Kepada Keyla; Tentang Jarak yang Telak Memisah

Kepada, Keyla.

Melihat punggungmu menjauh saat melepas pergimu lima belas hari yang lalu, ada yang terasa hilang di hariku setelahnya. Senyum yang menggantung di langit kepala, hangat yang menjalar dari pelukmu yang menenangkan, juga gelitik canda saat kita berbincang berdua. Aku tidak menafikan bahwa jarak membuat cinta jadi terasa begitu sulit dan berbelit. Seperti dipaksa untuk menerima kekalahan. Kalau saja Tuhan menganugerahiku kekuatan seperti Tony Stark saat menjadi Iron Man —superhero yang selalu kau kagumi itu— mungkin aku akan lebih tenang dan baik-baik saja. Sebab, aku hanya perlu memanggil Jarvis, lalu memerintahkannya untuk terbang menuju tempatmu. Mengajakmu berkencan di atas gedung yang dipayungi purnama, sambil sesekali mencuri kecup di bibirmu yang delima. Ah, alangkah terasa mudah dan menyenangkannya!

Kotaku diselimuti hujan sejak kemarin. Hujan merintik tak ada habisnya. Aku heran, deh, sebesar apa sih penampung air di balik awan? Kok bisa, yah, dua hari air turun tak habis-habis? Menyebalkan sekali, alam seperti berkonspirasi untuk membuat hariku menjadi semakin sendu saja. Aku sampai tidak berani mendengar lagu Leaving on The Jet Plane dari John Denver sambil menatap jendela yang basah terkena tempias hujan, aku khawatir tak mampu menahan diriku sendiri untuk menyilet-nyilet tanganku. Saking galaunya. Hahaha.

Key, cinta berjarak tak pernah mudah. Sekali lengah, rindu bisa begitu telak membuat jengah. Tapi bukan berarti kita harus menyerah. Kenyataan bahwa akan ada sua istimewa dengan kita yang menjaga setia, menjadi penyemangatku agar tetap tabah berlelah-lelah. Tak apa, jarak tak akan memisahkan kita selamanya. Beberapa waktu ke depan, akan ada kita yang mampu melipat jarak, seberapa pun jauhnya. Kembali berbagi tenang dalam senyum bersama, membunuh rindu satu per satu di pelukan kita, saling merangkul dan berbagi hangat dalam dekap erat-erat.

Keyla, aku tak lagi berandai-andai ingin menjadi Iron Man untuk bisa menghadapi jarak. Atau menjadi sekumpulan awan yang mampu menampung bulir-bulir rindu yang menumpuk. Lebih dari itu semua, ketabahan dan kesabaranku jauh lebih hebat dari apapun. Sebab satu hal yang aku percaya, sesuatu yang layak, sangat patut untuk kuperjuangkan. Dan itu adalah kamu.

Bersabarlah menimang rindu.
Aku akan segera datang ke kotamu.


Lelakimu,
Al.






3 komentar:

Kategori Utama