Takdir yang Kupilih

Kita adalah penunggang awan yang menentukan sendiri arah angin mana yang akan kita tuju. Hidup selalu menawarkan takdir yang dapat kita pilih. Sebagaimana kehidupan yang bahu membahu mempersilakanku untuk memilih sendiri akan bersama siapa dalam melanjutkan hidup. Dan beruntungnya aku bertemu kau.

Tak butuh waktu yang lama untuk mempertimbangkan kau sebagai seseorang yang kuanggap istimewa untuk kumuliakan dengan segenap cinta dan perasaan. Hei, mungkin kau tak pernah sadar betapa mudahnya kau untuk kucintai (maaf, aku menggunakan lirik dari lagu Sheila On 7 ini, kurasa ini memang yang paling pas untuk menggambarkan betapa memesonanya kau di mataku). Renyah suaramu kala tertawa, begitu menggoda. Semu pipi merona saat kau malu, begitu lugu memikat jiwaku. Aku mencintaimu; dalam dekat—dalam jarak, dalam senyum—dalam manyun. Apa aku sudah bilang bahwa mata cokelatmu yang berbinar itu selalu membuatku tenggelam di dalamnya? Kalau belum, maka begitulah adanya. Maafkan aku yang terlambat menyampaikan, bukan karena tak sempat, aku hanya malu. Gengsi kelaki-lakianku selalu menahan diri untuk tidak terlalu berlebihan dalam menyatakan keindahanmu. Takut kamu risih. Tapi, ya, itu kan hanya kataku. Padahal perempuan selalu senang dipuji, betul tidak, sih?

Tempo lalu, —saat kita duduk berdua menikmati angin-angin sore di pelataran senja—, aku pernah berkata kepadamu bahwa sebaik-baik hati adalah yang mampu jujur kepada dirinya sendiri. Maka, melalui tulisan ini (maaf, lagi lagi gengsi kelaki-lakianku menahan diriku untuk tidak langsung berkata saja), aku ingin jujur kepada hatiku sendiri bahwa aku telah memilih kau sebagai hati yang ingin kumuliakan sepanjang usia. Rasa ini begitu tak pasti, awal pun entah bermula dari penjuru yang mana. Yang pasti kau telah menjadi ratu di dalam hati, kini dan nanti.

Cinta adalah sepasang malaikat yang saling bergenggaman menuju nirwana.
Maka, bila saat ini aku berkata, kamu mau nggak jadi malaikat kecil yang menggenggam tanganku lalu kita sama-sama terbang menuju nirwana? Sebuah altar suci yang berpendar cahaya Tuhan.

Perempuanku, maukah kau memilih takdir sendiri untuk menikah denganku?

Ps: semoga ukuran cincin ini pas di jari manismu.

10 komentar:

Kategori Utama