Hantu dari masa lalu itu datang lagi. Atau aku yang tak pernah benar-benar beranjak pergi?
Malam ini aku mengenangmu, -lagi. Setelah sekian lama aku berlari di dalam kepalaku sendiri. Mencoba bersembunyi dari segala kenang dan ingatan tentangmu. Tentang belai lembut jemarimu saat mengusap anak-anak rambutku. Tentang erat genggamanmu saat aku terjatuh. Tentang renyah suaramu saat tertawa di ujung telepon. Tentang segala hal mewujud kamu yang selalu membayang di langit-langit kamarku.
Malam ini aku sadari, -lagi. Bahwa kau memang telah pergi. Tak kutemui lagi tenang yang kucari. Sebab kau pergi bersama sekeping hatiku yang kau curi.
Malam ini aku merindumu, -lagi. Mengingat segala yang pernah kita cipta. Renyah tawa dan canda sebelum kita beranjak tidur di malam pada musim penghujan. Hangat dan lembut kecupmu saat membangunkanku dari tidur yang lelap. Tentang semua hal di masa lalu yang menjadikan kamu dan aku seperti sepasang kekasih yang baru bersama tiga bulan lamanya. Hanyut dalam romansa dan berbahagia.
Malam ini aku sadari, -lagi. Bahwa aku memang benar-benar sendiri. Tergopoh menanggung rindu dan luka tanpa teman sepenanggungan. Tanpa kamu. Tanpa dekap yang dulu membuatku tenang saat menggigil kedinginan. Tanpa teduh wajahmu yang menenangkan saat kepalaku begitu sesak dengan sepi dan kebosanan.
Hari ini aku menatapmu, -lagi. Memasang senyum di bibirku yang penuh nanah. Menyembunyikan nanar dan kebencian yang mengigit di belakang. Sebab, bukankah menyakitkan? Saat kau tersenyum dan tertawa di hadapan orang yang pernah kau cinta, sementara kau tak lagi menjadi siapa-siapa di hatinya?
Artikel Acak
Followers