Maklum, mahasiswa fakir internet, kerjaannya cuma cari hotspot dimana pun ia berada dengan modal seirit-iritnya. Muehehe




Tadi, sebelum gue duduk manis di kursi McD ada ibu-ibu yang konyol abis. Baru gue masuk McD, belum sempet untuk duduk sama sekali, ada ibu-ibu yang tiba-tiba nyeletuk di depan gue sama badot.
"Mas, kok ada bau-bau asem sih?"

Entah itu pernyataan ditujukan untuk apa dan buat siapa, ada mas-mas pelayan, gue, badot, dan kursi yang diam membisu disana.
Seketika itu gue tersedak. Beku sesaat. Tak sanggup berkata-kata.
Hanya mampu beku mematung meratapi semua. #Tsaaaaah

Gue celingukan, ngendus ketek, ngemut jempol kaki.
Gak ada. Gak ketemu bau asem seperti yang diucapkan si ibu tadi.
Gue coba buat ngendus si badot. Karena cuma dia yang ada di samping gue. Tapi gak ada juga. Bagaimana ini? Kemanakah bau asem itu?
*dimana.. dimana... dimanaa.. kuharus mencari dimanaa..*



Gue mulai pasrah, mangap, megap-megap, kemudian berhasrat pengen ninju idungnya ibu-ibu itu.
Bau asem itu emang gak pernah ada. Badot pun sepakat dengan hal ini.


Gue hanya heran sama ibu-ibu itu. Begitu mudahnya ia melontarkan kata. Tanpa sedikit pun berpikir bahwa bisa saja perkataan yang ia lontarkan menyebabkan sakit di hati orang yang mendengarnya.


Tingkat kepekaan masyarakat kita saat ini memang mulai memudar. Banyak keramahan dan kesopansantunan yang sedikit banyak mulai terkikis oleh sifat sombong, congak dan kepongahan. Banyak contoh yang bisa kita saksikan akhir-akhir ini. Mulai dari pelaporan seorang tuan tanah kepada kepolisian karena ada seorang nenek janda miskin yang mencuri jagung di ladang miliknya, padahal si nenek melakukan hal tersebut karena ia dan cucunya sedang kelaparan. Ada lagi kisah Aal, yang disiksa di Lapas karena dituduh mencuri sendal milik anggota kepolisian.


Gue emang gak akan pernah menghalalkan tindakan pencurian. Tapi, terlepas dari hal itu, seharusnya permasalahan seperti ini bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Semestinya, kita berkaca diri bahwa banyak orang di sekitar kita yang sedang kekurangan dan butuh uluran tangan.


Sama seperti halnya ibu-ibu tadi, kita itu selalu lebih memilih untuk segera memberi vonis kepada seseorang atau lingkungan pada suatu hal yang tidak mengenakan. Andai kita sedikit saja mau menjaga lisan dan prasangka, menilai diri sendiri baru berkata, itu akan jauh lebih baik dari pada sibuk berceloteh yang mungkin justru akan menyakiti hati dan perasaan sesama.


Gue merindu masa-masa dahulu. Ketika masyarakat menjadikan keramahan dan kesopansantunan sebagai pakaian, bahu membahu menolong tetangga yang sedang kesulitan, saling bertukar serantang makanan, berbagi sedikit kebahagiaan.


Gue yakin orang-orang yang seperti itu masih ada.
Yang masih menjaga dan melestarikan kebaikan kecil terhadap sesama.
Atau orang yang mulai tergerak hatinya untuk berbagi, menjaga perasaan dan memberi kebahagiaan. 


Mungkin kita?

25 komentar:

  1. Trkadang malah jadi pengen hdup di desa yg msh pada mnjaga etika.
    Btw, bsa kali kpan" razia brang murah di itc :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ditunggu ajakannya :)
      (semoga ketiban duit segepok setelah gue ngomong ini)

      Hapus
  2. awalnya ngkaka, tapi lama kelamaan mulai serius dan, aku sependapat bgt sama ka galih.

    "menjadikan keramahan dan kesopansantunan sebagai pakaian, bahu membahu menolong tetangga yang kesulitan, saling bertukar serantang makanan, berbagi sedikit kebahagiaan"

    mana budaya dan sikap warga indonesia yang katanya beramah tamah, mungkin masih ada dan memang masih ada orang yang memiliki keramah tamahan. tapi itu spertinya 30-40% saja, dan selebihnya( begitulah ) ga ada sopan santun.

    BalasHapus
  3. Semoga kita bisa kembali membudayakan kebaikan kecil itu :')

    BalasHapus
  4. harus kita..
    kalau bukan kita siapa lagi??

    BalasHapus
  5. Awali dari diri sendiri, lalu kemudian mengajak kepada yang lain :)

    BalasHapus
  6. memang kalau bukan kita yg melestariakan satu persatu kebudayaan akan hilang dan mengadopsi tingkah laku budaya barat..

    BalasHapus
  7. Begitulah.
    Tapi semoga akar budaya tidak tercerabut hingga pangkalnya.

    BalasHapus
  8. iya kadang juga rada sedikit risih ini sama temen2 yg celetukannya gak ngenakin di telinga.ckck
    kayak gak punya sopan santun.

    salah satu kelebihan hidup didesa ya itu, tingkat sopan santun mereka lebih tinggi dari kita yg dikota :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya.
      Seringkali orang yang hidup desa jauh lebih memiliki nilai di banding yang masyarakat kota.

      Semoga kita bisa jadi pribadi yang lebih baik :)

      Hapus
  9. Paling atas soal cinta, pertengahan ibu2, diakhir soal kebaikan haha!!

    Masih ada dong, yaitu gue.. Gue ramah, baik
    , suka menolong, rajin mengaji, dan pandai menabung :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanya juga dinamika kehidupan.
      Jadinya banyak bahas yang lain deh.
      Hehe

      Percaya :')

      Hapus
  10. yaaap..last time they know as masyarakat paling ramah. nowadays? nothing..

    BalasHapus
  11. Iya, betul sekali mak.
    Mari kita mulai untuk kembali membudayakan keramahan :')

    BalasHapus
  12. Ayo nih kapan traktirannya. ditunggu anak2 KK :D :D
    Ibu2 itu paling bau keteknya sendiri

    BalasHapus
  13. Tarik nafas..buang.
    Ok,bersikap ramah,sopan santun harus di tanamkan di diri kita sendiri mulai sekarang. mulai menghargai orang lain jika kita mau di hargai juga sama orang lain :)

    BalasHapus
  14. Keramahan...sesuatu yg mungkin udah punah di jaman anak cucu kita >_<

    BalasHapus
  15. ngahahaa... kalo berdiri di bawah keteknya sule bakal dapet ide ngeblog ga ya? hax2! oya, folbek nd komen balik yaaa... sankyuu...

    BalasHapus
  16. Aku ngakak baca bagian awalnya, tapi pas paragraf "Begitu mudahnya ia melontarkan kata. Tanpa..." aku langsung terhenyak, beneran loh galih :O Memang benar, tata krama seakan diselimuti keangkuhan >.<

    BalasHapus
  17. kesadaran sebagai inti dari semuanya..itu yang sudah berkurang..dan akan hilang

    BalasHapus
  18. budaya orang indonesia yang ramah ramah seakan hilang :O

    BalasHapus
  19. kalo gue jadi elu, gue langsung nyeletuk bilang gini " iyaa bu, tuh di celana ibu ada kuning2nya' wkwkwkw
    biat tau rasaa!! #ganyante #GamauKalah
    nyahahahah

    BalasHapus
  20. hmmm geram ak bcanya :@
    jaman skrg mulai dr emak2 ampe bocah kencur udh pada nganeh2 smua..sok! hmmm...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga merefleksikan kegeramannya dengan cara menunjukkan sikap keramahan dalam setiap tutur kata dan tindakan terhadap sesama :)

      Hapus

Kategori Utama