Perihal Rindu

“Rindu adalah akal-akalan orang yang tak berdaya mengantar sua untuk tetap terlihat romantis dan mesra.”

Kamu mengatakan itu setahun yang lalu, di tepi laut kala senja, yang bergemuruh ditingkahi deburan ombak, pada saat aku bertanya, “Apa kau merindukanku?” O, tentu bukan tanpa alasan aku bertanya demikian. Sebab seingatku, pada usia awal kebersamaan kita —di mana jarak begitu tega memisah—, kau tak pernah sekalipun mengatakan bahwa kau merindukanku. Sungguh. Tak pernah sama sekali. Padahal, aku sendiri hampir kehabisan analogi yang menggambarkan betapa aku sangat merindukanmu. Pada saat itu, aku hampir berpikir bahwa kau tidak benar-benar mencintaiku. Bagaimana mungkin cinta, jika merasa rindu saja tidak?

Tapi, itu dulu. Toh pada akhirnya aku tahu, bahwa kau adalah orang yang paling paham bagaimana cara memaknai rindu. Ya, seperti katamu. Rindu bukanlah perkara omong kosong yang disampaikan dengan kata-kata puitis dan picisan belaka. Rindu kau jadikan sebagai kata kerja. Sebab itu, tiap kali kau merasakan rindu, kau tak pernah sibuk mempersulit diri dengan membilang rindu sedemikian rewelnya. Kau hanya fokus berselancar di jagat maya, mencari-cari tiket dengan harga promo, lalu memilih harga yang lebih murah sambil bersenandung lirih mengikuti irama lagu yang mengalun melalui iPod kesayanganmu itu. Demi satu tujuan; bersegera menemuiku. Kau tahu? Semenjak saat itu, aku merasa menjadi wanita paling beruntung sedunia. Dirindukan dengan cara yang begitu spesial. Bukan hanya diiming-imingi (maaf aku menggunakan frasa ini) dengan kata-kata belaka, tapi kau langsung menghadirkan sua. Bukankah obat rindu adalah pertemuan yang disegerakan?

Barangkali, cinta pun seperti itu. Kau tak perlu menghabiskan banyak kata untuk mengucapkannya. Cukup lakukan dan rasakan saja. Sebab, cinta adalah kata kerja. Merasakannya adalah proses yang terjadi dari siklus sebab dan akibat. Maka, diam bukanlah pilihan. Memaknainya adalah hasil dari sekumpulan tindakan-tindakan.

Terima kasih telah mencintaiku dengan caramu.
Aku mencintai segenap ganjilmu.

Tapi, mohon maaf, aku tak bisa menahan diri.
Kali ini, aku benar-benar merindukanmu.
Segeralah datang.

Dari seseorang yang selalu kau kunjungi saat rindu,
Perempuanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kategori Utama