Kita pernah berjanji akan menjejakkan kaki sejauh yang kita bisa. Membaui aroma laut yang bersemilir mesra. Mengelilingi jalanan kota di atas kecepatan 50 km/jam. Atau bahkan memetik mentari di puncak gunung, sebab tak ada gunung yang lebih tinggi dari mata kaki kita selama kita mampu mendaki puncaknya.
Kita pernah berjanji untuk tak pernah melepaskan genggaman tangan saat mewujudkan...
Perempuan yang Memeluk Bayangannya Sendiri
“Dion menamparku lagi,” katamu dengan suara serak di sudut kafe Kedai Kopi Kemang. Sepanjang yang aku lihat, lebam tercetak jelas di pipi kananmu.
“Harus berapa banyak lagi tamparan yang kau terima untuk membuatmu sadar bahwa suamimu bukan seseorang yang pantas untuk kau pertahankan?” kataku geram. Tentu aku marah dengan suamimu. Namun, tak ada yang lebih membuatku kesal selain...
Kutulis Saat Tak Bisa Menulis
Tulis saja setiap hal yang dikehendaki hati dan pikiran untuk dituangkan. Sebab apalagi yang disisakan kematian, selain kenangan dan kata—kata.
Bersama keheningan.
Aku menulis dalam diam.
Sedikit kesulitan kueja makna dalam perputaran jam.
Sambil perhatikan detak waktu yang kian menghantam.
Kucoba untuk tetap menulis.
Dalam diam.
Ya, menulis!
Mereka bilang menulis itu sulit....
Langganan:
Postingan (Atom)
Artikel Acak
Followers