Cinta Membuatmu Menunggu, Cinta Membuatmu Bertahan


Saat luka, waktu terasa lebih lambat berjalan. Seolah dunia berkonspirasi untuk membuat perih semakin pedih. Keheningan yang digadang-gadang mampu membuat ketenangan nyatanya malah mengusik segala lamunan. Kenangan adalah skenario menjemukan. 

Pun ketika kucoba tersenyum, jiwa menertawai hati yang berpura-pura. Mencoba menyepi, sukma berpesta menyanyikan kidung-kidung duka. Simfoni kesedihan menyayat hati yang ringkih. Tak ada tangisan. Karena air mata hanya akan menjelma cuka yang menetesi torehan luka yang menganga. 

Bertahan itu apa? 
Kesetiaan untuk menghadapi pengabaian?
Atau ketulusan menelan kekecewaan bulat-bulat?
Mengikhlaskan diri terpuruk dalam lubang pengap bernama keputusasaan. 

Bicara tentang cinta diantara luka, bahagia, kecewa, asa, harapan dan cita-cita memang begitu sulit dilogika. Semua menjadi satu kesatuan utuh yang tak bisa dibuat runtuh. Berani mencinta, maka menjalani kesepakatan antara pikiran, hati dan jiwa untuk menerima dua pilihan, bahagia dan terluka. 

Maka jika pada akhirnya aku terlihat bodoh dalam mempertahankan luka dan pengabaian. Anggap saja aku tengah sibuk belajar bagaimana cara mengeja cinta. Kepada satu namamu. Itu saja. 

Dekap hangat. 
Dari aku yang menunggu.

1 komentar:

  1. mas Aih so swiiiit....
    semoga setelah belajar mengeja cinta, bisa memahami takdirnya. :)

    BalasHapus

Kategori Utama