Between Us; There's No Long Distance About Love

"There's no long distance about love, it always find a way to bring hearts together. No matter the miles in between."

Kita kerap menjaga jarak pada hal-hal yang tidak kita mengerti, padahal boleh jadi, apa yang kelihatannya tak menarik, ternyata adalah sesuatu yang memesona. Seperti misalnya, ketidakmengertian kita pada kimia membuat kita menjaga jarak pada hal-hal berbau unsur dan senyawa.  Atau ketidakmengertian kita pada berhubungan cinta jarak jauh, sudah lebih dulu membuat kita menghindari sebelum sempat mencobanya. Kita sudah lebih dulu menjauh sebelum sempat mengenalnya lebih dalam. Padahal, kimia atau long distance relationship tak semenjengkelkan kelihatannya, kok.

Baik kimia maupun long distance relationship punya satu kesamaan, dihindari hanya karena tidak mengerti.

Namun, Fahrul Sani membuktikan dalam bukunya yang baru saja terbit, Between Us; is it chemistry or love? bahwa kimia sebetulnya sangat dekat dengan kita. Kimia ada dalam setiap cinta yang kita rasa, sebab jatuh cinta itu sendiri merupakan proses kimiawi. Di antara senyawa kimia aktif pada saat jauh cinta adalah dopamin, norepinefrin, dan endorfin. Perasaan resah akibat membayangkan teduh dan sayu tatap matanya adalah hasil dari reaksi norepinefrin yang sedang bekerja. Dada berdebar saat melihatnya dari kejauhan lalu merasakan tentram di dalam kepala saat ia menyapa dengan lengkung senyumnya yang pikat terjadi karena adanya reaksi endorfin. Atau perasaan senang dan bahagia saat mampu berdekatan dengannya membuktikan bahwa dopamin bereaksi dengan sempurna.

Begitu pun dengan cinta jarak jauh. LDR tak semengerikan kelihatannya. Sebagai duta LDR regional Parung dengan motto memasyarakatkan LDR dan meng-LDR-kan masyarakat, saya ingin memberitahu sebuah rahasia kecil; tak ada jarak bagi sepasang manusia yang sedang jatuh cinta, betapapun jauhnya rindu selalu mampu membuatnya menjadi dekat. Tanpa sekat. Lekat. Saya beri satu contoh, hanya anak LDR yang mengerti indahnya cinta dalam doa yang dipanjatkan tiap malam dengan harapan Tuhan selalu menjaga meski ia jauh di sana. Adakah yang lebih hangat dari doa yang memeluk saat kau lelap dalam tidur yang lena?

Maka, pada akhirnya, betapapun menjengkelkan dan menyebalkan seperti kelihatannya, cinta membuat segala hal rumit menjadi sederhana. Mengutip kata-kata Fahrul Sani dalam buku Between Us, "Hubungan sepasang manusia yang sedang jatuh cinta itu seperti ikatan ionik di ikatan kimia. Ikatannya berupa serah terima elektron antar dua atom yang sifatnya melengkapi atom yang kekurangan elektron."

Ketabahan dalam menerima dan ketulusan untuk memberikan pengorbanan betapapun jauhnya sekat yang membentang sepasang anak manusia adalah cinta.



Between Us; is it chemistry or love telah tersedia di toko buku
Selengkapnya

Maaf Dik, Kakak Terlalu Sibuk

Dari semua hal yang datang lalu hilang, ada beberapa hal yang saya rindukan. Berlari riang di bawah rinai hujan, mengambil beberapa permen di warung depan rumah tapi tidak bilang-bilang. Atau menyembunyikan baju dalaman ibu di bawah tempat tidur, sebab saya sungguh menyukai teriakan ibu dari dalam kamar yang mencari-cari hingga kelimpungan. Saya kerap cekikikan sambil berlalu dan berlari membawa layangan ke lapangan. Tak menghiraukan ibu yang mengacungkan baju dalamannya dengan mata melotot memberi ancaman.

Ada sesuatu —entah bernama apa— di masa kanak lalu yang membuat hidup terasa menyenangkan. Tidak ada persoalan angka-angka yang membuat segala hal diukur menjadi beda, selain menghitung dan menjawab tuntas PR matematika, —tentu saja. Tak ada selisih paham yang membuat hilang akal dan rasa kemanusiaan karena di buku pelajaran pendidikan moral dasar telah tertera rapi bagaimana contoh cara untuk menghargai dan bertoleransi. Penyeragaman hanya ada pada hari Senin, itu pun karena ada upacara bendera. Perbedaan menjadi pilihan menyenangkan karena siapapun boleh menjadi apa saja yang mereka inginkan. Tak ada yang saling sindir atau baku hantam saat ada yang menjadi Superman, Batman, Robin, Joker, bahkan Si Buta Dari Goa Hantu, karena menjadi beda adalah pilihan.

Di titik nadir kecemasan saya mulai bertanya. Seiring bertambahnya usia, haruskah mendewasa? Sebab dewasa terasa begitu menyebalkan. Saling sapa dan tertawa saat bertemu, lalu membicarakan aib hingga menggunung saat sudah saling berpaling punggung. Menjejak langkah kaki cepat bertap-tap di pagi buta lalu diperkosa kesibukan hingga lupa kapan menikmatinya. Berhaha-hihi di jagat maya, menyapa siapa saja di penjuru dunia, sementara tak hafal siapa nama tetangga di samping rumahnya.

Lalu mengapa pula harus menjadi dewasa? Jika pada akhirnya, hanya membuat manusia telah mati bahkan sebelum sempat kehilangan nyawa.

Mungkin suatu kali, kita perlu membangunkan anak kecil yang sempat tertidur di dalam jiwa. Untuk kembali berbahagia pada hal-hal sederhana.
Selengkapnya

Kategori Utama