Aku Ingin Tahu

Aku hampir gila menunggu lamanya kau membalas pesanku. Syukurlah bila kau baik-baik saja. Hampir-hampir aku ingin segera ke kotamu. Menuntaskan gebalau rindu yang mengusik setiap jejakku. Meninggalkan segala kewajiban dan rutinitas yang selama ini menahan hasratku.

Aku aminkan segala doamu. Bahkan aku pun tak pernah alpha menyelipkan namamu dalam setiap sujud khusyuk sepertiga malamku. Semoga Tuhan menjawab segala pinta kita. Sebagaimana angan dan ingin kita bersama. Amin.

Aku tak akan menulis banyak dalam surat ini. Aku hanya ingin mengabarkan bahwa aku baik-baik saja. Begitu pun ibu sekarang. Ia sudah mampu melakkan aktivitas seperti biasanya. Jadi kau tak perlu khawatir lagi menanyakan kabar ia sekarang. Biarlah kau perhatikan dirimu sendiri. Jaga kesehatan dengan sebaik-baiknya. Agar kau tak letih terjatuh oleh rutinitas yang memenjarakanmu.

Kau sibuk apa sekarang?
Ceritakan saja keluhmu. Biar aku tahu kau sudah berkembang seperti apa sekarang.
Bagaimana kabar keluargamu? Masih adakah orang di sekitarmu yang mencuri pandangi keindahanmu selain aku?
Aku selalu pusing bila memikirkan hal ini. Seakan jarak kian bengis mengikis rasa percayaku pada kesetiaanmu.

Maafkan bila aku mencurigaimu.
Bukan tak percaya.
Aku hanya ingin tahu apa yang kaurasa.

Peluk Hangat.
Dari aku yang cemburu.


Selengkapnya

Tentang Cinta A Sampai Z

Aku yakin senyummu mengembang sesaat membaca suratku. Dada berdebar tak sabar ingin segera tahu perihal apa yang akan kutuliskan sekarang. Kau baca kata per kata dengan irama mengalun indah di jiwa. Memicingkan mata agar tak ada satu kalimat pun yang terlewat. Ah, maafkan aku yang terlalu lama membuatmu menunggu. Sebenarnya, tanpa perlu kau baca paragraf pertama dalam surat ini, kau tak akan kehilangan pesan yang ingin kusampaikan. Hehe, aku suka sekali menggoda kesabaranmu. Aku yakin senyummu kini berubah cemberut karena sebal oleh sebab betapa bertele-telenya aku menyampaikan isi surat. Tak apa sayang, nikmati saja setiap kata dalam tulisan ini. Sebab dalam setiap aksaranya, aku menitipkan doa-doa dan rindu-rindu agar dapat kau nikmati debar getarannya.

Baiklah sayang. Maafkan aku atas pengawal surat yang membuatmu kesal. Jangan diambil hati. Seperti tak tahu saja bagaimana tabiat kekasihmu ini.

Aku ingin mengabarkan bahwa kabarku baik-baik saja. Pun kini ibu berangsur pulih. Bahkan ia sudah mampu memasak lagi. Masih ada letih di segurat wajahnya, -memang. Tapi tak sedikit pun membuat ia jerih. Justru terlihat semakin semangat melakukan aktivitas yang di waktu lalu tak dapat ia lakukan. Jika bukan karena cinta terhadap kehidupannya, aku tak yakin apakah masih ada rona senyum di segurat wajahnya.

Membicarakan cinta, maka akan banyak sekali tafsiran yang akan muncul dalam memaknainya. Melihat ibu yang kini kembali ceria aku memaknainya sebagai cinta. Dengan aku yang selalu nyaman berada di dekatnya. Mencuri makna kehidupan yang dia ajarkan melalui lelaku dan perbuatannya kepadaku. Maka dari ibu pula aku belajar satu hal, bahwa cinta adalah perbuatan.

Cinta adalah kata kerja. Maka diam bukanlah pilihan. Merasakannya adalah hasil dari sekumpulan tindakan-tindakan. Cinta membuatmu rindu, cinta pula yang meredakan segala resah dan gelisahmu. Cinta membuatmu bertahan dalam perasaan luka, cinta pula yang menyembuhkan pada akhirnya. Cinta yang membuatmu memiliki, cinta pula yang pada saatnya membuatmu tulus untuk merelakan orang yang kau sayang untuk pergi. Memaknai cinta adalah kesabaran untuk tulus menerima setiap apa yang ditimbulkan. Maka cinta, pada akhirnya memaknai perasaan cinta itu sendiri.

Ampuni aku yang membuat alismu bertautan untuk memahami makna cinta yang kutuliskan. Engkau dapat membaca ulang agar kau lebih paham apa yang kumaksudkan. Sebenarnya, aku lebih suka memaknai cinta dengan sederhana. Dengan menikahimu, itu saja. Hidup bersama dalam ikatan suci di bawah naungan Tuhan. Meningkahi hari dengan senyum, tawa, air mata dan kebahagiaan yang penuh keberkahan. Maka biar nanti aku tunjukkan, cinta itu apa.

Peluk hangat dariku.
Lelaki yang mencintaimu utuh.

Selengkapnya

Kunantikan Kesetiaan


Maafkan aku yang terlambat membalas suratmu.
Aku ingin mengawali surat ini dengan ucap terima kasih kepadamu. Berkat doamu, ibu kini berangsur pulih. Belum sepenuhnya memang. Tapi setidaknya ia sudah mampu menopang tubuhnya untuk duduk. Semoga ini menjadi tanda kesembuhan untuknya. Kemarin, ibu menanyakan kabarmu. Ia juga bilang kalau sedang kangen dengan masakanmu. Rupanya racikan bumbu nasi tutug oncom khas kotamu itu masih menyisakan rasa di tepian lidahnya. Ah, kau pandai sekali memberikan kesan.
Kapan kau akan memasak untuknya lagi? :)

Aku sudah membaca habis suratmu. Kali ini kusimpan rapi, tak seperti waktu lalu. Ada senang yang tiba-tiba menelusup hati. Rasanya aku semakin percaya dengan kesetiaanmu yang sempurna. Semoga tetap kau jaga, hingga kita bisa tetap bersama dalam payung teduh bernamakan cinta.

Aku sudah tidak begitu letih sekarang. Aku belajar banyak dari kejadian tempo lalu. Bahwa untuk bisa menjaga seseorang, maka awali dengan menjaga diri sendiri. Aku harus tetap kuat, maka kusisihkan waktu untuk beristirahat. Kalau tubuhku lemah, bagaimana mungkin aku bisa merawat ibu yang sakit? Benar kan? Aku ingat sekali petuah ini. Di waktu lalu kau pernah mengucap ini. Apa kau ingat? :)

Bagaimana kabarmu sekarang?
Titip salam untuk kedua orang tuamu. Kalau boleh, jika aku berkunjung ke rumahmu nanti, aku ingin sekali memeluk mereka. Mengucap terima kasih karena telah begitu hebat mendidikmu. Hingga aku bisa jatuh begitu dalam pada kebaikan dan ketulusan budimu. Dua hal yang membuatku dan ibuku jatuh hati dan terpikat kepadamu. Ibuku merestui kita, - tentu saja.

"Maka jagalah hatimu.
Tautkan kesetiaan hanya untuk namaku.
Hingga datang masa ketika aku akan membawamu ke sebuah tempat tinggal nyaman yang sederhana.
Dimana setiap sudutnya berpendar cahaya Tuhan.
Rumah kasih sayang penuh cinta, diamana ada kita di dalamnya."

Dari aku yang mencintaimu setulus-tulusnya, sebenar-benarnya.
Selengkapnya

Dengan Penuh Kecemasan

Aku telah membaca suratmu. Dada bergetar oleh amarah yang tak kutahu karena apa. Maafkan aku merusak suratmu yang itu. Sesaat setelah membaca, aku meremasnya tanpa sisa.

Sudahi dulu tangismu. Seka air mata yang berderai deras di kedua pelupuk matamu. Biarkan dirimu tenang. Hilangkan semua kebimbangan dan kegamangan yang melanda pikiran. Tersenyumlah dengan kebahagiaan paling nyaman. Mungkin akan sulit - aku tahu. Tapi cobalah. Setidaknya, ada aku di sini yang juga merasakan kegusaran yang sama. Bersama doa-doa untuk kebahagiaan kita berdua.

Kau tahu?
Ibuku sedang sakit keras sekarang. Inginku menjemputmu. Membawamu pergi. Atau mengajak orangtuamu untuk berbicara perihal perjodohanmu itu. Aku sayang kamu - kamu tahu itu. Dan aku akan mempertahan kita. Hubungan yang selama ini kita jaga berdua. Tapi untuk saat ini aku tak dapat lakukan itu. Ibuku butuh seseorang yang menjaga dan merawatnya. Dan kini, hanya ada aku. Aku sedang kuat berusaha mencari biaya pengobatannya. Hariku melelahkan. Kupacu waktu untuk melakukan semua hal yang mendatangkan uang. Demi kesembuhan ibu.

Maafkan aku yang belum bisa berangkat ke kotamu sekarang. Membawa cinta yang selama ini menjaga kita. Aku janji, selepas kesembuhan ibu, aku akan segera menemuimu. Memberikan pundakku yang tegap untukmu bersandar. Merentang pelukan untukmu menumpahkan kegelisahan. Mencium keningmu yang berkerut oleh persoalan-persoalan.

Temui kedua orangtuamu. Katakan kepada mereka tentang penolakanmu. Kurasa bila kau mengatakan yang sejujurnya mereka akan menerima. Perihal tamu yang membawa lamaran, terima mereka dengan senyummu yang paling cerah. Sampaikan penolakanmu dengan bahasa yang santun. Dengan tutur kata ramah yang selama ini membuatku teduh. Aku yakin kamu pasti bisa melakukannya. Aku sayang kamu. Dengan asa yang penuh, aku berharap kau tetap menjaga kesetiaanmu. Seperti halnya makna nama pemberian ayahmu itu, Wafa Kamilah. Kesetiaan yang sempurna.

Dengan penuh kecemasan.
Aku menanti kabar terbaik dari suratmu yang berikutnya.

Jaga dirimu baik-baik.
Tetaplah bersinar dengan cantik.

Dari aku, lelaki yang mencintaimu utuh.

Ps: Aku mohon doamu untuk kesembuhan ibu. Lafadzkan doa-doa terbaik dalam setiap rukuk sujudmu yang khusyuk.


Selengkapnya

Hujan dan Kerinduan

"Subuh telah mengenakan sepatunya untuk pergi.
Meninggalkanku yang sangsi merasakan gigil di antara rindu paling sepi."


Pagi di kotaku hujan, Fa. Gerimis berderai sejak tadi malam. Seolah tak bosan mencipta basah dan dingin. Bagaimana dengan kotamu? Kuharap kau tidak merasakan hal yang sama. Meringkuk di sudut kamar berteman selimut tebal. Seperti aku. Disini.



Dalam jauhnya rindu, hujan tak lagi mesra, Fa. Momen yang biasanya menjadi latar yang syahdu kini menjelma sendu. Tak ada hangat keceriaan, sebab canda kita tak lagi ada. Pun ketika kucoba menghangatkan paras dengan segelas kopi panas yang terasa hanyalah ampas. Ah, aku rindu racikan kopimu yang pas. Tak begitu manis, juga tak begitu pahit. Khas!



Bicara hujan, aku jadi teringat sebuah kisah lama. Kisah kerinduan antara langit dan bumi. Kau ingin tahu bagaimana kisahnya, Fa? Pada mulanya adalah langit yang begitu meridukan bumi. Kekaguman langit tandas hanya untuk pesonanya. Setiap hari, langit mencuri pandangi bumi yang hijau dan asri. Ia pendam rindu sendirian. Tak sekalipun langit berani mengutarakan. Sebab ia terlampau malu untuk sekedar sapa dan bertatap muka. Hingga suatu hari, rindu begitu berkecamuk di dadanya. Bergetar langit oleh keresahan yang membuncah. Ia paksakan keberaniannya untuk menang. Langit menemui bumi untuk mengungkapkan keinginannya untuk merajut hari bersama. Bumi menolak. Bumi tak ingin menghabiskan hari bersama langit yang menjulang jauh dari hadapnya. Langit terpuruk dalam pilunya kerinduan. Ia menangis sejadinya-jadinya. Bersedih merasakan getirnya pengabaian. Kelak, manusia menyebutnya sebagai hujan. Tanpa mengetahui bahwa itu adalah tangis kerinduan langit yang terabaikan.



Aku tak ingin menjadi langit yang diabaikan rindunya, Fa. Biarlah itu menjadi kisah yang hanya kita petik pelajaran di sebaliknya. Bahwa jarak rindu dan benci hanya bersekat setipis tangis dan air mata. Maka, biarkan saja rindu kita merintih sejenak. Hingga datang perjumpaan yang merajai hari, kelak.




Peluk hangat.

Dari aku yang rindu kamu.
Selengkapnya

Keping Tiga Hati

"Rio.. Aku mau cerita!"
"Apa lagi, Deb? Masih tentang pacar kamu? Kan aku udah bilang, kalau kamu terus-terusan berbesar sabar kamu hanya akan dapat pelukaan.", ucap Rio dengan dengus bosan di gagang handphone miliknya.

"Tapi Rio, aku udah sayang banget sama dia. Dan aku juga gak mau dia bersikap dingin terus seperti ini. Dia berubah Rio, gak seperti awal-awal aku kenal.", lanjut Debi dengan nafas sesak tertahan.

"Sekarang kamu maunya gimana? Perubahan itu hukum alam, Deb. Sekuat apapun kamu berusaha menahan dia untuk sama seperti dulu, kamu gak akan mampu. Sekarang hanya tinggal kamu mau menerima dengan terus bertahan, atau menyerah dengan segera berpaling dan melupakan."

"Aku kangen dia yang dulu, Rio. Dia yang selalu bisa bikin aku tersenyum. Nemenin aku ngelewatin masa-masa sulit. Menjadi penenang ketika aku gelisah dan sedih. Orang pertama yang menyeka air mata ketika aku menangis. Aku kangen dia, Rio. Aku butuh dia." Terdengar isak tertahan di ujung telepon. Debi tak kuat menahan tangis yang selama ini sudah membuncah di dadanya.

"Jangan nangis, Deb. Bahkan sebelum kamu kenal dia, kamu bisa tersenyum dan tertawa. Berbahagia dengan kehidupanmu sendiri. Kenapa sekarang kamu takut? Kamu sudah bicara dengan dia? Perihal keinginanmu atas keberadaan dia?", tanya Rio.

"Sudah, Yo. Aku sudah ajak dia untuk ngomongin hal ini. Dan dia juga udah janji untuk kembali bersikap seperti dulu. Tapi semua cuma janji, Yo. Sementara aku masih terpuruk dalam pilunya pengabaian dia."
"Sabar ya, Deb. Nanti kalau aku ketemu dia lagi, aku sampaikan keluh kesah kamu. Yaudah, sekarang kamu istirahat sana. Tidur, sudah larut malam.", ucap Rio mengakhiri pembicaraan.

"Iya, Yo. Makasih ya udah mau dengerin curhatan gak jelas dari aku. Kamu cari cewek sana, biar bisa ngerasain gimana pahitnya diabaikan. Hehehe.... Makasih ya, Yo."
"Dasar kamu, udah curhat tengah malam, masih aja ledekin aku. Awas ya, ketemu aku jitak kamu, Deb."
"Hehehe, iya maaf. Thank's ya, Yo. Selamat malam. Bye."
"Oke, bye."

Desau angin berhembus menembus kisi-kisi jendela. Dingin menyeruak masuk ke dalam kamar Rio. "Siapa Yo? Debi lagi?" suara berat seorang lelaki memecah keheningan.

"Iya. Siapa lagi kalau bukan dia? Sampai bosan aku mendengar keluh kesahnya. Yaudahlah. Biar saja. Salah dia sendiri. Sudah aku kasih nasihat, tapi masih tetap ngeyel buat bertahan sama kamu. Hei, Ngomong-ngomong, dingin banget malam ini. Sudah masuk musim penghujan yah?" Kemudian Rio kembali memeluk dan mencium lelaki di hadapannya.

Selengkapnya

Kiat Sukses Permodusan

Selamat malam para perindu usang. Jiwa-jiwa yang merintih menantikan pelukan. Apa kabar.... hatinya?

Urusan cinta dan perasaan jangan terlalu tergesa-gesa. Buang air besar aja butuh proses, apalagi perkara perasaan. Santai aja. Toh pada akhirnya semua akan tetap sesuai rencanaNya. Bukan begitu Kang Somay?

Nah, dalam menantikan proses itu, ada hal yang semestinya tetap kita lakukan yaitu usaha untuk mendapatkan. Dalam tulisan kali ini, Mas mau berbagi tentang kiat sukses usaha permodusan.

Jika ada yang belum tahu apa itu modus, baiklah akan gue jelasin dulu sebentar. Menurut buku yang gue baca, modus adalah data yang paling banyak muncul dalam sebuah sampel penelitian (eh, maaf. Ini mah buku statistik mas). Bukan, maksud gue bukan modus yang itu. Tapi modus yang ini --> "Langkah pendekatan yang dilakukan untuk menarik perhatian seseorang, sehingga dapat membuka jalan untuk menumbuhkan perasaan-perasaan. Suka, kagum, cinta, dan rasa sayang."

Entah siapa yang memulai istilah modus ini. Yang pasti, istilah modus telah melekat bagi seseorang yang begitu gencar menebar harapan tumbuhnya perasaan. Banyak cara yang dilakukan untuk melakukan modus ini. Ada yang melakukannya dengan manisnya sebuah rayuan, kata-kata gombal, perhatian, baiknya tingkah laku dan sebagainya.

Dalam melakukan usaha modus ini, ada yang berhasil tapi banyak juga yang justru malah membuat target modus menjadi ilfeel. Untuk itu, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam melakukan modus. Berikut ini Mas akan sampaikan kiat sukses usaha permodusan. Cekibrot!

"Dalam hal permodusan, segala hal terkait usaha pendekatan harus dilandasi dengan tampang memadai, teori mencukupi dan skill yang mumpuni. Hingga berdampak pada eksekusi yang mematikan."

Dalam hal ini, yang paling pertama harus kamu sadari adalah perihal sepantas apa diri kamu untuk dirinya. Jika tampang kamu seperti slot pintu wc, baiknya segera sudahi melakukan modus ke Putri Indonesia. Sebab itu hanya akan membuatmu menjelma punguk merindukan bulan. Pantaskan dirimu, sebab cinta hanya diberikan kepada mereka yang telah pantas untuk menerima.

Yang selanjutnya adalah teori yang cukup. Kecerdasan dalam bertutur kata dan bersikap menjadi hal penting yang harus kamu perhatikan. Jangan sampai kamu terlihat bodoh yang justru akan membuat dirinya ilfeel. Think smart, big action!

Berikutnya adalah skill yang mumpuni. Pengalaman modus di waktu lalu, harus kamu ambil pelajaran. Jangan menjadi keledai yang jatuh di lubang yang sama. Kalau mau jatuh di lubang lain, lubang hidung misalnya. Kecekatanmu dalam menarik kesimpulan tentang garis besar dirinya menjadi modal kamu untuk melakukan tahapan-tahapan untuk melakukan pendekatan. Misal, jika kamu tahu bahwa dia gak suka bau kambing, jangan sekali-sekali kamu mendekati dia kalau kamu sendiri belum mandi. Kamu gak tahu kan kalau bau kamu sangat mengganggu? Hem.. Hem...
Setelah ketiga hal itu telah kamu kuasai, maka eksekusi yang mematikan sudah siap dalam genggaman tanganmu.

Pada akhirnya, semua akan tetap kembali kepada pilihan kamu.
Tergesa-gesa mencari dengan gencar menebar modus.
Atau berbesar sabar untuk menunggu.
Sesambil memantaskan diri untuk diberikan pasangan terbaik olehNya.
Bahwa cinta tak pernah tertukar dalam menemui muaranya.
Demikian.

Regards,
Prof. Galih Hidayatullah, Sp. Mod
(Pakar Modus Nomor 1 Se-Kelurahan)
Selengkapnya

Masih Aku

Kamu menyesal?
Perih pedih?
Masih menyalahkan ego?
Itu jalan terbaik. -katamu

Maka jangan salahkan jika aku menjadi asing.
Toh aku pun tak tahu bagaimana bersikap, selain diam dan bergeming.

Kecewa?
Aku lebih lara.
Tapi aku tak akan menyalahkan sesiapa.

Hei, bahagia menurutmu itu seperti apa?
Membiarkan Tuhan mengatur segala?
Mungkin iya.
Tapi aku belum tahu apa-apa.
Bagiku, bahagia adalah mengisi hari dengan canda, tawa, dan air mata kita.

Sudahlah.
Berhentilah menangis.
Aku masih tetap aku.
Yang menyayangimu.
Sama seperti dulu.
Sungguh.


Ciampea, 16 Juni 2012
Selengkapnya

GIVE AWAY PENA HATI

Hai. Selamat tahun baru :D
Di awal tahun yang membahagiakan ini, saya mau bikin give away berhadiah buku saya yang pertama berjudul Pena Hati. Tanpa banyak basa-basi lagi, berikut ini saya sampaikan mekanisme kuisnya.


1. Kamu hanya perlu menuliskan #PenaHati-mu di media blog/tumblr/note facebook, perihal apa yang sedang kaurasakan.

2. Tema tulisan menyesuaikan dengan apa yang kaurasakan. Rindu, cinta, benci, cinta diam-diam. Apa saja. Dengan tulisan yang baru kamu buat, bukan repost tulisan lama.

3. Batas pengiriman link tulisan sampai dengan tanggal 10 Januari 2013 pukul 23.59 WIB. Melalui akun twitter saya yaitu @Mas_Aih

4. Kamu diperbolehkan untuk mempromosikan tulisan sehingga banyak komentar/reblog/like dsb. Ajak temanmu untuk follow saya juga gak apa-apa :p

5. Format tulisan. Judul : Pena Hati (judul tulisanmu)

6. Di akhir tulisanmu, sertakan gambar cover buku pena hati dengan caption: "Tulisan ini diikutsertakan dalam Give Away Pena Hati"

7. Ini cover buku Pena Hati-nya.
Embedded image permalink

8. Penilaian oleh teman-teman penulis Pena Hati yang lain, ada @badottt @Rachmat_Tullah dan yang lain :D

Selamat bermain. Semoga kamu yang jadi pemenangnya :D
(by the way, sementara ini hanya untuk satu pemenang ya, heuheu)
Selengkapnya

Kategori Utama